"Naka, udah dua minggu Aca gak pulang, kamu yakin dia baik-baik aja?" tanya Hana setelah dua minggu berlalu namun sang menantu belum juga ada tanda-tanda akan pulang.
Naka tentu setiap hari mengunjungi apartemen Laura untuk menjemput Marsya, namun perempuan itu selalu menolak untuk pulang hingga Naka terus mencari-cari alasan agar Hana tidak curiga. Tapi sepertinya ini sudah terlalu lama, dan Naka rasa Hana berhak tau.
"Bunda ... Aca udah tau kalau selama ini Naka cuman pura-pura sayang sama dia," ucap Naka menundukkan kepalanya.
"Astagfirullah." Hana menyentuh dadanya yang nyeri mendengar penuturan sang putra.
"Naka ... jadi selama ini kamu ..." Hana tidak bisa melanjutkan kalimatnya karena terlalu syok.
"Bunda ... Naka udah berusaha untuk terima Marsya. Tapi, Naka belum bisa sepenuhnya, Bunda. Maafin Naka," ucap Naka lirih.
"Sejak awal Naka emang gak mau nikah sama Marsya, tapi Bunda malah jodohin Naka sama dia. Naka udah berusaha, Bunda. Tolong jangan hakimi Naka," imbuhnya.
"Naka ... kenapa kamu tega? Aca tulus sama kamu, tapi kenapa kamu giniin dia?" tanya Hana tak mampu menahan air matanya.
"Maaf, Bunda. Kalau bisa, Naka juga mau terima Marsya dengan tulus. Naka pura-pura bukan untuk nyakitin Marsya, Bunda ... Naka lakuin itu supaya Naka terbiasa dengan adanya Marsya di kehidupan Naka. Tapi Naka gak nyangka semuanya bakal kayak gini, Naka tau Naka salah, tapi tolong jangan hamiki Naka ...,"
Hana terenyuh ketika mendengar semua kata-kata Naka. Benar, bukan Naka sepenuhnya bersalah disini, tapi ia juga. Kalau bukan karena ia menjodohkan Marsya dengan Naka, pasti Marsya tidak akan mengalami ini semua.
"Bunda kecewa sama kamu, tapi Bunda lebih kecewa sama diri Bunda sendiri ...,"
Keduanya sama-sama diam, hanya ada suara isak Hana yang terdengar. Sedangkan Alora dan Leora sudah Naka suruh pulang sejak seminggu yang lalu karena ia muak melihat dua wanita itu di rumahnya. Naka terlambat, seharusnya dari dulu Naka mengusir mereka. Jika saja sejak dulu Naka mengusir mantan kekasih dan neneknya itu, pastilah semua ini tidak akan terjadi.
"Antar Bunda ke makam mamanya Aca sekarang," pinta Hana lirih.
***
Naka dan Hana baru saja selesai mendatangi makam Naya, ibu kandung Marsya. Keduanya berniat menemui Marsya di apartemen Laura untuk menjemputnya dan memperbaiki semuanya.
Belum sempat Naka menyalakan mesin mobil, ponselnya sudah berdering dan panggilan masuk dari nomor Marsya. Wajah Naka senang bukan main, tanpa menunggu waktu lagi lelaki itu segera mengangkatnya.
"Hallo, assalamu'alaikum, Aca? Kamu udah mau pulang? Saya jemput kamu-"
"Wa'alaikumussalam. Bisa pulang sekarang, Naka?" tanya Marsya menyela ucapan Naka sebelumnya.
"K-kamu udah di rumah kita?" tanya Naka membuat Hana diam dan terus mendengar obrolan anak dan menantu kesayangannya itu.
"Aku udah di rumah kamu," ucap Marsya menekan kata terakhirnya.
"Aku sama Bunda pulang sekarang, kamu ada sesuatu yang mau-"
"Bisa secepetnya, Naka? Keluargaku udah nunggu dari tadi, mereka mau jemput aku pulang, bisa kamu secepatnya pulang sekarang?" tanya Marsya membuat senyum Naka luntur.
"Aca ...,"
"Tolong cepat, ya, Naka. Keluargaku udah nunggu dari tadi, gak etis rasanya kalau mereka jemput aku tanpa adanya tuan rumah di sini,"
"Ca-"
"Aku tunggu kamu,"
Sambungan terputus, Hana pun bertanya-tanya pada Naka namun Naka diam seribu bahasa. Pikiran Naka dipenuhi bayang-bayang Marsya yang katanya ingin dijemput oleh keluarganya. Itu artinya, Marsya ingin berpisah darinya?
Tanpa menjawab satupun pertanyaan Hana, Naka segera tancap gas untuk segera sampai di rumah. Ini tidak benar, dia harus meminta maaf pada Marsya dan memperbaiki semuanya.
Setelah sampai di rumah, Naka segera keluar tanpa menunggu Hana yang kebingungan karena sejatinya Hana tidak mendengar jelas obrolan Naka dan Marsya di sambungan telepon tadi.
"Aca!" teriak Naka begitu memasuki rumah.
Lelaki itu berlari kencang begitu menemukan Marsya duduk di ruang tamunya. Kenapa istrinya menunggu di sana? Bukankah seharusnya perempuan itu menunggunya di kamar atau ruang keluarga saja?
"Aca-"
"Naka, ayo berpisah," ucap Marsya tanpa aba-aba.
selengkapnya hanya ada di versi novel, ya.
yang mau beli novelnya meskipun uangnya belum ada, masih bisa masuk list PO. ceritanya ikut event, jadi cetaknya tergantung jumlah yang beli (jadi gada lebih gada kurangnya)
isi di sini hanya spoiler 🙏🏻
chapter 26&27 kosong, hanya ada di novel nantinya🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir (tak) Berjodoh [TERBIT]
Roman d'amour[PART MASIH LENGKAP-SUDAH TERBIT] *** Marsya mencintai Naka sepenuh hati, sedangkan Naka membenci Marsya setengah mati. Keduanya menikah karena di jodohkan oleh ibundanya Naka. Marsya yang semula hidup dengan pergaulan bebas, kini berusaha menjadi...