28. Permintaan Inara

105 12 0
                                    

"Mana Leora?" tanya Naka pada Alora yang sedang bersantai menikmati teh hangatnya, padahal hari sudah larut malam.

"Pasiennya darurat, jadi Leora ke sana untuk melakukan operasi," jawab Alora santai.

"Ini semua rencana kalian, kan?" tanya Naka dengan suara rendah, takut terdengar oleh Hana.

"Rencana apa?" tanya Alora pura-pura tidak tau.
"Kalian yang bikin rumah tanggaku sama Aca hancur!" ucap Naka.

"Bukan Nenek, tapi ayahnya Aca sendiri," ucap Leora membuat Naka terdiam.

"Ayahnya?"

Di sisi lain, Leo terus menggenggam hangat tangan putrinya yang terasa dingin. Tatapan pria itu terus tertuju pada wajah pucat sang putri yang membuatnya sangat cemas.

"Kami akan segera menyiapkan semuanya, Inara akan melakukan operasi transplantasi hati besok pagi," ucap Leora.

"Pendonor sudah ada secepat itu?" tanya Leo tak manyangka.

Leora mengangguk singkat. "Setelah Inara setuju untuk dilakukannya tindakan operasi, tim kami bergerak cepat agar Inara tidak perlu menunggu waktu lama," ucap Leora profesional.

Leo tersenyum bahagia kemudian mencium pipi putrinya dengan sayang. "Akhirnya, cantiknya Papa bisa sembuh lagi," ucap Leo lirih.

"Pa," Inara menatap sang ayah sejenak.

"Iya, Sayang? Ada apa, hmm? Kamu perlu sesuatu?"

"Mau janji sama aku?" Inara mengarahkan jari kelingkingnya pada pria itu.

"Papa pasti janji," ucap Leo menautkan jari kelingking keduanya.

"Papa ... tolong sayangi Kak Aca, anggap Kak Aca sebagai anak Papa," bisik Inara begitu kecil.

"Sayang-"

"Ayo janji!" Air mata Inara sudah jatuh, suaranya begitu lirih.

"Papa-"

"Tolong ...," Inara menatap pria itu sendu.

"Aku gak mau operasi besok kalau Papa gak mau-"

"Iya, Papa berjanji! Papa janji akan menerima Marsya dan menyayangi dia!" ucap Leo sebelum sesuatu buruk terjadi pada putrinya.

Inara tersenyum kecil. "Kalaupun operasi ini gagal, seenggaknya Papa udah janji sama aku. Kalau Papa ingkar, Papa dosa,"

***

Pagi-pagi sekali, Laura mendatangi rumah sakit tempat Naka bekerja untuk memberi perhitungan pada lelaki yang sudah menyakiti sahabatnya itu.

"Dokter Naka ada di ruangannya, ada keperluan apa?" tanya Niana.

"Pokoknya ini penting banget, cepet anterin saya ke sana!" ucap Laura tegas.

Niana pun tak punya pilihan lain, akhirnya mengantarkan Laura ke ruangan Naka. "Tolong jangan buat keributan," ucap Niana sebelum meninggalkan Laura di depan pintu ruangan Naka.

Setelah Niana pergi, Laura membuka pintu tersebut pelan-pelan ketika mendengar suara orang di dalamnya.

"Kasian banget, sih, kamu ... Naka lebih pilih aku daripada kamu, Marsya," kekeh seseorang di ruangan Naka itu.

Laura membuka pintu itu dengan kasar hingga seseorang yang ada di sana terkejut.

"Leora?"

"Laura?"

Keduanya sama-sama terkejut. Di ruangan itu tidak ada Naka, melainkan ada Leora. Saudari tiri itu sama-sama terkejut karena bertemu kembali setelah berpisah beberapa tahun lamanya.

"Leora? Jadi lo yang hancurin hubungan Naka sama Aca?" Laura menatap tak percaya pada perempuan yang kini tersenyum penuh kemenangan.

Leora terdiam sejenak sebelum tertawa mengejek adik tirinya itu.

"Gue dapet Naka, Marsya dapet Jordan. Dan lo, sendiri lagi," ucap Leora dengan kekehan sinisnya.

Tangan Laura terkepal erat. "Dasar perusak kebahagiaan orang! Sekali perebut tetep perebut!" ucap Laura hampir saja melayangkan tamparan di pipi Leora jika saja tidak ada yang menahannya.

"Jangan ribut di ruangan saya. Dan kamu, Leora. Semuanya sudah menunggu kamu, cepat pergi," ucap Naka pada kedua gadis itu.

Leora pergi, tak lupa memberikan tatapan mengejek pada Laura hingga perempuan memberontak meminta Naka melepaskan tangannya.

"Dasar perempuan iblis! Mati aja lo sana, beban!" ucap Laura meneriaki Leora yang menulikan pendengarannya.

Tatapan Laura beralih ke Naka. "Lo juga sama! Sama-sama bodoh! Dan lebih bodoh lagi Marsya yang masih cinta sama lo padahal jelas-jelas lo itu gak baik!" ucap Laura memaki Naka.

"Kamu kenapa meninggalkan Marsya sendirian?" tanya Naka tak mengindahkan ucapan Laura sebelumnya.

"Jangan ngalihin pembicaraan! Maksud lo apa pura-pura nerima Aca, ha? Lo pikir lo ganteng? Emang, lo emang ganteng, tapi lebih gantengan Taehyung!" ucap Laura marah-marah.

"Laura ... saya mohon jangan buat keributan di sini," ucap Naka meminta baik-baik pada gadis itu yang kini menggulung lengan hoodie yang dia kenakan.

"Lo harus rasain pukulan gue karena udah nyakitin Aca!" ucap Laura langsung menghadiahi pukulan di perut, bahu dan dada Naka.

"Laura-"

"Gue belum puas! Lo harus rasain sakitnya di kasih harapan palsu!" ucap Laura berteriak dengan mata berkaca-kaca.

"Lo tega banget, Naka, sumpah ...," Laura melemah, ketika mendengar pengakuan Marsya jika dia tengah hamil.

"Saya tidak bermaksud menyakiti Aca," lirih Naka yang sejak tadi membiarkan Laura berbuat apapun padanya.

"Demi apapun, Naka! Gue bakalan bawa Aca pergi jauh dari lo, dan gue pastiin lo gak pernah liat anak lo!" teriak Laura menunjuk wajah Naka dengan air mata yang mengalir turun.

Naka terdiam, apa maksud ucapan Laura?





TO BE CONTINUED

CERITA INI DALAM PROSES PENERBITAN

TIDAK AKAN BENAR-BENAR SELESAI KARENA LENGKAPNYA ADA DI NOVEL NANTI🙏🏻

INFO LEBIH LANJUT JANGAN LUPA FOLLOW
WATTPAD : @Maresa17_ (AKUN INI)
INSTAGRAM : @_maresa17

Takdir (tak) Berjodoh [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang