Chapter 18 : The Heart is Beating

4.9K 640 58
                                    

Pukul 8 malam dan baru pulang dari segala aktivitas adalah hal biasa bagi Padma. Sekalipun hari ini pekerjaannya hanya berpusat di salon, lalu mengecek perkembangan renovasi salonnya yang baru, kemudian dilanjutkan dengan laporan-laporan keuangan yang tidak habisnya, semua itu tetap berhasil meremukkan seluruh badannya.

Begitu melihat pintu dengan nomor apartemennya, Padma segera membukanya. Sofa pink kesukaannya itu terlihat dan segera saja dia berbaring di sana. Masih sambil rebahan dia melepaskan tas, scrunchie yang mengikat rambut, bahkan sandal jepit yang selalu dia kenakan setiap kali menyetir begitu saja ke lantai.

"Capek!" keluh Padma.

Dia memecahkan mata. Baru beberapa detik, sosok Raj tiba-tiba muncul dalam kepalanya. Pria itu, sofa ini, pelukan, hadiah, segalanya berputar dalam kepala.

"Wah gila!" Padma membuka mata. Dia menggeleng. Ekspresinya tampak kesal. "Kenapa coba kepikiran dia mulu?"

Kali ini Padma memilih membuka mata sambil menatap langit-langit. Dibiarkan kepalanya berkelana ke mana saja.

Jujur Padma heran kenapa Raj menjadi suatu sosok yang mengisi kepalanya selama beberapa hari ini, lebih tepatnya sejak insiden pelukan malam itu. Padahal itu sudah beberapa hari yang lalu. Komunikasinya dengan Raj pun seadanya, sekadar tanya kabar sehari sekali. Tidak ada yang berlebihan.

Dering ponsel sukses menyentak Padma. Sontak dia menduduki sofa, lalu meraih tas tangan yang dia buang beberapa saat lalu. Dirogohnya benda itu. Ketika berhasil menemukan ponsel dan nama Raj di sana, kening Padma berkerut.

"Halo?" sapa Padma. Nada suaranya terdengar heran.

"Lagi di rumah nggak?"

Bukannya menjawab, Padma malah memperhatikan sekitar. Dia mengangguk lambat-lambat, sebelum menjawab, "Iya, di rumah. Kenapa?"

"5 menit lagi."

Belum sempat Padma menjawab telepon sudah ditutup begitu saja. Wanita itu mendelik. Kemudian, memaki.

"Apaan sih nggak jelas?" omel Padma.

Pada akhirnya, wanita itu memilih untuk kembali merebahkan diri di sofa. Dia kembali menikmati debaran konyol, bayangan Raj dengan apartemen ini, dan juga meratapi nasibnya yang seperti kembali terjebak dengan Raj.

Baru saja akan mencoba memejamkan mata, tiba-tiba terdengar suara ketukan pelan. Padma mengernyitkan kening heran. Dia merasa tidak memiliki janji temu dengan siapa pun. Bahkan Tika pun sedang tidak di kota S hari ini.

"Padma, kamu di dalam?"

"Raj," balas Padma. "Itu ... Raj."

Refleks wanita itu melompati sofa. Dia agak bingung sesaat sambil memperhatikan sekitar. Dipungutinya barang-barang yang dia lempar sembarangan di lantai sambil berteriak, "Iya, iya bentar."

Setelah berhasil membereskan sedikit area apartemennya, Padma bergerak cepat menuju pintu. Dibukanya benda itu dan tahu-tahu saja sebuah kotak makan berikut gelas minuman berada di depan matanya.

"Apa ... ini?" tanya Padma lambat-lambat.

"Makanan." Raj terkekeh. Tanpa peringatan dia memasuki apartemen Padma begitu saja. Selayaknya seperti rumah sendiri pria itu menaruh alas kakinya di tempat sepatu. Masker wajah dilepas. Kemudian, melenggangkan kaki di sekitaran pantri "Aku bawain nasi goreng sama minumannya. Belum makan, kan? Oh ... sama aku bawain kamu kue cokelat di salah satu kafe kesukaan kamu dulu apa itu ... Chocoffee, masih suka, kan?"

Padma melongo sesaat. "Kamu ... ngapain?"

Raj melempar tatapan bertanya, "Iya bawain kamu makanan, Padma. Sekalian temenin makan malam juga. Masih suka kan kue cokelat di Chocoffee?"

Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang