Untuk kesekian kalinya Raj merenggangkan otot-otot leher yang terasa kaku. Entah dia salah posisi tidur semalam atau karena masalah hidupnya yang seperti tidak ada habisnya.
Bunyi dentingan lift menyentak Raj. Segera dia mengetatkan tentengan kantong-kantong plastik berisi makanan, sebelum kemudian bergerak cepat menuju unit apartemen Padma. Pria itu kini bebas akses masuk. Bahkan, dia juga dipercayai oleh kekasihnya itu kartu akses cadangan seolah-olah itu rumahnya–rumah mereka.
Tanpa sadar pria itu mendesah. Bayangan pernikahan muncul dalam benak Raj. Ada banyak hal yang diam-diam pria itu harapkan menjadi kenyataan, seperti Padma mau menerima lamarannya dan mereka menikah. Namun, pria itu sadar, kondisi sekarang dan pernikahan adalah dua momen yang sama sekali tidak cocok.
"Aku datang," ucap Raj begitu memasuki apartemen Padma.
Seketika kening pria itu berkerut dengan apa yang dia temukan. Seluruh penjuru lampu dalam ruangan dengan sengaja dipadamkan. Satu-satunya cahaya yang tersisa hanyalah cahaya dari televisi. Ada samar-samar dialog orang berbicara menandakan TV saat ini tengah menanyakan sesuatu seperti drama dengan bahasa asing.
Sementara itu di area sofa terlihat Padma tengah duduk dengan tatapan berpusat pada layar televisi. Ada secarik tisu yang dia genggam dan tempelkan di sudut mata. Sedangkan kotak tisu ada di sebelah sofa yang kekasihnya itu duduki.
"Astaga, kenapa banyak tisu di sini?" gumam Raj ketika kakinya tanpa sadar menginjak gumpalan-gumpalan tisu di lantai.
"Love," panggil Raj. Kini seluruh fokus pria itu sepenuhnya kepada Padma. Ada bunyi isakan lirih di sana. "Kamu baik-baik aja?"
Tidak ada jawaban. Raj yang khawatir segera menaruh bawaannya di meja kopi. Pelan-pelan dia menduduki sisi sofa Padma yang kosong dan memeluk wanita itu sambil lambat-lambat mengusap puncak kepalanya. "Film apa yang bikin pacarku yang tangguh menangis?"
"Berisik," omel Padma. Meski begitu, wanita itu tetap membalas pelukan Raj.
Raj mengangguk saja. Dia tak lagi berkomentar. Pada akhirnya, pria itu memilih terus memeluk Padma sambil menikmati sisa film yang berputar. Drama romansa yang sepertinya sedih karena salah satu tokoh berakhir meninggal selepas menikah.
Untuk sesaat Raj tertegun. Jika dia memang diberi kesempatan untuk hidup singkat, dia akan melakukan hal yang sama dengan tokoh di dalam film itu, menikmati sisa hidupnya demi bersatu dengan kekasih hatinya. Setidaknya kalau dia menikah dengan Padma, dia bisa meninggal tanpa penyesalan.
"Sial!" bisik Raj. Pria itu mendadak kesal. Bisa-bisanya kepalanya memikirkan pernikahan dan cara agar Padma mau mengiakan lamarannya.
"Kamu kenapa bilang sial, Raj?"
Pertanyaan Padma sukses mengentak Raj. Pria itu menoleh. Kini kekasihnya sedang menatapnya dengan kening berkerut dan sisa-sisa air mata.
"Raj?" panggil Padma sekali lagi saat Raj tak juga merespons.
Raj meringis. Kemudian, mengaku, "Aku ... hanya lagi mikir, kayaknya kalau aku tau umurku pendek aku pasti gunakan waktu itu sebaik-baiknya buat bersama kamu. Terdengar egois memang, tapi lebih baik pergi sambil memegang tanganmu daripada pergi dengan kekosongan. Sayangnya, aku nggak lagi dalam kondisi yang sama dengan tokoh di film itu, jadi nggak punya alasan kuat buat maksa kamu terima lamaranmu. Cuma ya, Padma, umur manusia nggak ada yang tahu, Tuhan bisa sewaktu-waktu manggil kita kembali ke sisinya. Apa kamu nggak nyesel kalau salah satu di antara kita pergi duluan sebelum menikah?"
Tahu-tahu saja Raj mendapatkan hadiah pukulan di lengan. Pria itu mengaduh karena kaget, bukan sakit. Matanya mendelik.
"Kenapa malah bilang gitu sih? Kenapa bahas kematian? Nggak usah terpengaruh film karena itu film, Rajendra!" omel Padma yang langsung dibalas gelak tawa Raj.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)
RomanceBaru setahun menjabat sebagai walikota, Rajendra Sastranegara, paham dia belum memberikan yang terbaik untuk warganya. Namun, pria itu berusaha keras untuk terus memperbaiki diri. Sialnya, video yang Padma, seorang beauty blogger, di TikTok unggah b...