Chapter 5 : Out of Patience

6.8K 842 74
                                    

Di dalam kepala Padma, dia terus membayangkan drama serial killer dengan Raj sebagai korbannya. Wanita itu membawa pisau tajam di tengah malam memasuki rumah Raj. Begitu dia menemukan tubuh si pemilik rumah tengah terlelap dengan nyenyak, Padma akan menghunuskan pisau dan mencincang Raj menjadi bagian-bagian kecil untuk stok makanan kucing dan anjing liar.

Sayangnya pemikiran itu hanya sebatas angan-angan. Padma tentu tidak akan segila itu membunuh Raj apalagi pria itu adalah seorang wali kota. Belum lagi sampai detik ini tidak ada negara di belahan dunia mana pun yang melegalkan pembunuhan.

Padma frustrasi berat. Kontrak kerjasama dengan Raj baru saja ditandatangani kemarin. Pekerjaan pertama mereka juga sore ini. Tapi, belum dimulai pun Padma seperti tua mendadak karena terus merasa kesal dan marah hingga darah tinggi.

"Rajendra sialan!" umpat Padma untuk kesekian kalinya sepanjang hari ini.

Dia segera memasukan seluruh perlengkapan riasnya ke dalam koper dengan asal, lalu bergerak mendekati rekan-rekan kerjanya. Padma meminta maaf karena dia harus pergi, ada urusan mendadak.

"Sejujurnya saya kecewa sih, Mbak. Kita udah kontrak, kita juga udah sounding kamu bakal stay seharian di wedding exhibition sama kita. Cuma ya ... mau gimana lagi kalau ada urusan mendadak. Semoga ke depannya nggak kayak gini ya kerja samanya."

Padma mengangguk. Dia terus meminta maaf. Tidak lupa dia berjanji untuk segera mengirimkan uang penalti karena menyelesaikan pekerjaannya sebagai make up artist premium salah satu WO ternama yang membuka tenant dalam acara ini.

Setelah urusan Padma berakhir, dia segera turun dari ballroom pusat perbelanjaan ini. Dia berbelok menuju salonnya yang berada di tempat yang sama hanya beda lantai. Wanita itu melirik jam tangan. Pukul 2, dia punya waktu setengah jam untuk berganti pakaian dan bersiap-siap untuk siaran langsung di balai kota pukul 3 sore.

"Ma, kok udah kelar wedding exhibition-nya? Bukannya sampai malam?"

Suara Tika menyambut Padma memasuki salon. Wanita itu membalas sesaat sebelum masuk ruang kerjanya, "Ke balai kota. Aku ditangkap Pak Raj."

Pekikan Tika sukses Padma abaikan. Wanita itu langsung mengunci pintu kantornya. Dia sudah menyiapkan kemeja putih lengan pendek. Sebuah blazer warna biru laut dengan celana berwarna senada. Heels warna putih.

Sesaat Padma menatap pantulan dirinya di cermin. Dia bergumam pada dirinya sendiri, "Nggak, nggak, aku harus jauh lebih cantik dari ini. Raj ... dia nggak boleh lihat aku jelek kayak dulu. Tidak, maksudku orang-orang yang menonton LIVE acara hari ini nggak boleh melihatku biasa saja."

Rambut Padma kuncir tinggi untuk memamerkan leher jenjangnya. Dia merias kembali wajahnya terutama bagian mata. Sedangkan bagian bibir, dia menggunakan warna lipstik yang natural agar terlihat menggoda untuk dicium. Kemudian, menyemprotkan parfum banyak-banyak agar aromanya wangi.

"Sempurna!" Padma melebarkan senyum lebarnya. Sebelum kemudian, dia bergegas keluar kantornya.

Lagi-lagi Tika bersuara. Kali ini sahabatnya itu mencegat di depan kantor Padma. "Ketangkep kok tetep cantik, Ma?"

"Cantik itu wajib, Tik. Jagain salon selama gue nggak ada ya. Bye!"

Tanpa lagi berbasa-basi, Padma langsung berjalan cepat menuju basement karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah tiga. Dia tidak mau terlambat dan membuat Raj mengejeknya sekali lagi. Untung saja jarak pusat perbelanjaan dan balai kota hanya 10 menit dengan mobil, kalau tidak macet.

12 menit kemudian, Padma berhasil memarkirkan mobil di parkiran balai kota. Orang-orang yang berlalu lalang langsung tertarik dengan kehadirannya. Namun, wanita itu tidak peduli. Dia agak tergesa bergerak menuju lobi. Sudah ada pria yang pernah Padma lihat bersama Raj tempo hari sedang menunggunya dengan sabar.

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang