4# Ternyata Masih Kamu

39 5 6
                                    

Beberapa hal tentang jatuh cinta memang begitu sulit dicermati manusia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa hal tentang jatuh cinta memang begitu sulit dicermati manusia.
-Selena Candravika-

~••~

Jakarta, Indonesia.

Pantai sekarang menjadi teman baru untuk Renika, setiap merindukan sosok Jonathan dirinya akan pergi menilik tempat favorit pria itu. Renika sudah tidak punya sosok kakak yang bisa bijaksana menanggapi semua keluh kesahnya, bahkan kehadiran Nathan dan Gabriel hanya bisa dianggap teman. Jadi mendatangi pantai akan menjadi obat rindunya, tempatnya mengadu bahkan menangis. Gadis itu akan terdiam menatap birunya lautan juga mendengar deburan ombak yang membuatnya sedikit tenang. Renika juga bisa tertawa sambil memaki-maki keadaan tanpa ada yang akan menghakiminya.

"Abang udah kasih titipan salam buat Mamaku belum? Pasti udahkan, Bang?"

Renika berujar lirih sambil tersenyum tipis memandangi mega merah yang sebentar lagi akan menampilkan matahari terbit. Alih-alih matahari terbenam Renika lebih menyukai saat benda bulat itu terbit. Menurutnya matahari terbit adalah sebuah pertanda awal yang baru, hari baru, kesempatan baru, dan juga kenangan baru.

"Abang bener, mau kayak gimanapun keadaannya langit akan tetap terlihat cantik."

Hangat menggerayahi badannya yang sempat menggigil. Renika datang sendirian setelah mencoba menghubungi Nathaniel yang sepertinya masih terjerat dalam alam mimpi.

"Dulu kayaknya rooftop jadi tempat paling sering aku datangi karena Bang Mahen tapi sekarang pantai jauh lebih menarik, dulu aku suka berdiri agak jauh sambil lihat keramaian dengan banyak suara bising manusia tapi sekarang suara ombak ternyata bisa lebih menenangkan. Semua orang berubah, Bang. Tapi rasa sayang kami sama Abang gak pernah berubah barang sejengkal pun."

Detik demi detik waktu yang berlalu membuat tempat disekitar Renika yang awalnya gelap menjadi terang, sapuan cahayanya membuat Renika tersenyum cerah sambil memeluk badannya sendiri. Gadis itu mencoba meyakinkan diri bahwa semua akan segera berakhir, entah tentang pekerjaannya atau perasaannya.

"Abang pernah bilang kalau cinta pertama itu susah dilupakan soalnya terlalu membekas di hati juga pikiran, mungkin itu alasan aku gak pernah jadi satu-satunya buat dia ya, Bang? Kak Aruna terlalu membekas sampai-sampai aku udah gak punya tempat."

Lagi, pertanyaan yang akan selalu Renika tanyakan tapi tidak pernah mendapat jawaban. Dirinya terlalu takut kalau jawabannya iya, gadis itu terlalu takut menerima kenyataan bahwa memang dirinya tidak pernah ada.

"Katanya move on paling tepat itu selain butuh waktu juga butuh orang baru, aku udah coba keduanya tapi masih dia tokoh utamanya, Bang."

Sudah lewat enam tahun dari hari dimana Renika meminta putus, sudah dia coba membuka hati untuk Nathan tapi tetap tidak bisa. Meskipun dia berusaha sekeras apapun Mahendra Vega tetaplah pemenangnya, meskipun mungkin Renika bukanlah tempat pria itu pulang.

"Bang, harusnya Abang masih ada disini buat kasih jawaban sama aku gimana rasanya jadi orang paling ikhlas, gimana caranya jadi orang paling lapang. Karena jujur aku gak sanggup ada di titik itu."

"Gak ada yang bisa benar-benar ikhlas, Renika."

Suara lembut dari belakangnya membuat Renika menoleh. Seorang gadis dengan rambut coklat dan senyum tipis menyapanya dengan usapan lembut.

"Kak Selena, kapan sampai Jakarta?"

"Tadi jam tiga pagi, aku ada janji sama Kak Hara."

"Kok gak ngabarin dulu?"

"Sengaja belum mau ketemu sama yang lainnya dan aku pikir dengan datang kesini lebih awal aku gak akan ketemu sama siapapun tapi ternyata ada seseorang yang perlu jawaban soal Auri disini. Renika, hal yang perlu kamu tahu adalah Auri gak pernah seikhlas itu, semua hal yang kamu lihat bisa karena terbiasa."

Renika mengernyit bingung, "Maksudnya?"

"Aku memang gak ada di acara pernikahan Kak Hara tapi aku tau pasti gimana perasaan Auri waktu itu. Dia pernah bilang sama aku, kalau gak bisa jadi yang paling ikhlas kita harus jadi yang paling sabar."

Renika masih terdiam menantikan kelanjutan kalimat dari gadis ini. Sebelum melanjutkan kalimatnya dia membuka blezeer yang dikenakan dan menyampirkan pada bahu Renika.

"Masih terlalu pagi untuk pakai blues setipis ini," senyumnya menenangkan seolah berkata bahwa semua akan baik-baik saja.

"Ikhlas itu berat, Renika, dan aku yakin semua orang punya proses rumit menuju kata ikhlas itu tadi. Kalau kamu masih terus kepikiran sama Mahen itu hal yang wajar karena Auri aja butuh waktu seumur hidup untuk mencoba ikhlas soal Kak Hara."

"Kakak tau semuanya?" gadis dihadapannya terkekeh pelan mendengar pertanyaan Renika.

"Tentu, aku hidup berdampingan sama dia lebih dari tiga tahun dan Auri juga banyak cerita soal semua orang sama aku. Termasuk tentang hubungan kamu dan Mahendra," Renika terkekeh pelan.

"Aku pikir Bang Jona orang yang gak suka cerita sama orang lain," gadis itu merangkul bahu Renika sambil mengusapnya pelan, memberikan sebuah kehangatan yang jauh lebih besar dari terpaan matahari pagi.

"Dia memang orang yang cukup tertutup, Renika. Cuma orang-orang tertentu yang bisa dengar dia cerita tapi khusus aku, aku yang maksa dia untuk cerita," Renika kembali terkekeh mendengarnya.

"Katanya apa, Kak?"

"Katanya jatuh cinta remaja itu hal yang biasa. Suka, patah hati, cari baru, suka, patah hati, cari baru. Siklusnya akan terus kayak gitu sampai akhirnya ketemu sama yang bener-bener pas, yang cocok, yang memang kita butuhkan. Tapi untuk kasus Adinata bersaudara kayaknya ketemu sama cinta pertama adalah hal yang gak bisa dihapus begitu aja, gak bisa hilang dengan cepat atau berganti dengan mudah. Karena katanya, bagi mereka hidup, mati, jatuh cinta dan menikah hanya sekali jadi kalau bukan orang itu belum tentu bisa lanjut sama orang lain."

Renika terdiam mencermati setiap kalimat yang diucapkan gadis disampingnya, muncul spekulasi bahwa pada akhirnya Mahendra akan tetap berakhir dengan Aruna atau tidak sama sekali.

"Cinta pertama itu belum tentu pacar pertama ya, cinta pertama itu perasaan jatuh cinta untuk pertama kalinya meskipun kadang orangnya gak sadar kalau sudah jatuh sedari lama."

"Jangan buat aku makin bingung dong, Kak!"

"Ingat aja ini baik-baik, Renika. Kamu akan selalu istimewa bagi orang yang istimewa, meski banyak sakit dan kecewa kamu akan kembali pulang sama dia yang memang kamu butuhkan. Jangan terlalu diambil pusing, hidupmu masih panjang, masih banyak hal yang perlu kamu capai dan urusan cinta bisa menyusul nanti. Fokus aja sama hal-hal yang kamu kerjakan sekarang dan kamu akan ngerti dengan sendirinya apa yang aku sampaikan."

Dalam keruhnya pikiran yang bercabang kekehan gadis disampingnya membuat Renika semakin bingung.

"Aku mau terbang ke Chicago malam ini, mau titip salam buat dia?"

"Kakak, mau ke Chicago ngapain?"

"Aku mau cari obat rindu disana kayaknya obat rindumu juga ada disana, mau ikut?"

To be continue...

Scars || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang