Chapter 30 : Looking for Justice

3.8K 576 33
                                    

Akhir pekan dan malam minggu, Raj tahu Mr X tidak akan ada di mana-mana. Tidak di kelab malam apalagi perusahaannya. Hanya ada satu tujuan yang saat ini muncul di kepala, rumah pribadi Mr X, tempat di mana pria enam puluhan tahun itu wajib ada demi menikmati malam bersama keluarga walau tidak terlalu lengkap.

Sejujurnya Raj tidak suka datang ke rumah pribadi Mr X apalagi jika membahas masalah pekerjaan dan politik mereka. Lagi pula mereka juga memiliki kesepakatan bahwa di dalam rumah itu, mereka adalah seorang paman dan keponakan. Hanya saja, Raj tidak punya pilihan lain. Dia tak lagi peduli dengan peraturan Mr X itu. Masalah lima miliar dan Rahmad harus selesai malam ini juga.

Ketika melihat pagar kayu coklat berukuran tiga meter di kejauhan, Raj mulai melambatkan laju mobilnya. Para penjaga rumah segera memberikan akses masuk saat melihatnya melambaikan tangan dan menampakkan wajah. Setelahnya dia kembali menyetirkan mobil untuk memasuki area garasi luas yang sanggup menampung kurang lebih delapan mobil di waktu bersamaan.

Rumah tiga tingkat bergaya american classic dengan tanaman di mana-mana ini adalah hasil karya istri dari Mr X, si pecinta kehijauan. Ada air mancur mini yang dengan sengaja dipasang di depan pintu masuk. Mr X percaya pada feng shui dan air yang mengalir secara tenang di depan rumah adalah kepercayaan bahwa uang akan datang sebanyak air yang mengalir.

"Raj?"

Panggilan itu cukup mengejutkan Raj saat pintu rumah keluarga Mr X dibuka. Bukan pembantu yang membukanya, tapi anak Mr X sendiri, si paling bungsu.

"Nggak biasanya malam-malam ke sini, sabtu lagi." Kening pria di depan Raj itu berkerut. "Ada masalah?"

"Ada," aku Raj. Dia mendesah panjang, lalu berusaha tersenyum. "Aksara, papa kamu di rumah, kan?"

Aksara mengangguk dengan ragu. "Dan ini yang lebih aneh, kenapa tiba-tiba cari papa? Biasanya juga cari aku, kan?"

"Ada yang mau aku bahas sama beliau. Papamu di mana?"

Begitu Aksara memberikan jawaban, Raj segera masuk begitu saja. Tanpa memedulikan pertanyaan-pertanyaan sepupunya itu, dia terus bergerak menaiki tangga. Kemudian, berbelok menuju ruang kerja Mr X yang berada di sisi paling depan di lantai dua yang menghadap langsung depan rumah.

Raj mengetuk pintu. Ketika mendengar suara Mr X menyuruhnya masuk, pintu segera dibukanya. Berbeda dengan sepanjang lorong yang minim perabotan, ruang kerja ini langsung memamerkan rak-rak penuh berisi buku-buku mengenai bisnis dan hal-hal yang mendukung. Serba putih dengan sedikit nuansa kebiruan, dua warna yang lagi-lagi karena feng shui. Di tengah ruangan ada satu set meja dan kursi dengan jendela lebar yang jika dibuka langsung menghadap tanaman dan juga air mancur kebanggannya di bawah.

Perhatian Raj langsung terpusat pada pria enam puluhan yang tengah menghirup cerutu di balik kursinya. Mr X mendelik menemukan pengganggu acara keluarganya malam ini.

"Aksara atau kakak-kakaknya nggak ada di ruangan ini. Keluar, Raj!" usir Mr X secara terang-terangan. Pria itu tahu Raj selalu datang ke rumah ini karena menemui Aksara atau dua kakak perempuannya.

Raj mengabaikan usiran Mr X. Dilemparnya flash drive ke meja kayu jati. Dengan ekspresi murka dan tidak peduli bahwa pintu di belakangnya belum ditutup, dia berkata keras, "Saya nggak mau bayar ganti rugi apa pun, sepeser pun apalagi lima miliar sialan itu, Sir, sori maksud saya, Pakde Bagaskoro."

Rahang Bagaskoro mengeras. Cerutu yang sedang dia hirup langsung dia gesekan ujungnya ke asbak. Tidak ada sorot keramahan di matanya, digantikan dengan kobaran kemarahan dalam yang menusuk Rajendra.

"Kita sudah sepakat dan kamu tau kalau saya sudah memutuskan, tidak boleh ada seseorang yang bisa menolak dan melanggarnya, Rajendra."

"Lihat isi flash drive itu dan anda akan tahu semua kebenarannya. Orang yang salah jelas bukan saya, tapi Anda sendiri, Pakde."

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang