Setelah trip ke Swiss, Jerman dan Paris yang juga misi menemani calon istri plus mengajak dua ibunda kami liburan, tentunya aku mulai disibukkan dengan pekerjaanku. Dini juga sama. Ia malah makin sibuk memberikan pelatihan, tetap menjalani praktek dokter, dan banyak lagi lainnya. Kalau aku, mulai latihan untuk persiapan showcase ku di Jogja dan 3 kota lain sekaligus launching produk skincare terbaru dimana aku bertindak sebagai BA produk itu plus, saat di Jogja nanti, aku akan visit ke kantornya sekalian. Usai latihan. "Ta. Dini telepon nih," ucap Ichan yang memegang hp ku selama aku latihan. "Ok. Thank you bro," sahutku. Kemudian, aku mengambil smartphone dan menyapa calon istriku. "Iya sayang...," sapaku. "Mas. Untuk show kamu di Jogja, kayaknya cuma aku yang bisa dateng ngewakilin bunda sama Mas Reza dan Mbak Fika deh. Kan mereka lagi di Australia pas acara kamu. Mas Reza ngajak bunda dan Mbak Fika plus ortunya liburan kesana. Ya..Katanya sih, sebelum mereka makin intens bantuin persiapan pernikahan kita," curhat Dini. "Iya, sayangku. Gak masalah. Yang penting ada kamu. Kan aku mau publish kamu sebagai calon istriku karena tanggal pernikahan kita juga...makin dekat. Kamu nemenin aku di Jogja, Malang, Surabaya dan Solo kan?," ucapku lagi. "Kalau di Jogja sih aku nemenin. Nah, di Malang, aku nemenin juga. Kayaknya sih bisa kalo sampe Solo karena aku sekalian mau bawa MoU dari RS ku ke rumah sakit yang ada di sana. Ya...tentunya yang sesuai list dari RS ku. Di Jogja malah aku sekalian ngasih kuliah umum ke calon dokter di almamaterku dulu. Kan aku ambil spesialis dalam nya di Jogja, Mas," jelas Dini dan itu membuatku sangat amat bahagia. Bagaimana tidak. Karena tanggal pernikahan semakin dekat, aku memang sudah berencana untuk mengenalkan Dini sebagai calon istriku secara resmi pada mitra kerja dan para fans ku. "Ok sayang. Semoga nanti kerjaan bunda bisa lancar. Ayah support bunda selalu. Oh iya. Hampir lupa. Bunda. Besok bisa nemenin ayah latian lagi gak? Kan sekalian, ayah pengen ajak bunda duet 1 lagu. Ya..perkenalan bunda sebagai calon istri ayah," ujarku. "Besok sore kan, Yah? Kalau besok sore, bunda susulin ke studio langsung aja karena besok pagi sampai siang, ada jadwal operasi tapi di poli, bukan jadwal bunda sih," jelas Dini. Ya. Kami akan duet 1 lagu dan lagu itu menjadi soundtrack cinta yang akan launching secara resmi di tanggal pernikahan kami. Ya. Lagu itu juga yang kunyanyikan sendiri saat pertunangan kami. "Boleh. Bunda sayang, pas di Jogja nanti, kan bunda nemenin ayah ke store skincare yang ayah BA nya itu. Bunda juga pake produknya kan...Maksud ayah tuh, nanti bunda sekalian ayah beliin lagi set lengkapnya untuk keperluan hantaran pernikahan," balasku. "Iya deh....Soal skincare, kayaknya kita saling beliin. Kan sekarang skincare bunda dan ayah udah samaan," timpal Dini lagi. "Ok sayang. Bunda bener deh...Hehe. Ya udah. Sayangku. Nanti malem ayah ke mess ya, kangen. Sekalian mau kasih liat foto-foto kita waktu di Paris. Komeng nih, udah suruh pilih foto untuk undangan pernikahan kita. Ya..Yang di Jerman dan Swiss juga bagus-bagus. Nanti kita pilih berdua ya...." ucapku. Itu memang benar. File foto prawedding di Paris memang sudah dikirim ke emailku. Aku dibuat takjub dengan hasilnya. Semua bagus, tapi memang Komeng minta agar aku dan Dini memilih beberapa foto untuk dimasukkan ke undangan pernikahan kami berdua. "Iya ayah...ya udah, bunda lanjut kerja dulu. Mau visit pasien dan ngelarin jurnal sama laporan," pamit Dini. "Iya bunda sayang...ayah kerja dulu. Semangat ya. Assalamualaikum bidadari aku," pamitku juga. "Waalaikum salam, my lovely future husband," balas Dini dan sambungan berakhir. Kami lanjut bekerja dan saat malam tiba, aku ke mess tempat tinggal Dini.
"Bunda....Miss you, love," sapaku saat Dini membukakan pintu mess. "Iya ayah...miss you too. Hehe. Sini, masuk dulu," ajak Dini sambil memegang tanganku dan tentu, kuturuti tunanganku itu. "Yah. pasti deh belum makan. Nih, bunda baru bikin ayam goreng sama capcay. Kita makan yuk. Bunda laper banget karena tadi siang banyak kerjaan, jadi deh, makan roti aja," ucap Dini dan ia mengajakku ke meja makan. Malah, ia ambilkan aku makanan dan aku makin merasa kalau Dini makin perhatian padaku, terlebih jelang hari bahagia pernikahan kami. "Duh. Sayang. Kamu pasti capek lah, kalo harus masak setelah kerja. Nanti setelah nikah, kita atur waktu. Kan aku juga bisa masak. Aku tuh gak mau kalau cuma kamu yang sampe kecapean banget. Kita sama-sama kerja, Bunda. Jadi, bagi tugas aja. Kalau bunda kerja dan ayah free, ayah yang masak plus beberes rumah, gitu juga sebaliknya. Tapi kalo males ya udah, beli aja dan sewa jasa yang bersih-bersihin rumah," ujarku. Aku tak mau membuat Dini terlalu lelah karena aku paham betul bahwa profesinya memang tak mudah serta butuh konsentrasi tinggi. "Iya, ayah. Ini bunda kan pengen banget bisa belajar masak. Kan gak lucu kalau ayah jago masak, tapi bunda gak terlalu bisa masak," balas Dini dan ia tersenyum padaku. "Iya, deh. Kan bisa saling melengkapi," ujarku pada Dini. Ia tersenyum. Kami makan malam berdua dan setelahnya, aku membuka file foto prawedding kami berdua yang dikirim via email. "Yah. Jadi nanti kertas undangannya pake seed paper yang bisa ditanam gitu? Mmmmm.....Ide bagus. Bunda setujuuuu banget. Souvenirnya bibit tanaman aja gimana?," ujar Dini seraya mengutarakan usulnya. "Nah. Iya. Bener. Komeng nyaranin pake kertas yang bisa ditanam alias seed paper. Tinggal undangannya kalau udah gak kepake, disimpan ditanah atau pot, rajin disiram dan...jadi bunga deh, lama-lama. Souvenirnya bisa bibit sayur atau buah. Mmmm...Jadi ramah lingkungan gitu, sesuai konsep skincare yang ayah BA nya dan kita juga pake produknya deh, Bunda," sahutku. Aku beruntung karena kecintaanku pada laut serta alam sekitar juga menular ke calon istriku. "Yah. Ini beberapa desain undangannya? Mmmm..Bisa keren nih, pake seed paper. Bunda pengen ini, nih. Ada nuansa putih dan bunga gitu, trus ada foto kita yang ini, pas kita di atas kapal dan keliatan menara Eiffel nya,"usul Dini. "Kalau mau pake foto yang di kapal plus diatas Sungai Seine dan ada Eiffel nya..gimana kalau pake ini? Tetap ada nuansa putih nya tapi ada sedikit nuansa biru muda dan ada laut nya. Itu kayak clue konsep acara akad nikah yang akan dilangsungkan di tepi pantai. Gimana, bunda?," ucapku sambil memperlihatkan desain undangan yang berkonsep pantai serta laut. "Mmmm..Bentar deh, ayah. Nah..oke banget deh, pilihannya ayah. Lebih masuk. Pake konsep laut dan pantai, trus fotonya pake foto ini, pas dikapal keliling Sungai Seine," balas Dini. "Iya sayang. Ini undangan akad dan resepsi digabung aja atau gimana? Kan kapasitas chapel Aryaduta kebatas banget," ucapku. "Kalau buat 2 gimana, sayang? Ya..1 lagi bisa pake konsep simple floral sih, undangannya. Pake foto kita yang di taman deket Eiffel aja biar kena konsepnya. Itu untuk undangan resepsi," usul Dini dan aku setuju. Selain bentuk fisik undangan, ada juga undangan digital untuk acara resepsi. Undangan digital ini akan diberikan untuk teman-teman kami serta perwakilan DiktaLova. Ya. Untuk resepsi, kami berdua mengundang 500 orang yang terdiri dari keluarga, sahabat, tim manajemenku, perwakilan DiktaLova dan beberapa rekan bisnis kami berdua. Itu karena kami memang tak mau terlalu banyak tamu dan kalau yang tak bisa hadir, kami siapkan zoom meeting untuk akad nikah nanti. "Mas. Aku baru inget. Pas di Jogja nanti, kita sekalian coba cincin nikah kita di Kotagede Jewelry deh," usul Dini. "Iya sayang....sebelum visit ke kantor skincare nya, kita ke Kotagede dulu. Kan aku nemenin pas kamu ngasih kuliah umum, walau aku nanti di hotel," balasku dan aku pamit untuk memberikan desain undangan yang kami pilih pada Komeng, manajerku, untuk segera proses cetak. Manajerku berucap, "Gila sih. Bakalan keren nih undangannya, kece tapi ramah lingkungan. Undangan digital kalian juga, pake tema alam gitu, sesuai sama outdoor prawedding di Paris. Tapi foto di Swiss dan Jerman juga kuambil untuk undangan digital." "Iya, lu atur aja, Meng. Hehe. Yang penting keren dan sesuai ekspektasi gue sama Dini," balasku. Komeng mengangguk mengiyakan. Untuk backsong undangan digital, kami sepakat menggunakan lagu A Thousand Years-nya Christina Perry feat Steve Kaaze. Lagu ini juga yang akan kami pakai untuk wedding dance pertama kami sebagai suami istri nanti.
Akhirnya, showcase di Jogja makin dekat. Aku sudah tiba lebih dulu karena akan menemani Dini kerja sekaligus kami akan fitting cincin pernikahan. Usai Dini mengajar, ia ke hotel dan kami langsung ke Kotagede untuk mencoba cincin pernikahan yang sudah kami pesan. Maklum, waktu pernikahan semakin dekat. "Mas. Di kamu pas banget tuh cincinnya," puji Dini. "Iya. Look nya bagus gitu, simpel elegant tapi tetap ada sentuhan personal dengan nama kita di tulisan Jawa," ujarku sambil menatap sayang Dini. "Iya. Mas. Kalau cincinku gimana?," tanya Dini. Ia minta pendapatku. "Nice, bunda. Keren juga. Cuma, gak kegedean, sayang?," jawabku seraya balik bertanya. "Agak gede dikit emang sesuai request, Yah. Kan bunda pengen pake cincin kita ini sampai kapanpun dan di momen apa aja, termasuk kalau bunda lagi hamil nanti," jelas Dini. "Iya deh sayang.....yang penting, bunda nyaman," balasku. Kurangkul Dini dengan sayang. Kami sempat difoto dulu oleh pihak Kotagede Jewelry dan di upload ke IG mereka dengan caption, 'Matur nuwun untuk Mas Dikta dan Mbak Dini yang sudah mempercayakan kami untuk membuat cincin pernikahan secara eksklusif. Semoga lancar sampai hari H dan nanti, pernikahak kalian selalu bahagia.' Kami merespon dengan me-repost postingan tersebut. Ini juga menjadi cara halusku untuk mengenalkan Dini secara resmi pada semua tim kerja dan media sebagai calon istriku. Usai fitting cincin, Dini mengajakku kulineran. Ya. Kami membeli beberapa jajanan enak plus menghabiskan malam di Alun-Alun dengan main sepeda berdua. "Mas. Abis ini jajan lagi ya," ajak Dini. "Iya sayang. Boleh. Mau jajan wedang ronde gak? Kayaknya enak loh," usulku sambil merangkul Dini dan ia setuju. Jadi, kami memang menghabiskan waktu berdua karena besok pagi, kami sibuk juga. Ya. Akhirnya pagi yang ditunggu tiba. Kami memulai hari dengan visit ke kantor skincare sekaligus toko offline nya. "Bunda. Lengkapin aja semuanya. Ayah beli untuk hantaran nanti," bisikku usai kami disambut oleh semua staff dan kami mendapat pengenal khusus. "Iya. Ayah juga. Kan bunda mau beli untuk balasannya gitu.....," bisik Dini. Alhasil, kami saling membelikan produk dan itu memakai harga khusus untuk BA. Baiklaaaah....Dari sana, kami lanjut check sound sebentar dan lanjut menemui beberapa DiktaLova di sore sebelum acara karena acara dimulai malam hari.
Saat show, semua lancar. AKu juga berkolaborasi dengan beberapa musisi terkenal lainnya. Saat jelang akhir show, aku memanggil Dini dan berucap, "Ini salah satu support system saya. Kenalkan gaes, dokter Andini Vidya Ananda, calon istri saya," sembari merangkul Dini dengan sayang. Kemudian, mengalun lagu Cintanya Aku yang merupakan lagu khusus ciptaanku untuk Dini. Semua hanyut dalam suasana romantis saat kami bernyanyi dan aku tak menyangka kalau suara Dini bisa sebagus itu. Ya...mungkin karena ia memang punya bakat alami dan diasah dengan latihan beberapa waktu belakangan ini. Kemudian, di sesi akhir, semua pengisi acara muncul dan kukenalkan. Lagi-lagi, aku juga merangkul Dini dan kupeluk ia dengan sayang sebagai bukti bahwa aku bangga memilikinya sebagai calon istri. Usai acara, kami makan malam bersama rombongan dan setelahnya ke hotel lagi untuk istirahat sebelum ke Malang besok pagi.
Kuakui, saat ada Dini yang menemani, semangat kerjaku jadi bertambah. Dini pun terlihat enjoy saat ia menemaniku. "Mas. Ini udah aku setrika bajunya," ujar Dini padaku jelang show di Malang. "Ya ampun sayang..kamu sampe setrika in baju. Kan aku sendiri juga bisa," tegurku. "Kan ada aku, Mas. Udah, gak masalah. Sini, coba aku bantuin benerin krah baju kamu," balas Dini. AKu spontan meletakkan tanganku ke pinggang Dini. Sebelum tampil, kami berdoa dan tak lupa, kucium kilas kening Dini sebagai tanda cinta. Malam itu, semua terlihat bahagia. Malah, kami mendapat banyak kado. Dini juga menjadi sasaran foto para DiktaLova karena mereka tahu bahwa Dini adalah calon istriku. Usai acara, Dini mengajakku ketemu dengan Kharis, adik sepupunya yang kebetulan sedang liburan juga di Malang. Kami menuju sebuah rumah makan dan Kharis mentraktir kami. "Mas. Ini urusanku deh, soalnya Kak Dini emang mau ngajak ketemuan. Tadi, aku bawain nih, makanan kesukaan Kak Dini, ketan duren. Ada banyak rasa. Kan aku sempetin ke Batu dulu untuk beliin ini," cerita Kharis. "Iya, Mas. Emang aku sengaja pengen ngenalin kamu ke Kharis. Kan dia baru abis pelatihan di Amerika untuk upgrade skill pilot nya," jelas Dini dan ia lirik aku. "Iya sayang. Mmmm. Ris. Makasih loh udah sampe traktir kami segala," sambungku. "Iya, Mas. Kan ini sebagai perkenalan. Oh iya. Untuk nikahan Mas dan Kak Dini, aku juga mau bantuin deh. Nanti, urusan ngawasin homeband dan urusan keamanan, aku yang handle," tawar Kharis dan kami sangat setuju. Ya. Kalau ditemani tunangan, memang memberikan efek semangat bekerja dan aku lebih nyaman. Apalagi, Dini memang telaten dalam menyiapkan keperluanku. Sebelum manggung, ia bahkan memberiku suntikan vitamin khusus. Aku tahu kalau itu memang wujud perhatian serta rasa cinta dari Dini untukku dan tentu, takkan ku sia-siakan cinta setulus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simphoni Cinta
RomanceCinta kadang hadir tanpa diduga. Jatuh, bangun, dan jatuh lagi sudah kurasakan. Tapi kali ini, apakah ada ketulusan yang kucari? Akankah ada cinta tanpa tapi untukku? Adakah cinta tanpa syarat seperti yang disebut orang selama ini? Dikta Povv