Beberapa bulan kemudian. Kami berdua dan keluarga intiku sudah di Jogja. Ini karena launching album keduaku memang dilakukan di kota ini sesuai keinginanku serta manajemen. Selain itu, Dini juga akan meresmikan RS Khusus untuk penanganan penyakit dalam yang bernama DnD's Internist Care. Ini merupakan salah satu keinginan Dini yang menurutnya, lebih dari ekspektasi karena sebelumnya, ia hanya ingin klinik seperti di Bali. Namun, karena alat-alatnya lebih lengkap di Jogja dan memang segala hal yang ada sudah lebih dari cukup untuk RS khusus, maka terjadilah semuanya. "Masya Allah sayang..Bunda cantik banget," pujiku. Aku seolah tak ingin melepaskan pandangan mataku pada sosok wanita yang cantik dan sangat baik itu. "Yah....Ayah juga cakep kok. Sini, dasinya bunda benerin," balas Dini dan ia betulkan letak dasiku. "Makasih ya sayang," ujarku dan kucium mesra tangan Dini. "Mmmm..Ayah....Harusnya bunda duluan," balas Dini dan ia raih tanganku seraya mencium tanganku. "Kan gak masalah. Oh iya. Bunda. Makasih loh, semalem udah datang pas ayah launching album. Padahal, bunda juga repot persiapan untuk acara hari ini kan," ucapku sambil merangkul pundak Dini, yang siang hari ini memakai dress selutut berwarna putih dengan ikat pinggang hitam plus sepatu setinggi 5 cm. Aku sendiri memakai setelan jas berwarna broken white dan celana krem agar senada dengan penampilan istri tersayang. "Yah. Itu bagian dari dukungan Bunda untuk karier ayah. Oh iya. Selamat, sayang. Lagu kamu udah masuk top 3 chart lagu terfavorit. Klip nya juga masuk ke salah satu video klip yang oke punya. Nih, ada report yang masuk ke Bunda juga," ucap Dini dan ia memelukku. Aku merasa sangat nyaman dipelukan istriku terkasih itu. "Sayang. Itu kan karena kamu juga. Kamu tuh, inspirasi aku dalam menulis lagu dan lainnya. Bunda. Ini tuh untuk kamu," balasku dan kudaratkan 1 kecupan di kening istri tercinta. Kemudian, Dini menggandeng lenganku dan kami menemui para tamu ditemani mamaku, bunda nya Dini, Tami, Salsa, juga Mas Reza dan Mbak Fika. Acara di siang hari itu juga dihadiri oleh gubernur DIY, Menteri Kesehatan dan sejumlah tokoh penting. Dini juga mengundang para dosen serta sahabat seperjuangannya karena RS Khusus tersebut, menurut Dini, adalah kolaborasinya dengan sejumlah sahabat tercinta. Namun, tetap saja, ia yang menyalurkan modal terbesar dan di hari pertama saja, pasien malah makin ramai.
Malam, usai acara. Kami memilih menginap dirumah bundanya Dini di kamar masa kecil Dini yang sudah ia sulap sedemikian rupa hingga nyaman untuk kami berdua. Maklum, dulu kamar ini ia tempati sendiri dan saat ini, ia sudah bersuami. Jadi, ia meminta pada bunda dan Mas Reza untuk merenovasi kamar sedikit sebelum kami datang. "Yah. Nih, minum vitaminnya. Akhir-akhir ini, jadwal ayah kan padat banget. Jadi, ayah harus jaga kondisi. Apalagi, kan sempat bunda periksa dulu tuh, ayah ada riwayat penyakit jantung walau sedikit. Jadi, tetap harus diperhatiin kondisinya," ujar Dini dan ia menyiapkan vitamin untukku. Ya. Sebagai istriku plus dokter spesialis penyakit dalam, Dini tahu betul akan kondisiku. "Tapi...Jujur, aku kadang agak sesak dikit kalau terlalu capek dan belakangan juga, kondisi sering gak enak. Ah...Jangan bilang Dini dulu. Aku gak apa-apa kok. Kasian Dini kalau harus repot lagi ngurusin aku. Sekarang, karier nya mulai menanjak lagi setelah keluar dari RS Mitra Persahabatan demi mengembangkan klinik dan RS khusus nya. Aku jangan nyusahin dan nambah beban dia," batinku. Ya. Belakangan ini aku mulai merasa sering kelelahan dan kalau sudah begitu, nafasku kadang sesak. Tak jarang, saat dibelakang panggung beberapa waktu ini, aku minta disiapkan oksigen spray untuk antisipasi kalau-kalau aku sesak nafas usai manggung. Aku menduga kalau ini ada kaitannya dengan riwayat penyakit jantung yang memang sudah ada di diriku sebagai 'warisan' dari mendiang papaku. Walau begitu, untuk aktivitas olahraga dan lainnya tetap kulakukan. "Yah..Kok ngelamun?," tegur Dini, menyadarkanku dari lamunan. "Oh..Nggak kok, Bunda. Cuma lagi liatin bunda aja," balasku sambil tersenyum, mencoba meyakinkan pada Dini kalau aku baik-baik saja. "Yah...Kita kan udah nikah. Gak seharusnya ada rahasia lagi. Tapi, kalau ayah belum mau cerita, Bunda hargain kok. Asal, vitaminnya diminum. Sini, Bunda suapin," ucap Dini, yang dengan penuh perhatian malah menyuapiku vitamin. Ah. AKu jadi merasa bersalah karena menutupi kondisiku saat ini darinya. Namun, aku lakukan itu juga karena tak mau menambah beban istriku. "Bunda. Makasih ya, udah suapin ayah vitamin. Oh iya. Besok juga, 4 bulanan Mbak Fika kan? Jam berapa, sayang?," ujarku karena aku ingat, besok adalah 4 bulanan kakak iparku. "Oh....Acaranya besok sih di Hotel The Alana, jam 10 pagi sampe selesai. Kenapa, Yah?," sahut Dini seraya balik bertanya. "Ya....takut lupa, sayang," balasku sambil merangkul Dini dan kubawa ia dalam pelukanku. Tak lama, Dini malah tidur dengan sangat nyaman didalam pelukanku. AKu juga ikut tidur karena capek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simphoni Cinta
RomanceCinta kadang hadir tanpa diduga. Jatuh, bangun, dan jatuh lagi sudah kurasakan. Tapi kali ini, apakah ada ketulusan yang kucari? Akankah ada cinta tanpa tapi untukku? Adakah cinta tanpa syarat seperti yang disebut orang selama ini? Dikta Povv