MDIMH || Nanas muda

217 5 0
                                    

Happy reading

••••

"Ayolah, masss. Aku pengen banget! Masa mas tega sih biarin anaknya ileran"

Rafthan menggeleng keras. Bukannya ia tidak mau menuruti ngidam istrinya, tetapi ngidam istrinya ini sangat berbahaya.

"Nggak, Wiona!"

Wiona mengerucutkan bibirnya sebal. "Massss," rengek Wiona.

Rafthan menghela nafas berat. Setaunya Nanas muda sangat berbahaya untuk Janin yang masih rentan. Usia kandungan Wiona saat ini sudah masuk ke 3 bulan. Sebenarnya kata dokter boleh saja makan nanas muda jika yang di makan hanya sedikit. Tetapi Wiona memintanya untuk membelikan tiga buah nanas muda.

Apalagi kandungan Wiona sangat lemah. Karena Wiona yang jarang makan, selalu ngabisin waktunya untuk ngedrakor sambil memakan makanan yang pedas.

"Untuk ngidam saat ini saya tidak ingin menuruti!"

"Kamu mau bunuh anak saya?"

"Kamu mikir, Wiona! Kamu ini anak fakultas kedokteran! Udah mau S2 tapi fikiran kamu masih cetek. Anak kecil zaman sekarang aja tau kalau nanas muda bisa membahayakan kandungan. Sedangkan kamu yang sudah dewasa? Sudah berkepala dua?"

Wiona terdiam. Ucapan rafthan ada benarnya. Ia salah.

"Sebenarnya saya bisa nurutin ngidam kamu saat ini. Tapi, ingat! Kandungan kamu saat ini lemah. Gampang keguguran. Kamu mau kita nggak punya buah hati?"

"Arthan?"

"Arthan bukan anak kandung kamu! Ibu kandung arthan juga masih hidup. Bagaiman kalau nanti dia datang untuk ambil arthan dari kita? Lalu, kita punya apa Wiona?"

"Kamu ngidam makan pedas sudah saya turutin. Padahal itu sangat tidak di perbolehkan pada dokter. Kalau kamu memang belum siap punya anak. Jangan mau kalau saya ajak."

"Lagian kenapa kamu mau gugurin dia pas dia udah mulai berkembang? Kenapa nggak pas dia masih jadi kacang?"

"Bodoh!"

****

Wiona mengusap air matanya kasar. Rafthan benar-benar marah pasangan. Bahkan sedari tadi rafthan tak memperdulikannya sama sekali. Padahal mereka masih di satu rumahan yang sama. kamar.

"Maafin mama, sayang. Mama salah," ujar Wiona lirih, sambil mengusap perutnya yang membuncit.

Rafthan bergerak keluar dari kamar. Entah ingin kemana, Wiona tak tahu.

"Mau--"

"Bukan urusan anda!"

Deg

Wiona terdiam termenung. Apakah ia sudah keterlaluan? Kalau memang iya, ia akan memperbaiki nya.

Rafthan Kembali ke kamarnya dengan membawa kantung kresek yang berada di tangan kekarnya.

Ia meletakkan kantung kresek itu di pangkuan Wiona. "Makan!"

Wiona menggeleng. "Nggak," balas Wiona.

Rafthan menatap tajam Wiona. "Kamu benar-benar ingin membunuh anak itu?"

Rafthan terkekeh ringan. "Ayo! Kita kedoketr saja," ajak rafthan sambil menggeret tangan Wiona dengan erat. Bahkan Wiona sampai meringis.

Wiona memberontak dari cekalan rafthan. Air matanya kembali turun dengan deras. "Sakit, mas!"

Rafthan tergelak. "Katanya mau gugurin anak? Ayo! Rasa sakit gugurin anak nggak sebanding sama ini kok. Apalagi melahirkan," ujar rafthan tak mau melepas cekalannya.

Wiona menggeleng lemah. "Aku mau mempertahanin anak ini," uajr Wiona lirih yang masih bisa di dengar rafthan.

"Yakin? Buat apa? Kamu terpaksa kan?" Tanya rafthan yang di hadiahi gelengan oleh Wiona.

Rafthan menghela nafas kasar. Ia menarik tangan Wiona agar tubuh Wiona mendekat padanya.

Ia membawa tubuh Wiona kedalam dekapannya. "Maaf"

Wiona menggeleng seraya terisak. Ia membalas pelukan rafthan dan memeluk rafthan dengan erat.

Rafthan bisa merasakan bahwa bajunya saat ini basah. "Aku nggak suka sikap kamu yang kasar," lirih Wiona.

Rafthan mengangguk dalam diam. "Saya juga tidak suka sikap kamu yang kekanakan seperti tadi," balas rafthan.

"Maaf," ujar mereka serentak.

Lalu setelahnya keduanya bertatapan cukup lama sebelum terkekeh bersama dan kembali berpelukan.

****

"Mamamama," oceh Arthan.

Saat ini ketiganya sedang berada di dalam mobil menuju rumah sakit untuk melihat perkembangan debay.

Sedari tadi hanya arthan yang mengisi keheningan di dalam mobil. Arthan di dudukan di belakang karena Wiona yang tak sesak jika arthan duduk di pangkuannya.

Dan untungnya arthan menurut saja.

"Alhamdulillah, bu. Bayi nya Baik-baik saja, hanya saja ibu harus menjaga pola makan ibu agar lebih teratur. Karena bayinya sangat kurus," ujar dokter Amira menjelaskan.

Wiona mengangguk seraya tersenyum. "Baik, dok!"

"Kalau begitu, saya pamit dulu, dok. Assalamualaikum," pamit Wiona.

"Mau mampir kemana dulu?" Tanya rafthan yang sedang menggendong arthan. Ketigannya saat ini masih berada di dalam loby rumah sakit. Menuju parkiran.

"Pengen bakso," jawab Wiona.

Rafthan terkekeh dan mengelus Surai hitam milik Wiona. Entah kenapa Wiona semakin hari semakin menggemaskan dan menyebalkan.

"Beli bakso di mana?"

"Pengennya sih, bakso di kantin SMA aku," jawab Wiona.

Rafthan tercengang mendengarnya. Hei? Ini kan sudah sore.

"Tapi anak sekolah sudah pulang," ujar rafthan.

"Bomat," cetus Wiona.

Rafthan menghela nafasnya berat. "Besok pagi aja gimana?" Usul rafthan.

"Yaudah, tapi sama temen-temen"

"Iya"

••••
To be continued

Salam dan bahagia semua

Semoga kalian selalu di beri kesembuhan, biar nggak sakit-sakitan.

And, don't forget to vote and comment byeeee

My Dosen Is My Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang