Keesokan harinya. Mas Reza mengajakku serta semua keluarga besar kami untuk jalan-jalan ke beberapa tempat. Perjalanan dimulai usai kami sholat Subuh. Ya. Tujuan kami adalah sunrise di Puthuk Setumbu, Magelang, sekaligus ke Borobudur. "Akhirnya....Kesampaian juga mau kesini, Mma," ujar Salsa pada mama. "Iya. Mama emang pengen ke sini, sih. Keren sunrise nya," komentar mama. "Bener, Jenk Endang. Abis dari sini, kita ke Gereja Ayam dan Borobudur. Soalnya, anak-anak kita mau sekalian foto gitu, untuk koleksi foto setelah lamaran resmi tadi malam," sahut bunda. Ya. Beberapa keluarga yang ikut hadir di prosesi lamaran tadi malam memang ikut di trip tersebut. Jadi, ada sekitar 5 mobil yang berangkat dan terdiri dari 2 mobil pribadi milik bunda serta Mas Reza dan 3 lagi mobil sewaan plus driver nya. Malah, aku dan Dini sempat difoto oleh Mas Reza dan tim nya di kawasan Puthuk Setumbu dan Gereja Ayam sebelum sesi foto di Borobudur. "Nah....Gitu. Din. Gandeng lengannya Dikta," ujar Mas Reza seraya mengarahkan gaya Dini. "Ok. Tahan...Dikta...Bagus. Gitu, liat dengan cinta. Sip. 1..2...3," lanjut Mas Reza dan ia mengabadikan pose kami dengan beberapa gaya, dari romantis sampai elegan. Ada foto kami dengan latar belakang sunrise indah di Puthuk Setumbu. Lalu, kami juga difoto di Puncak Gereja Ayam yang memberi kesan romantis tapi tetap elegan. Disana, aku memegang pinggang Dini dan kekasihku itu meletakkan 2 tangannya di dadaku sesuai arahan Mas Reza agar kami terlihat romantis tapi tetap elegan. "Keren banget, Mas. Walau hanya siluet wajah yang keliatan, tapi ini oke loh," pujiku pada hasil jepretan calon abang iparku. "Iya. Mmmm...Kalau ini juga bagus banget. Keliatan muka aku dan Masta di latar belakang awan plus gunung," komentar Dini lagi seraya meletakkan tangannya ke bahuku. "Nah. Ok. Ini file nya biar aku dan Fika save dulu. Ntar kupilih yang keren banget. Ini kita semua sarapan, trus lanjut ke Borobudur. Cuma, nanti disana, kita foto di pelataran candi nya aja dan di halaman candi, karena kawasannya terbatas untuk yang bisa difoto. Lumayan juga sih biayanya. Ya..Gak masalah. Itu hadiahku untuk kalian Palingan kalo gak puas, bisa kita foto di Plaosan sekalian deh," usul Mas Reza dan kami setuju. "Mass...Makasih loh," ujar Dini dan ia memeluk abang kandungnya itu. "Iya deh, adekku yang paling aku sayang pake banget. Anggap aja ini salah satu kadoku untuk nikahan kamu dan Dikta," sahut Mas Reza sembari memeluk Dini, adik kesayangannya. "Iya, Mas. Makasih banyak ya, atas surprise pra wedding nya," balasku. '"ya. Aku hanya minta, tolong jagakan adikku," tegas Mas Reza lagi. "Iya, Mas Insya Allah aku jaga Dini," sambungku lagi. Ya. Usai sarapan, rombongan langsung ke Borobudur. Aku bersama Dini, Mas Reza dan tim langsung persiapan untuk foto. Rombongan lain dikawal Mbak Fika untuk keliling candi dan kami sepakat untuk kumpul di area parkir setelah selesai. "Nah. Kalian duduk di rumput, trus, Dini senderan ke Dikta. Iya..bener...Dikta, bisa rangkul Dini. Nah, gitu. Ok nih..taha ya, aku foto nih sekarang," arah Mas Reza dan kami ikuti. Beberapa pose sukses diambil di halaman candi. Lalu, kami pindah ke selasar candi di lantai 2 dan lagi-lagi, hasil foto memang sangat bagus plus cuaca juga sangat mendukung. Malah, di halaman Borobudur, kami difoto dengan ditemani sepasang gajah! Ini