Since I Found You

63 1 0
                                    

Sejak hari kami jadian, kuakui, hidupku terasa lebih berwarna. Ini karena aku memiliki kekasih yang baik, juga bisa diajak diskusi dengan tidak mengedepankan emosi serta ego. Ya. Dini memang beda dari Sita dan makin hari, aku semakin mencintainya. Sore itu, aku berniat membuat kejutan bagi kekasihku. Aku sudah menghubungi suster Tiara, asisten dari kekasihku tersayang. Hari itu, menurut suster Tiara, Dini sedang mengisi acara on air di salah satu radio karena ia juga aktif dalam mempromosikan pencegahan dan penanganan penyakit lewat berbagai media. Kuakui, itu karena kecerdasan serta attitude nya yang sangat baik ketika melayani pasien plus prestasinya sebagai dokter penyakit dalam termuda yang sukses menulis berbagai artikel dan jurnal internasional. "Mas Dikta. Kebetulan. Dokter Dini kayaknya 10 menit lagi udah kelar dan habis itu, beliau gak ada agenda lagi," ucap suster Tiara yang hari itu mendampingi Dini. "Ok deh. Jangan bilang dulu kalau saya disini, ya. Soalnya mau ngasih kejutan sama Dini," sambungku pada suster Tiara. "Beres. Tapi, Mas. Saya mau bilang selamat deh, karena akhirnya, Mas berhasil membuka gembok hati dokter Dini. Beliau tuh emang terkenal susaaaaaah banget ditaklukkan hatinya. Tapi percaya deh, sekali beliau udah sayang, ya..beliau bakalan sayang banget sama pasangannya," cerita dokter Tiara. "Iya, suster. Insya Allah, saya juga sama. Udah beneran kena pesona dokter cantik nih," balasku sekenanya. Hari itu, aku membawakan buket bunga dan healthy chocolate. Ini menjadi kejutan pertama dan setelah itu, aku juga sudah membelikan seuntai kalung emas putih bermata berlian. Kalungnya sendiri akan kuberikan saat kami jalan berdua di sore hari ini. "Semoga aja Dini suka sih, sama kado dariku. Ya....Dulu Sita sempat kukasih, tapi malah dia ajak aku ke toko nya lagi dan kadoku ditukar. Ah....Dikta. Dini dan Sita adalah 2 orang yang 180 derajat berbeda kok. Insya Allah Dini gak seperti itu. Dia selalu hargain kamu apapun yang kamu lakukan. Stop bandingkan Dini dan Sita karena Insya Allah, Dini yang terbaik," batinku. Lalu, aku disuruh menunggu di ruang transit oleh suster Tiara karena kekasihku akan segera keluar menuju ruang transit sebelum pulang. Benar saja. Tak lama, aku melihat Dini keluar dari ruang siaran. Hari itu, ia tampak anggun dan berwibawa dengan jas dokter serta rok selutut berwarna hitam dan sepatu putih. Rambutnya ia ikat dengan gaya ekor kuda dan make up tipis diwajahnya membuat ia terlihat semakin cantik di mataku. "Surprise...Hey, sayang," sapaku saat melihat Dini seraya menyerahkan buket bunga dan parsel coklat sehat yang ia suka. "Mas....Loh. Katanya kamu syuting....," balas Dini sambil menyandarkan kepalanya ke pundakku. "Aku emang ada syuting, sih, tapi gak lama, kok. Jadi, aku tadi langsung call suster Tiara dan ya....aku beliin semua ini untuk kamu. Anggap aja ini surprise perdanaku sebagai pacar kamu, sayang," ujarku sambil merangkul pinggang Dini dengan sayang. "Mas. Makasih ya. Kamu udah bikin aku bahagia terus," ucap Dini dan ia tersenyum. Itu semakin menambah kecantikannya dimataku. "Iya, sayang. Makasih juga, karena kamu udah selalu dukung aku dan kamu percaya kalau aku bisa mandiri dalam membuat album solo keempatku alias album pertama yang kubuat dengan homeband dan tim manajemenku secara mandiri. Malah, kamu juga ikut kasih ide. Makasih ya sayang. Well. Kita jalan yuk, habis ini. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat dan Insya Allah kamu suka," sambungku dan Dini menganggukkan kepala tanda setuju. "Mmmm. Suster. Tolong nanti suster aja yang bawa mobil saya ke rumah sakit. Parkirkan aja di tempat biasa. Saya mau pergi dulu, udah dijemput sama Mas Dikta, nih," timpal Dini seraya menyuruh suster Tiara untuk menyetir mobilnya dan ia ikut denganku. Suster Tiara mengiyakan dan ia menyetir mobil CRV milik Dini. "Sayang. Sini deh, bunganya aku bawain. Parsel nya juga. Kan kamu lagi bawa tas," sergahku sambil membantu Dini membawa barangnya. Lalu, kami pergi ke sebuah tempat yang juga favoritku. Tempat tersebut adalah cafe rooftop milik Ichan, salah satu team member di manajemenku. "Mas. Cafe nya bagus banget nih. Enak gitu tempatnya. Gak panas," komentar Dini dan ia masih menggandeng lenganku. Ini yang aku suka dari kebiasaan Dini. Ia seringkali menggandeng lenganku dan berjalan disisiku, apalagi setelah kami jadian. Tak seperti Sita yang lumayan jarang menggandeng lenganku dan selalu jalan didepanku. Ia hanya akan menggandeng lenganku kalau tersorot kamera saja atau saat kami ke event besar. "Iya. Ini cafe si Ichan loh, sayang," sahutku. "Oh gitu. Mmm.....ok. Bisa nih, kita bantuin promo nya, Mas," timpal Dini. Kami memesan menu makanan dan tak lama, pesanan kami datang. Dini memesan spaghetti dan sup krim. Aku memesan steak. "Mas. Cobain deh spaghetti ku. Sini sayang, aku suapin," ujar Dini dan tentu, aku tak menolak suapan dari wanita yang kini menjadi kekasih hatiku itu. "Sayang. Coba steak aku, nih," tawarku dan kusuapi Dini juga. Ia berucap, "Enak juga steak nya, Mas. Bisa nih aku bantu Ichan promo. Kebetulan, minggu depan ada suster yang ulang tahun di ruangan penyakit dalam. Mau pesen nasi box dan sekalian kue nya. Aku liat di list menu, kita bisa pesan nasi box untuk event gitu." "Oh itu. Nah...kebetulan. Ada Ichan tuh, sayang. Aku bantu bilang deh. Untuk berapa orang pesenannya? Kue nya kayak gimana? Nih. Bisa pesen kue ulang tahun sekalian loh," balasku. Kupanggil Ichan dan ia mendekat. Kubantu Dini untuk mengutarakan pesanannya dan bahkan, Ichan memberikan harga khusus karena Dini adalah pacarku yang baik hati. "Mas Ichan. Kalau harganya segitu...mmm...kue nya ini nih. Untuk kue, saya bayar harga normal aja. Kan Mas juga butuh keuntungan," ujar Dini dan ini membuatku dan Ichan saling pandang. Kekasihku malah berkeras membayar kue dengan harga normal karena tak mau Ichan malah rugi. Ini juga yang membuatku tambah respek dengan karakter Dini. "Din. Udah deh. Anggap aja ini sekalian promo. Kan lumayan. Lagian, lu kan pacarnya Mas Ta. Jadi, tetap dapat harga khusus kayak gue ke Mas Ta dan yang lainnya lah," sambung Ichan. "Ok deh. Jadi, ada 25 kotak dan 1 kue yang coklat premium, Mas. Aku langsung lunasin aja," timpal Dini dan ia langsung melunasi pesanannya. "Jangan lupa, lu anterinnya on time, bro. Pesenan pacar kesayangan gue ni," selaku. "Beress...," balas Ichan.

Simphoni CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang