Bunyi dentingan lift berhasil menarik Raj kembali ke bumi. Sesaat pria itu memastikan masker wajahnya terpakai dengan erat, sebelum kemudian bergerak memasuki lorong. Lambat-lambat sambil memperhatikan dia mencari kamar unti 1224 yang ada di sana. Tepat di ujung lorong, posisi terbaik.
Raj mendesah panjang. Lalu, ditekannya bel di pintu. Tak lama terdengar langkah kaki mendekat, disusul pintu terbuka.
Untuk sesaat Raj tertegun menemukan Padma. Wajah wanita itu terlihat begitu polos tanpa riasan. Rambut yang agak berantakan dikuncir asal-asalan. Tidak ada pakaian rapi hanya piama polos berwarna abu-abu yang dia sembunyikan di balik cardigan cokelat susu. Namun, perhatiannya malah jatuh pada bibir Padma. Merah merona sekalipun tidak ada lipstik, hal yang tidak pernah berubah dan mungkin masih nikmat untuk dirasakan di bibirnya.
Sontak Raj menggeleng tegas. Dia ke sini hanya ingin memberikan kado Padma dan sedikit teman mengobrol setelah kejadian beberapa jam yang lalu. Sialnya, otaknya malah berpikiran nyaris yang tidak-tidak.
"Raj?"
Suara Padma menyentak Raj. Pria itu meringis di balik maskernya, lalu mengangguk. "Malam, Padma. Sori ... ganggu."
Padma manggut-manggut, lalu berkata, "Masuk aja."
Setelah mengatakan itu Padma menggeser badannya menjauhi pintu untuk memberi Raj akses masuk. Kemudian, dia bergerak lambat-lambat menuju satu-satunya sofa panjang di area ruang tamu untuk dia duduki.
"Mau minum apa?" tanya Padma di balik punggung Raj.
"Apa aja yang nggak nyusahin. Nggak minum juga nggak masalah," balas Raj.
Pria itu menaruh kotak kado berwarna merah muda itu di meja kopi, lalu memilih bergerak mendekati rak-rak yang ada di sekitar televisi berukuran puluhan inchi milik Padma seraya melepaskan masker. Raj tertarik pada sebuah gantungan kunci warna pink yang tergantung di dekat televisi.
"Bunky," bisik Raj. Ada senyum kecil di wajahnya.
Pria itu mengambil Bunky. Ada rasa penasaran apakah surat cinta yang dia selipkan dalam kantong resleting ini masih ada. Segera saja dibuka resleting di balik kepala Bunky. Seketika Raj terkejut saat menemukan hanya ada flashdrive kecil di sana.
"Kenapa ... ini?" gumam Raj.
"Aku berbaik hati menyambutmu nyaris tengah malam di sini bukan untuk menyentuh barangku seenaknya, Rajendra."
Kali ini suara Padma membuat Raj sedikit kelabakan. Buru-buru dia kembali meresleting Bunky, lalu menaruh benda itu di tempatnya. Apa pun isi flash drive itu, bukanlah urusannya.
Raj berbalik. Tahu-tahu saja Padma sudah duduk di sudut sofa. Ada dua cangkir minuman di meja menemani kotak kado itu.
"Thanks," ucap Raj seraya duduk di sudut sofa lain. Dia sengaja memberi jarak jauh di antara mereka sebagai bentuk sopan santun setelah datang malam-malam dan mendadak. "Nggak usah minum juga nggak apa-apa sebenarnya, Padma."
"Budaya orang timur. Tamu harus dihargai kedatangannya walau sekadar air minum tanpa rasa." Padma meringis.
Untuk sesaat keduanya membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Raj sendiri memilih menenggak air, sementara itu Padma memilih menyalakan televisinya. Wanita itu membiarkan ada sedikit suara untuk mengisi kekosongan.
"Bunky." Raj kembali tertarik ketika lagi-lagi sosok Bunky bergantung tepat di depan matanya. "Kamu belum jawab pertanyaan kenapa kamu masih menyimpan Bunky, Padma."
"Astaga ini lagi." Padma mendengkus keras. "Emang kamu sepenasaran itu sama alasannya?"
Raj mengangguk cepat. Dia sedikit mencondongkan wajahnya. Kemudian, memberi fokusnya sambil memasang ekspresi ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)
RomansBaru setahun menjabat sebagai walikota, Rajendra Sastranegara, paham dia belum memberikan yang terbaik untuk warganya. Namun, pria itu berusaha keras untuk terus memperbaiki diri. Sialnya, video yang Padma, seorang beauty blogger, di TikTok unggah b...