Tanpa sadar Raj meringis menatap jalanan malam yang sedang dilaluinya. Ingatan kemarin malam berputar begitu saja. Dia dan Padma di apartemen wanita itu. Mereka berpelukan erat sambil mengenang masa lalu sekaligus meluruskan benang kusut yang pernah terjalin. Hingga pertanyaan bodoh Raj meluncur dan mengacaukan segalanya.
"Nggak!" Tahu-tahu saja Padma melepaskan diri dari pelukan Raj. Dia menghapus air matanya dengan cepat, lalu memasang ekspresi serius. "Aku tahu kalau aku iyakan pun ini bukan ciuman pertama kita, tapi ... itu udah bertahun-tahun yang lalu, Raj. Bisa nggak kita berdua pelan-pelan dulu, terbiasa bersama lebih dulu. Aku nggak mau buru-buru."
Walaupun ditolak, tapi Raj mengerti. Mereka sudah berpisah belasan tahun, jadi sekarang adalah waktu yang tepat untuk kembali terbiasa dengan romansa mereka versi lebih dewasa dan matang.
"Lebih dewasa." Tanpa sadar Raj mengembangkan senyum lebar ketika memikirkan kata dewasa. "Kurasa ... menarik."
Tiba-tiba Raj merasakan ponsel di saku celananya bergetar. Sontak dia merogoh saku celana seraya mengabaikan sejenak iPad di pangkuannya. Ketika menemukan nama Padma di sana, senyum pria itu mengembang lebar dengan sendirinya.
Padmarini Wijaya
Udah kelar kerja? Kalau gitu giliran aku yang kerja. Setengah jam lagi jadi pembicara talk show. Excited, but very nervous every time I have to do this.
*Padmarini Wijaya mengirimkan foto*
Segera saja Raj membuka foto yang Padma kirimkan. Ketika mendapati sosok Padma di sana dengan kaus pink pastel, blazer pink tua dan celana panjang yang senada dengan warna blazer. Rambut panjangnya dia gerai indah. Tangannya membentuk angka dua dengan latar keramaian acara kecantikan besar-besaran yang sedang diadakan di salah satu Mall tengah kota.
Daripada membalas dengan tulisan, Raj memilih untuk mengirimkan pesan suara. "Aku udah kelar kerja dan lagi perjalanan balik ke rumah dinas. Aku tahu, sekalipun kamu udah sering berbicara di depan umum dan banyak orang, tapi tetap aja degdegan setiap kali harus melakukannya. Tapi aku yakin, kamu bisa dan kamu nggak akan malu-maluin. Padma ... I'm so proud of you and you look beautiful tonight."
Setelah mengirimkan pesan itu, Raj jadi tersipu sendiri. Dia berdehem pelan, lalu memilih fokus ke iPad di pangkuannya.
Hanya saja baru beberapa kalimat, Raj tidak bisa berpikir apa-apa. Pikirannya hanya terpusat pada Padma dan foto cantik wanita itu beberapa saat lalu.
"Sial!" maki Raj lirih. Dia melirik jam tangan. Sudah pukul delapan, harusnya tidak masalah untuknya datang ke pusat perbelanjaan dan menemui Padma. Lagi pula ini sudah bukan jam kerja.
"Pak Tejo, kita putar balik ke Mall di tengah kota ya." Raj menoleh kepada Rahmad. "Mad, saya udah bisa kelar kerja sekarang, kan? Saya mau samperin Padma di acaranya. Tolong kamu bilang ajudan-ajudan yang di mobil lain buat putar arah. Tapi nanti, saya nggak mau heboh-heboh. Oke?"
"Baik, Pak," jawab Rahmad dan Pak Tejo berbarengan.
Setelahnya Raj pun mulai sibuk untuk menyelesaikan pekerjaannya yang ikut dia bawa pulang. Sambil sesekali menenangkan jantungnya agar tidak berdebar terlalu bersemangat. Pria itu sadar, dia seperti kembali ke masa SMA, anak puber baru mengenal cinta.
"Pak Raj, saya sudah kasih tau para ajudan untuk ke arah Mall di tengah kota. Termasuk saya menyampaikan bahwa Bapak tidak mau penjagaan terlalu dekat dan ketat karena tidak mau menarik perhatian."
Suara Rahmad mengembalikan Raj. Pria itu mengangguk. "Thanks, Mad."
Baru saja Raj akan kembali fokus bekerja, tiba-tiba saja Rahmad memanggil, "Pak, boleh nggak saya bicara sama Pak Raj?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Your Dirty Secret (TAMAT)
Roman d'amourBaru setahun menjabat sebagai walikota, Rajendra Sastranegara, paham dia belum memberikan yang terbaik untuk warganya. Namun, pria itu berusaha keras untuk terus memperbaiki diri. Sialnya, video yang Padma, seorang beauty blogger, di TikTok unggah b...