memang ide gokil Mas Reza namun kami sangat senang. Puas berfoto di Borobudur, Mas Reza mengajak kami ke Candi Plaosan untuk foto lagi demi mendapat latar candi. Ini sekaligus menjadi clue bahwa akad nikah kami akan dilangsungkan sesuai dengan budaya Jawa dari keluarga bundanya Dini serta keluargaku. "Nah. Abis ini kita kayaknya makan siang dulu, trus lanjut ke Gumuk Pasir, Parangkusumo. Nanti kita ke Parang Tritis sekalian deh. Malamnya, kita nginep di Heha Ocean View," ujar Mbak Fika. Ia dan Mas Reza sudah merencanakan semuanya untuk kami berdua. Menurut mereka, ini hadiah karena kami sudah melakukan prosesi lamaran resmi. "Untuk hotel, kami udah booking kan untuk semua keluarga yang hadir, makanya, dari awal, saya udah minta list nya. Itu untuk kita nginap di Heha Ocean View, biar besok bisa liat sunrise, trus tour pake jeep dan foto-foto. Ya....Sekalian nyambut Dikta dan keluarganya sebagai calon anggota keluarga kami," ujar bunda. "Mmmm. Ibu. Makasih loh, udah sambut Mas Tata sekeluarga dengan sebaik ini. Nanti, Mas Tata juga ikut bayar deh," sahutku. Aku jadi tak enak dengan keluarga calon istriku. Secara, mereka tuh, sudah sangat perhatian padaku serta keluarga besarku meski aku dan Dini belum menikah dan kami baru di tahap lamaran. "Nak. Udah. Ibu dan Mas mu udah bayarin semuanya. Kamu biar fokus ke pernikahan aja. Nanti juga, kami bantuin. Udah wajar, Nak, kalau keluarga tuh saling bantu. Jadi, kamu ndak perlu sungkan, Le," balas bunda sambil menepuk pundakku. "Iya, Bu. Insya Allah Mas Tata fokus untuk persiapan pernikahan Mas Tata dan Dini," ujarku. Ya. Untuk di Gumuk Pasir Parangkusumo, Mas Reza menyarankan untuk casual prawedding dan kami setuju. Kalau di Borobudur juga, konsepnya adalah vintage and romantic. Saat foto, aku mengenakan kaos putih dan jeans, lalu Dini memakai kemeja dengan kras sabrina dan jeans panjang. "Ok. Dikta. Peluk pinggang Dini. Din, coba peluk Dikta. Iya..bener, kayak gitu. Tahan yaaaa," arah Mas Reza seraya memotret kami berdua. "Ok. Next. Din. Peluk Mas Dikta dari belakang, iya...gitu. Nah. Mas Dikta bener tuh, langsung refleks liat Dini," arah Mbak Fika dan kami ikuti dengan sangat baik. Mas Reza mengabadikan setiap momen mesra kami. "Mas. Aku bahagia banget," bisik Dini padaku. "Iya sayang. Aku juga. Bismillah, beberapa bulan lagi, kita akan menikah, sayang," balasku dan kucium spontan kening Dini. Aksi kami itu diabadikan Mas Reza. Saat di Parang Tritis, kami difoto dengan latar sunset yang sangat indah. Ya. Ini salah satu mimpi kami dimana foto prawedding berlangsung dengan konsep outdoor. "Ok. Dikta...Lha..udah peluk Dini dari belakang dan cium kening aja. Tapi oke tuh. Bagus. Din, ekspresi kamu oke banget. Nah...siap...tahan gaes," arah Mas Reza saat kami iseng pose berdua. Setelah puas, kami ke Heha Ocean View untuk dinner sekalian menikmati suasana malam di sana plus..kami juga menginap disana, tentu saja. Keluarga besar kami berdua ikut hadir dan kami lihat, mereka ikut larut dalam suasana bahagia yang kami rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simphoni Cinta
RomanceCinta kadang hadir tanpa diduga. Jatuh, bangun, dan jatuh lagi sudah kurasakan. Tapi kali ini, apakah ada ketulusan yang kucari? Akankah ada cinta tanpa tapi untukku? Adakah cinta tanpa syarat seperti yang disebut orang selama ini? Dikta Povv