10. Perihal Foto

75 10 0
                                    

"Masa, sih, ini Naka? Tadi, kan, dia pamit kerja. Masa iya jalan-jalan di pantai sama perempuan?" Marsya menatap ponselnya ragu.

"Laura apa-apaan, sih, ngirim foto beginian? Bikin overthinking aja," ucap Marsya kesal pada Laura. Terlebih setelah mengirimkan foto tersebut nomor gadis itu sudah tidak aktif padahal Marsya ingin penjelasan lebih mengenai maksud dan tujuan Laura mengirimkan foto tersebut.

"Tapi tumben Naka jam segini belum pulang, dia juga gak ngasih kabar," gumam perempuan yang tengah mengenakan baju tidur motif kupu-kupu serta jilbab berwarna abu-abu itu.

Ini sudah lewat isya, dan Naka belum menunjukkan tanda-tanda akan pulang. Jangankan pulang, sejak tadi pagi setelah berangkat kerja pun Naka sama sekali tidak mengirimkan pesan singkat padanya.

"Ya Allah, itu gak mungkin Naka, kan?" tanya Marsya menatap langit malam yang kelabu tanpa ditaburi bulan ataupun bintang.

"Di liat-liat, muka ceweknya cantik banget. Tapi, kok, kayak gak asing, ya? Mirip seseorang," gumam Marsya yang tengah memikirkan sosok perempuan di foto yang tadi Laura kirimkan.

"Mirip siapa, ya? Rasanya gak pernah, deh, kita ketemuan. Mirip siapa, ya?" Perempuan itu terus memikirkan hal tersebut.

"Di liat dari matanya, persis kayak ... papa?" Entah hanya prasangka atau memang faktanya, bentuk mata gadis dalam potret bersama Naka itu mirip dengan ayahnya.

Meski sudah terpisah belasan tahun, Marsya masih sangat hafal rupa sang ayah. Terlebih matanya yang selalu menatapnya dengan tajam.

"Apaan, sih, Ca! Banyak kali orang bentuk matanya kayak gitu. Udah, lah, gak usah overthinking lagi! Harus tetep berpikir positif, mungkin itu cuma mirip Naka doang," ucap Marsya meyakinkan dirinya.

Tatapannya turun ke bawah ketika melihat mobil Naka memasuki gerbang yang telah dibukakan oleh mang Umang. Marsya gegas meninggalkan balkon kamar dan berlari ke lantai bawah untuk menyambut kepulangan sang lelaki tercintanya itu.

"Hai!" sapa Marsya begitu hangat kemudian berhamburan memeluk Naka.

Naka tersenyum kemudian mengecup puncak kepala sang istri. Ia tambah tersenyum ketika Marsya menyalami tangannya.

"Kerjaan kamu banyak banget, ya? Sampe pulangnya jam segini," tanya Marsya membuat Naka terdiam.

"Tapi udah sholat, kan?" tanya Marsya lagi, dan Naka mengangguk singkat.

Naka sholat magrib dan isya di masjid dekat rumah Inara. Ia terpaksa berdiam di rumah Inara karena tiba-tiba kondisi gadis itu drop sehingga ia harus merawatnya. Barulah setelah memastikan kondisi Inara sudah cukup baik, Naka pamit pulang. Tapi Naka berpesan kepada Leo untuk menghubunginya jika terjadi sesuatu buruk pada Inara.

Marsya mengernyitkan dahinya ketika mencium bau parfum perempuan di tubuh Naka. Ia menatap laki-laki itu yang kini sibuk membuka kancing kemeja teratasnya.

"Maaf gak sempat ngasih kabar ke kamu, semuanya aman, kan?" tanya Naka usai meloloskan jubah putihnya yang langsung di ambil alih oleh Marsya bersama dengan tas kerjanya.

Marsya mengangguk pelan. "Kalau boleh tau, apa kamu seharian di rumah sakit?" tanya Marsya pelan. Ia mengikuti langkah Naka yang menuju dapur untuk mengambil minuman dingin di kulkas.

"Kenapa tiba-tiba nanya begitu? Suami kamu ini dokter, jadi udah jelas di mana tempatnya, kan?" ucap Naka terdengar ketus.

Marsya merasa bersalah sudah membuat Naka kesal. Ini semua gara-gara Laura!

"Naka, maaf. Aku gak bermaksud curigaan sama kamu. Tadi Laura kirim foto ke aku, ada kamu sama cewek lagi main di pantai. Aku cuma mau pastiin aja pemikiran aku salah, makanya aku tanya langsung ke kamu," cicit Marsya pelan.

Naka yang tengah meminum minuman soda itu lantas tersedak membuat Marsya gegas meletakkan semua benda yang ia bawa ke atas meja makan dan menghampiri Naka serta mengusap punggung laki-laki itu.

"Minumnya pelan-pelan, gak ada yang bakalan minta," ucap Marsya menasihati sang suami.

"Apa maksudnya teman kamu itu mengirimkan foto seperti itu?" tanya Naka dengan tatapan dingin.

"Naka, dia sayang banget sama aku. Mungkin pas liat orang yang mirip kamu dia langsung lapor ke aku karena takut itu beneran kamu yang lagi selingkuh di belakang aku. Dia gak ada maksud apa-apa, kok," ucap Marsya pelan. Meskipun kesal pada Laura, ia tidak mungkin menunjukkannya kepada Naka. Marsya tau, Laura sayang padanya jadi wajar gadis itu parnoan ketika melihat seseorang yang mirip dengan suaminya sedang jalan-jalan bersama perempuan lain.

"Kalau saya dengar seperti ini lagi, saya akan melarang kamu untuk berkomunikasi dengan teman kamu itu," ucap Naka kemudian berlalu meninggalkan Marsya yang terdiam di tempatnya.

***

"Sumpah, Ca! Gue gak bermaksud bikin kalian ribut. Sorry, deh. Gue beneran minta maaf karena udah bikin kalian ribut," ucap Laura tak enak hati.

"Hmm, lain kali jangan gitu lagi, ya, Lau. Gue beneran takut malah bikin rusuh," ucap Marsya pelan.

Laura merasa bersalah. Mungkin ia memang salah lihat. Lagipula, ia hanya pernah bertemu Naka sekali itupun di hari Marsya dan Naka menikah. Bisa jadi ia belum begitu hafal wajah dan postur tubuh Naka, kan? Ah, pasti laki-laki yang ia potret tadi siang hanyalah seseorang yang mirip saja.

"Ca, gue beneran minta maaf. Sumpah gue gak bermaksud bikin kalian ribut. Gue cuma takut Naka khianatin lo. Sumpah kalau itu tadi kebukti Naka, gue bakalan hajar dia, Ca! Kalau perlu gue bunuh dia sekalian," ucap Laura menggebu-gebu.

"Lau, dalam Islam mana boleh bunuh orang! Dosa besar!" ucap Marsya mengingatkan.

Untung saja perihal pertengkarannya dengan Naka beberapa waktu lalu yang sampai menyebabkan dirinya koma tak ia adukan pada Laura. Jika sampai gadis itu tau apa yang terjadi padanya, sudah pasti Naka akan dihajar habis-habisan oleh gadis cantik yang pandai bertarung itu.

"Ya, minimal giginya copot semua, lah! Biar selingkuhannya gak tertarik lagi sama dia," kekeh Laura santai.

"Naka gak mungkin selingkuh, Lau. Gue percaya sama Naka," ucap Marsya.

"Heh, jangan terlalu percaya, Ca. Cowok kalo di kasih yang gratisan udah jelas mau, apalagi kalau bodynya oke," ucap Laura mengingatkan.

"Dan Naka gak masuk ke dalam golongan cowok-cowok yang kayak gitu!" ucap Marsya tak mau mengalah.

"Nasehatin orang yang udah jatuh cinta emang susah ternyata," gumam Laura.





TO BE CONTINUED

CERITA INI DALAM PROSES PENERBITAN

TIDAK AKAN BENAR-BENAR SELESAI KARENA LENGKAPNYA ADA DI NOVEL NANTI🙏🏻

INFO LEBIH LANJUT JANGAN LUPA FOLLOW
WATTPAD : @Maresa17_ (AKUN INI)
INSTAGRAM : @_maresa17

Takdir (tak) Berjodoh [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang