"Papa, cukup!" Inara menghentikan ayahnya yang sedang membakar tumpukan foto Marsya yang Inara ketahui adalah istri dari Naka.
"Kenapa, Sayang? Perempuan ini yang sudah renggut kebahagiaan kamu!" ucap Leo pada sang putri.
Inara menatap Leo dengan tatapan hampa, gadis itu menundukkan kepalanya karena tidak percaya bahwa pria yang selama ini ia bangga-banggakan ternyata sejahat ini.
"Itu Kak Aca, kan? Anak Papa sama tante Naya, kan?" tanya Inara mengangkat wajahnya menatap Leo.
Leo terdiam, bingung darimana Inara bisa mengetahui hal itu.
"Kenapa Papa sejahat ini sama anak Papa sendiri? Papa pikir aku seneng Papa rebut Kak Naka dari Kak Aca buat aku? Papa pikir aku masih bisa hidup tenang setelah rebut milik orang lain?" tanya Inara benar-benar muak dengan segala yang Leo pikirkan.
"Enggak, Pa! Aku udah cukup bahagia hidup tanpa rebut apapun lagi! Aku udah terlalu jahat dulu karena aku ambil Papa dari Kak Aca ... jadi tolong jangan buat aku seolah-olah jadi antagonis di sini," lirih Inara.
"Jangan jadikan sakitku sebagai senjata Papa untuk ancem Kak Naka, aku gak suka!" ucap Inara yang sekarang sudah menangis.
"Hanya karena Papa, aku bakalan di pandang buruk sama semua orang, Pa! Mereka bakalan cap aku sebagai orang penyakitan yang hobinya ngambil hak orang lain! AKU BUKAN ANTAGONIS! AKU GAK PERNAH BERHARAP KAK NAKA SUKA BALIK SAMA AKU!" teriak Inara sembari memukul dada ayahnya yang senantiasa terdiam.
"Bukan aku yang sakit, tapi Papa! Papa sakit jiwa!" ucap Inara begitu pelan meski ia mencoba berteriak.
"Mana ada seorang ayah yang mau hancurin kehidupan putrinya! Jangan Papa pikir aku bakalan anggap Papa pahlawan kalau Papa bener-bener hancurin pernikahannya Kak Naka sama Kak Aca!" ucap Inara kemudian pergi meninggalkan Leo yang terdiam di tempatnya.
"Satu lagi, Pa ..." Inara menghentikan langkahnya tanpa berbalik menatap Leo. "... kalau sampai Papa ngelakuin sesuatu yang berdampak buruk untuk Kak Aca ataupun Kak Naka, detik itu juga Papa bukan papaku lagi!" imbuhnya tegas.
***
"Naka!" Seorang perempuan asing tiba-tiba memeluk Naka di hadapan Marsya yang hendak mengantarkan sang suami berangkat kerja.
Marsya terdiam, tubuh Naka pun membatu ketika melihat sosok yang telah lama menghilang dari hidupnya kini kembali datang. Ya Tuhan, kenapa perempuan itu datang kembali di waktu yang tidak tepat?
"Ah, akhirnya Leora sampe juga!" Alora yang baru datang, gegas menghampiri perempuan yang sudah melepaskan pelukannya dengan Naka.
"Grandmi!" Perempuan bernama Leora itu langsung memeluk Alora yang di sambut baik oleh neneknya Naka tersebut.
"Calon cucu menantunya Grandmi," kekeh Alora kemudian mencubit gemas pipi tirus Leora.
Marsya spontan menatap Alora bingung, apalagi yang direncanakan wanita tua itu sekarang?
Leora beralih lagi ke Naka, perempuan itu memeluk lengan Naka dengan manja yang tentu saja tidak di tolak oleh Naka.
"Sayang, kamu gak seneng aku pulang?" tanya Leora membuat Naka menatapnya begitu lama.
"Maaf, aku istrinya Naka," ucap Marsya angkat bicara karena sudah tidak tahan melihat perempuan itu terus mendekati suaminya.
Leora menilai Marsya dari atas sampai bawah, kemudian dia menatap Alora lagi. "Kata Grandmi sebentar lagi kalian bakalan cerai, kan?" tanya Leora membuat Marsya terkejut.
"Iya, dong. Dokter itu cocoknya sama dokter, mana cocok sama pengangguran yang cuman jadi beban." Alora melirik sinis pada Marsya.
Leora adalah kekasih ... atau bisa di sebut sebagai mantan kekasihnya Naka. Leora dan Naka sudah menjalin hubungan selama tujuh tahun sejak di bangku SMP, namun terpaksa putus karena Leora harus melanjutkan pendidikannya ke Amerika. Sekarang, Leora telah kembali dan siap untuk menjalani apa yang sebelumnya sempat mereka akhiri.
"Aku sama Naka gak bakalan cerai!" ucap Marsya tak terima dengan keputusan Alora.
Leora tersenyum sinis, kemudian maju mendekati Marsya dan berbisik pelan pada gadis itu. "Lo tau kalau cowok itu susah move on dari mantannya, kan? Kenangan gue sama Naka banyak banget, mustahil dia bisa lupain gue secepet itu. Dan lagi, dia belum cinta sama lo sepenuhnya, kan? Jadi, siap-siap aja karena gue mau ambil posisi gue yang sempet lo ambil sebelumnya,"
"Naka hidup dalam bayangan gue, bahkan dulu dia pernah bilang sama gue kalau dia bakalan nunggu gue. Dan, ya, sekarang gue udah kembali dan mau nagih janjinya dulu," imbuhnya.
Marsya menatap Naka yang kini memalingkan wajahnya. Kenapa Naka tidak bersikap tegas sekarang? Kenapa ia tidak berusaha menunjukkan bahwa lelaki itu ingin mempertahankan rumah tangga mereka?
"Naka? Kamu beneran mau balikan sama dia?" tanya Marsya begitu kecil.
Naka tidak menjawab, lelaki itu langsung pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Marsya ataupun berusaha menyangkal ucapan Leora yang sudah di dengarnya meskipun gadis itu berbisik pada Marsya tadi. Hari ini Naka seharusnya cuti, namun harus datang ke rumah sakit menggantikan rekannya yang sedang sakit untuk mengoperasi seorang pengidap kanker paru-paru.
"Saya pergi," ucap Naka berlalu begitu saja.
Naka tidak bisa berbohong, bahwa ia juga masih mencintai Leora.
TO BE CONTINUED
CERITA INI DALAM PROSES PENERBITAN
TIDAK AKAN BENAR-BENAR SELESAI KARENA LENGKAPNYA ADA DI NOVEL NANTI🙏🏻
INFO LEBIH LANJUT JANGAN LUPA FOLLOW
WATTPAD : @Maresa17_ (AKUN INI)
INSTAGRAM : @_maresa17
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir (tak) Berjodoh [TERBIT]
Romansa[PART MASIH LENGKAP-SUDAH TERBIT] *** Marsya mencintai Naka sepenuh hati, sedangkan Naka membenci Marsya setengah mati. Keduanya menikah karena di jodohkan oleh ibundanya Naka. Marsya yang semula hidup dengan pergaulan bebas, kini berusaha menjadi...