Cinta Sejati? Kamu Orangnya

58 1 0
                                    

Sejak launching mini album perdanaku secara digital di beberapa platform musik, memang jadwal kerjaku lumayan padat. Namun, masih manusiawi karena yang mengatur jadwal adalah aku sendiri, tim manajemen dan pastinya ada kekasihku, Dini, yang juga ikut memantau. Ia tak melarang apapun, namun tetap mendukung dengan terus mengingatkanku agar menjaga kondisi. Sejumlah resep obat, vitamin dan lainnya sudah ia berikan. Malah, ia sendiri yang langsung mengirim semua yang kuperlukan terkait obat serta vitamin saat stock menipis karena kekasihku itu memahami cara perhitungan stock obat sesuai dosis. Aku jadi banyak belajar tentang kesehatan dari kekasihku yang seorang dokter spesialis penyakit dalam terbaik se-DKI itu. Ia juga lumayan disibukkan dengan membuat beberapa artikel. Salah satunya, ia membuat jurnal bekerjasama dengan dokter dari Jepang dan Amerika tentang upaya pencegahan dan penanganan diabetes pada anak. Jurnal tersebut bahkan sampai memperoleh penghargaan di level internasional dan ini membuat nama kekasihku semakin melambung tinggi sebagai dokter spesialis muda yang berprestasi. Tapi, Dini tetaplah sosok yang rendah hati dan memperlakukan pasien tanpa beda. Setidaknya, itu menurut testimoni para pasiennya serta dari beberapa karyawan rumah sakit. Ya...Bukan karena aku pacarnya sih, hehehe. "Ta. Besok malem, lu nampil di Kokas. Itu kayak acara festival bagi para bunda gitu. Ada edukasi nya. Trus....Lu liat ini. Ini acaranya juga mengundang Dini, pacar lu sendiri. Tuh, malah dia sekalian jadi pembicara nya. Dia sore, lu malem nih," ucap Komeng saat menunjukkan jadwalku besok. Kami masih di Padang saat itu dan baru kembali ke Jakarta esok harinya. Jujur, aku juga rindu dengan Dini karena kami jadi jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Apalagi, 2 hari lalu ia baru tiba dari Jepang karena ia mendapat penghargaan khusus terkait jurnalnya yang menurut para dokter bisa menjadi inovasi baru untuk deteksi dini diabetes pada anak dan penanganannya hingga membatasi komplikasi karena diabetes pada anak. Kekasihku itu bahkan bekerjasama dengan tim promosi kesehatan di rumah sakitnya serta beberapa rumah sakit di Jepang dan Amerika untuk mengembangkan aplikasi yang bisa mendeteksi gejala awal diabetes dari pasien yang berkunjung ke rumah sakit, Puskesmas maupun Posyandu. Aplikasi ini akan di launching sekalian dengan Bunda Fest yang juga melibatkanku sebagai salah satu bintang tamu. "Ta. Pacar lu beneran pinter banget. Gak kebayang sih, gimana pinternya anak lu berdua nanti kalo kalian nikah. Kalau anak lu 2, bisa aja 1 cerdas di musik, 1 lagi cerdas akademis. Tapi, Dini juga punya musikalitas yang keren loh," komentar Ichan. "Iya. Mmmm. Gue bangga banget dan rasanya, tiap hari gue makin cinta sama Dini. Dia secerdas itu, punya karier yang sangat bagus juga, lagi. Tapi, dia sangat memanusiakan orang lain loh. Kagum gue sama dia. Nih dia baru aja chat, ngingetin minum vitamin dan istirahat cukup. Gue sih, pengen banget bisa nikah sama dia someday. Lagian, mama dan adik-adik gue juga sayang banget sama dia. Gue juga beberapa kali sih, videocall sama bundanya Dini dan abangnya, Mas Reza. Insya Allah, pas gue manggung di Jogja nanti, gue sekalian mau ketemu sama keluarganya Dini dan...ya...gue mau serius sih. Kemungkinan mau sekalian gue lamar aja lah. Gue makin cinta sama Dini, Meng," curhatku. "Gue setuju banget lah kalo lu dan Dini mau serius. Kalau lu ngajak tim manajemen untuk lamarin Dini pun, siap lah kita," balas Komeng. Aku tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Menurutku, ide Komeng cs bagus karena artinya, mereka memang bagian dari keluargaku juga dan kurasa, Dini takkan keberatan lantaran ia sangat mengenal baik tim manajemen serta keluargaku. Aku malah dapat ide untuk menunjukkan sisi romantisku pada Dini besok. 

Keesokan harinya. Aku langsung menuju lokasi check sound usai dari bandara. Di tempat lain, Dini sedang bersiap untuk mengisi acara sore itu. Salsa ikut menemani karena adikku itu bekerja di Jakarta. Kalau Tami, ia kerja di Garut sekaligus menemani mamaku. "Mbak. Masya Allah. Cantiknyaaaaaaa...," puji Salsa pada Dini yang sore itu mengenakan blazer khusus sebagai seragam dari RS Mitra Persahabatan. Lencana penghargaan juga ia pakai di sisi kanan blazer. Tak lupa, ia memakai celana dengan warna hitam plus dalaman kemeja tanpa lengan berwarna broken white. Sepatu berwarna broken white setinggi 5,5 cm melengkapi penampilannya sebagai dokter muda yang cantik dan berwibawa. Adikku itu sudah di mess dokter RS Mitra Persahabatan tempat Dini tinggal. "Bisa aja, Dek. Jujur, ya. Mbak nervous banget. Ini pertama kali diskusi panel sama 2 dokter hebat lainnya. Ada dokter Fiska yang juga salah satu dokter anak terbaik dan dokter Rissa, dokter kandungan. Mereka semua udah senior Mbak loh, dan Mbak yang paling muda," curhat Dini pada Salsa. "Mbak juga gak kalah hebat. Dapat penghargaan internasional loh, dan kalau kata temennya aku yang calon dokter juga, topik jurnal yang Mbak ambil tuh emang super berat tapi Mbak bisa dengan sangat baik mengeksekusi semua itu. Walau masih muda, aku yakin banget loh, Mbak tuh bisa," balas Salsa dan ia rangkul pundak Dini selayaknya adik pada kakak perempuannya. Salsa memang sangat dekat dengan Dini. "Bukan aku yang hebat, Dek. Allah yang memampukan dan aku juga 1 tim dengan orang-orang yang hebat," ujar Dini. Ia tetap rendah hati walau sejumlah prestasi sudah ia raih sebagai seorang dokter. "Tapi, penulis utama tuh tetap loh, dr. Andini Vidya Ananda, Sp.PD," ujar Salsa. "Iya, itu kan kepercayaan yang harus kita maksimalkan untuk hasil terbaik, Dek. Award hanya bonus. Yang terpenting, apa yang kulakukan bersama tim, bisa membuat anak Indonesia lebih sehat. Anak sehat, Insya Allah masyarakat ikut sehat juga. Trus, 1 lagi. Doain supaya komitmenku untuk gak bedain pasien sesuai sumpah dokter bisa terus kulakukan, dan Insya Allah, aku kedepannya pengen buka klinik sendiri. Mas mu tahu dan dia udah bantu riset beberapa calon lokasi. Cuma, masih nunggu uangnya cukup," sahut Dini. "Pasti deh, aku sekeluarga doakan Mbak. Mmmm...Ya udah. Yuk berangkat. Abis Mbak yang nampil trus malemnya Mas Ta. Kita kan nonton, Mbak," ujar Salsa. "Ok. Dek. Tolong nyetir ya. Boleh kan? Mbak agak ngantuk soalnya," pinta Dini. Ia memang lumayan ngantuk karena baru 2 hari tiba dari Jepang dan harus bersiap untuk acara hari ini. Belum lagi, ia langsung kerja besoknya. "Sip. Pake mobil Mbak aja deh," ujar Salsa dan Dini menyerahkan kunci mobil CRV nya pada Salsa. "Dek. Nanti waktu Mas Ta konser, kita seragam an aja bajunya. Tuh, Mbak udah siapin. Mbak beliin di Jepang untuk kamu. Mas Ta juga udah aku beliin sepatu baru untuk nanti malam karena kalau baju, dia udah siap sih," ucap Dini pada Salsa. "Ok deh Mbak. Baiknya nih, ya, calon ipar aku...," sahut Salsa yang sukses membuat Dini tersenyum padanya. 

Simphoni CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang