Hari berlalu dan tanpa terasa, sudah memasuki bulan Ramadhan. Ini menjadi Ramadhan pertama yang kulalui dengan Dini, kekasihku tersayang. Tapi, ia masih berada di Monaco karena ada seminar disana dan baru kembali di hari ketujuh Ramadhan. Aku juga masih banyak pekerjaan dan show karena album perdana yang kugarap sendiri alias album keempat kalau ditotal dengan albumku bersama Hexa Production mendulang sukses besar yang aku sendiri tak pernah membayangkannya. Karena itulah, rencana lamaranku dengan Dini terpaksa dipending sampai usai Idul Fitri atau saat aku ada jadwal show di Magelang yang tak seberapa jauh dengan Jogja. Kalau acaraku di Magelang nanti, Dini dipastikan ikut dan momen itu juga sekaligus menjadi momen lamaran kami sesuai kesepakatan mamaku dan bundanya Dini. "Ta. Besok kan kita balik ke Jakarta setelah acara di Bali. Kayaknya nih, kita dijemput sama Dini deh," ujar Komeng, asisten sekaligus sahabatku. "Iya Meng....Ini Dini chat gue. Astaga. Dia padahal baru landing tadi sore loh. Tapi, dia mau ikut nemenin gue show. Katanya sih karena kangen. Hehe....," sahutku dengan bahagia. Maklum, besok menjadi waktuku untuk melepas rindu dengan kekasih hati kesayangan dan kebanggaanku. "Mmmm..Yang mau lepas kangen. Haha. Besok flight pagi, trus langsung check sound," timpal Komeng. "Iya...Sip," balasku. "Tapi besok gue ke rumah dulu, Ta. Jemput Kalana. Dia nanyain luuuuu....terus," sela Ichan. "Wih...Ada Kalana. Ok sip. Bawa aja deh Chan," ujarku sambil tersenyum. Kalana adalah anak pertama Ichan dan sejak bayi, ia sudah dekat denganku. Aku juga sudah menganggap Kalana seperti anak sendiri walau aku belum tahu bagaimana rasanya menjadi seorang ayah. Tak lama, Dini videocall yang tentu saja kuangkat dengan bahagia. "Sayang. Hey. Kamu belum tidur?," sapaku pada gadis cantik yang amat kucinta dan kurindu. "Belum, Mas. Nih, masih nanggung. Mau aku beresin resume nya untuk laporan ke kepala rumah sakit, biar besok bisa fokus nemenin kamu," balas Dini sambil tersenyum. Ia memang begitu, selalu memberiku senyum termanis dalam kondisi secapek apapun. Itu membuatku merasa sangat spesial dan tentu, aku juga melakukan hal yang sama karena ia adalah obat lelahku. "Iya. Tapi, kamu jangan sampe kurang tidur. Bunda. Dokter juga harus jagain kondisi loh. Ayah gak tega kalau Bunda sampe sakit," balasku sambil memakai panggilan ayah dan bunda dengan kekasih kesayangan. "Iya deh, ayah....Bunda janji untuk jaga kondisi. Tapi awas loh, kalo sahurnya makan mie lagi. Ayah tuh ada riwayat GERD loh, jadi makannya harus dijaga," sahut Dini. "Iya deh, sayang. Palingan sahur nanti mau makan di hotel karena kan, aku pake pesawat pagi ke Jakarta," timpalku. "Ok. Aku jemput deh, Mas. Abis subuh deh, aku jalan. Kan kamu flight jam 6 subuh. Ntar ditemenin driver rumah sakitku, Pak Imam," sambung Dini, seolah paham betul akan kekhawatiranku kalau ia nyetir sendiri di tengah malam atau subuh. "Iya sayang...sampe ketemu besok. Bunda. Ayah miss you," ujarku dan itu membuat Dini tersenyum sembari berucap, "Iya ayah...Bunda miss you, too." Lalu, smabungan berakhir karena kami akan tidur untuk persiapan bangun sahur di lokasi masing-masing.
Keesokan harinya. Usai makan sahur, aku dan team bersiap untuk berangkat ke bandara. Sholat subuh pun kami lakukan di musholla bandara sambil menunggu waktu keberangkatan. Aku seolah tak sabar karena akan bertemu dengan kekasih tercinta dalam beberapa waktu kedepan. Itu karena nyaris sebulan ini kami tak bertemu langsung karena kesibukan masing-masing. "Ta. Cieeeee.....Yang bentar lagi mau ketemu pujaan hati setelah LDR Indonesia-Eropa nyaris sebulan..," goda Mas Zack. "Iya. Mukanya girang amat," balas Mbak Olive. "Iya lah. Apalagi nih, Dini bilang sih..dia ada surprise. Tapi, ketemu ama dia aja udah surprise terindah buat gue," ujarku. "Iya. Ta. Jujur, sejak sama Dini, lu bisa lebih jadi diri sendiri dan makin keurus juga. Kesehatan lu makin oke, job nambah tapi tetap aja kondisi lu kejaga banget," puji Komeng. "Iya, Meng. Soalnya, urusan obat dan pemeriksaan rutin kan, udah diatur ama Dini. Jadi, gue ikutin aja semua sarannya dan...sukses deh," ujarku dengan nada bangga karena kekasihku kali ini adalah sosok wanita yang baik hati serta benar-benar membuktikan ketulusan cintanya padaku sejak pertama bertemu. Lalu, kami dipanggil untuk naik pesawat karena jam boarding sudah dekat. Kami semua menaiki pesawat yang akan membawa kami kembali ke Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simphoni Cinta
RomanceCinta kadang hadir tanpa diduga. Jatuh, bangun, dan jatuh lagi sudah kurasakan. Tapi kali ini, apakah ada ketulusan yang kucari? Akankah ada cinta tanpa tapi untukku? Adakah cinta tanpa syarat seperti yang disebut orang selama ini? Dikta Povv