13. Mereka Pisah?

90 9 0
                                    

Naka cepat-cepat mendatangi Marsya ketika mendapat laporan dari bi Tina bahwa perempuan itu tengah menangis di kamar. Pintu kamar tersebut di kunci, itulah sebabnya bi Tina tidak bisa masuk. Beruntung Naka memiliki kunci cadangan sehingga ia dengan mudah membukanya.

Mendengar suara pintu terbuka, Marsya langsung berlari dan memeluk Naka dengan tangisnya yang makin keras, juga celotehnya yang tidak jelas di pendengaran Naka turut membuatnya bingung sekaligus khawatir.

"Ada apa, hmm? Ada yang mengganggu kamu?" tanya Naka sibuk mengusap air mata yang terus tumpah dari pelupuk mata indah istri kecilnya itu.

Marsya mengelap ingusnya ke ujung jilbab hitamnya, kemudian menangis lagi dan berbicara tidak jelas karena sesegukan. Naka yang gemas lantas menggendongnya dan membawa perempuan itu duduk di ranjang. Lebih tepatnya, Naka duduk di ranjang sedangkan Marsya duduk di pangkuannya.

"Masih mau nangis?" tanya Naka yang dibalas anggukan cepat oleh Marsya.

Perempuan itu lanjut menangis, kemudian bercerita meskipun benar-benar tidak jelas karena belibet dan juga disertai sesegukan. Jangan salahkan Naka yang tidak mengerti apa yang Marsya bicarakan karena Naka benar-benar tidak paham kata demi kata yang Marsya ucapkan, terlalu kecil.

"Nangis dulu, nanti kalau udah siap, ceritain ke saya." Naka tak bosan mengusap pipi basah Marsya meskipun air mata terus saja membuatnya basah kembali.

Setelah Marsya sedikit tenang, Naka segera memberinya minum yang terletak di atas nakas. Ia melepaskan hijab hitam itu karena sudah basah, acak-acakan dan sedikit kotor karena ada ingus Marsya di sana. Setelah jilbab itu terlepas, Naka segera merapikan rambut panjang Marsya yang terikat satu itu.

Marsya menatap Naka, kemudian menangis lagi dan kini malah memukul dadanya membuat Naka benar-benar bingung.

"Ada apa, Marsya? Saya ada salah sama kamu?" tanya Naka begitu lembut.

"Mereka pisah!" Marsya mengadu.

"Siapa yang pisah?" tanya Naka terkejut.

"Gu Jia pisah sama suaminya," ucap Marsya kembali menangis di dada Naka.

Naka mengernyit bingung, siapa lagi orang yang disebutkan oleh istrinya itu?

"Siapa? Kita kenal?" tanya Naka mencoba mengingat barangkali ia punya kerabat bernama Gu Jia. Namun, setelah di ingat-ingat rasanya ia tidak punya kerabat bernama Gu Jia itu.

"Pemain film," balas Marsya begitu kecil.

Wajah Naka seketika berubah datar. Hey, memangnya ada orang yang menangis segitu hebatnya hanya karena sebuah film?

"Itu hanya film, Sayang," ucap Naka terkekeh kecil.

Marsya memukul dada Naka pelan. "Enak aja! Aku gak rela, tau! Emang, sih, suaminya itu jahat karena udah selingkuh dari dia! Tapi aku gak rela mereka pisah apalagi setelah suaminya minta maaf sama dia!" ucap Marsya tidak terima Naka mengatakan bahwa itu hanya sekedar film saja.

"Suaminya emang gak tau diri karena selingkuh sama cewek yang bahkan gak ada apa-apanya di banding istrinya! Ihh, kesel banget! Tapi semuanya salah si cewek itu! Awalnya suaminya udah nolak dia, tapi si cewek malah terus maksa sampe akhirnya suaminya Gu Jia jadi selingkuh!" Marsya yang kesal kembali memukul Naka.

Naka terdiam.

"Suaminya udah nyesel, tapi kenapa mereka harus pisah?!"

Marsya itu tipikal orang yang selalu menginginkan kedua pasangan pemeran utamanya tetap bersama meskipun sudah membuat kesalahan berkali-kali. Maka tak heran setelah melihat adanya titik kebahagiaan dalam film yang tadi ia tonton namun malah perpisahan yang terjadi, Marsya begitu sedih.

"Yang ngajakin pisah siapa?" tanya Naka pelan. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang.

"Suaminya. Bener mereka pisahnya dengan cara yang indah, tapi tetep aja aku gak setuju kayak gitu!" ucap Marsya masih berlarut dalam kesedihannya.

"Harusnya mereka pertahankan rumah tangga mereka, apalagi udah punya anak. Allah benci tau perceraian!" kata Marsya.

"Mungkin suaminya mau yang terbaik buat dia," ujar Naka menatap Marsya lekat.

"Jadi kalau nanti kamu selingkuh terus kita udah maaf-maafan, kamu bakalan ngajak aku pisah?" tanya Marsya membuat Naka kembali terdiam.

***

"Dalam pernikahan, pasti ada yang namanya ujian. Gak ada pernikahan itu yang aman sentosa, Naka. Tapi, kembali lagi bagaimana kita menyikapi. Kita semua pasti akan diberi ujian oleh Allah. Seperti yang Allah firmankan dalam Surat Al-Baqarah ayat 155 sampai 157, yang artinya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." Hana memberi wejangan pada sang putra.

"Terima kasih, Bunda."

"Memangnya kamu kenapa nanya tentang masalah rumah tangga? Kamu ada masalah sama Aca? Kamu jahatin Aca? Atau, kamu selingkuhin Aca?" tanya Hana menuding Naka membuat sang anak terdiam.













TO BE CONTINUED

CERITA INI DALAM PROSES PENERBITAN

TIDAK AKAN BENAR-BENAR SELESAI KARENA LENGKAPNYA ADA DI NOVEL NANTI🙏🏻

INFO LEBIH LANJUT JANGAN LUPA FOLLOW
WATTPAD : @Maresa17_ (AKUN INI)
INSTAGRAM : @_maresa17

Takdir (tak) Berjodoh [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang