"Marsya, kamu liat map hijau yang tadi saya letakkan di sini?" tanya Naka menunjuk meja di sudut kamar mereka.
Marsya yang tengah menyusun pakaian di lemari, menoleh sekilas pada lelaki itu. "Aku tarok di laci paling bawah," ucapnya menunjuk laci kecil di samping meja tersebut.
Naka berjongkok untuk membuka laci tersebut dan mengambil sesuatu yang sejak tadi ia cari. Lelaki itu kemudian duduk di sofa dan memasang kacamatanya untuk melihat hasil medis Inara yang baru. Mata Naka begitu teliti membaca tiap kata yang tertulis demi mengurangi potensi salah baca meskipun sebenarnya itu jarang terjadi.
"Lagi sibuk, ya?" tanya Marsya yang baru saja duduk di samping sang suami.
"Lumayan," balas Naka singkat tanpa menoleh ke arah perempuan itu.
"Tadi gimana pasien kamu?" tanya Marsya tentang pasien yang Naka temui tadi pagi.
Naka meletakkan map tersebut dan melepaskan kacamatanya di atas meja. Lelaki itu menghela napas, kembali mengingat ucapan Leo yang mengganggu pikirannya.
"Kondisinya memburuk karena stress," ucap Naka sekenanya.
Marsya mengangguk singkat, kemudian tatapannya terfokus pada jari tangan Naka yang dirasa ada sesuatu berbeda.
"Cincin kamu di mana?" tanya Marsya membuat Naka tersedak ludahnya sendiri.
"Ah, itu ... saya lepas tadi saat mandi," jawab Naka pelan.
Marsya mengangguk tanpa menaruh curiga sama sekali. "Jangan lupa di pasang lagi, ya. Walaupun kamu belum kasih tau temen-temen kamu ataupun orang lain tentang pernikahan kita, seenggaknya itu jadi bukti kalau sekarang kamu udah gak lajang lagi," ucap Marsya dengan senyum manisnya.
"Kasian aku, udah gak di akuin masa gak di anggep juga?" Perempuan itu terkekeh kecil.
Naka seketika merasa bersalah. "Saya ambil dulu," ujar Naka segera mengecek keranjang kotor di kamar mandi dan mencari cincin yang tadi sempat ia lepas demi menutup statusnya.
Setelah menemukan benda penting itu, Naka segera memasangnya dan kembali menghampiri Marsya yang sekarang sudah beralih duduk di ranjang dengan televisi menyala.
"Sekarang lagi trend para suami selingkuh," ucap Marsya menunjuk televisi yang menanyangkan beberapa selebriti lelaki yang berselingkuh di belakang istri mereka.
"Trend?" Naka menganga tak percaya mendengar ucapan polos perempuan itu.
"Iya, tiap minggu pasti ada aja kasusnya," ujar Marsya kemudian memeluk guling. "Aku takut kamu juga selingkuh dari aku," imbuhnya.
Naka segera menaiki ranjang dan duduk tepat di samping Marsya yang bersandar di kepala ranjang. Lelaki itu menarik kepala Marsya dan meletakkannya di bahu.
"Saya gak akan selingkuh dari kamu," ucap Naka kemudian mengecup puncak kepala Marsya.
"Tapi, kan, kamu masih belum sepenuhnya nerima aku di kehidupan kamu. Bukannya gak mungkin nanti kamu cari seseorang yang bisa kamu cintai setulus hati," ucap Marsya lirih.
"Kasian aku," imbuhnya sembari memeluk Naka.
***
Leo mengawasi rumah Naka dari jarak yang cukup jauh hingga tidak ada yang curiga dengan keberadaannya. Pria itu merasa terhina atas ucapan Naka kemarin pagi. Tak terima, Leo pun mulai mencari tau tentang Naka lebih dalam. Dalam beberapa hari, Leo menargetkan sudah tau siapa orang tua Naka dan siapakah sosok yang akan dijodohkan dengan lelaki itu.
"Kamu pikir kamu hebat, Naka? Akan saya pastikan kamu menikah dengan anak saya," ucap Leo dengan suara rendah.
Leo benar-benar tidak bisa melupakan kejadian kemarin. Dan lihat saja, bagaimanapun caranya ia akan tetap membuat Naka bersatu dengan putrinya. Leo gila? Ya, tentu saja karena dia tidak mau menerima kekalahan! Dalam kamus hidup seorang Leo Nafandra, tidak ada kata kalah untuknya. Semua yang ia inginkan, akan ia dapatkan bagaimanapun caranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir (tak) Berjodoh [TERBIT]
Roman d'amour[PART MASIH LENGKAP-SUDAH TERBIT] *** Marsya mencintai Naka sepenuh hati, sedangkan Naka membenci Marsya setengah mati. Keduanya menikah karena di jodohkan oleh ibundanya Naka. Marsya yang semula hidup dengan pergaulan bebas, kini berusaha menjadi...