5# Kata Nathan

45 4 2
                                        

Karena lo orang yang paling gue sayang jadi lo harus bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena lo orang yang paling gue sayang jadi lo harus bahagia. Harus!
-Nathaniel Oretha-

~••~

Bertemu kembali dengan Selena Candravika setelah berbulan-bulan lamanya membuat perasaan Renika kembali menghangat. Katanya Selena adalah versi Hara Syafira muda, yang banyak tingkah dan tidak bisa diam. Tapi yang Renika lihat sekarang kedua orang itu adalah orang yang tenang, dewasa, cantik dan keibuan. Andai saja Jonathan masih ada mungkin pria itu akan menjadi yang paling bingung, bagaimana bisa seorang gadis yang dia temui dengan rasa malu nol besar kini berubah sangat signifikan?

Mengingat pertemuan pertamanya dengan Selena dan pertemuan sebelum gadis itu berangkat ke Chicago membuatnya terkekeh pelan. Selena dimasa lalu lebih banyak bertindak ceroboh dengan Jonathan yang selalu mengomel dibelakangnya sedangkan Selena yang sekarang adalah gadis mandiri dengan sikap tenang dan hati-hati.

Bagaimana waktu membuat gadis itu berubah membuat Renika tersenyum tipis, benar bahwa setiap orang berubah saat sampai masanya. Tidak perlu di tuntut, tidak perlu di suruh, semua orang akan sampai pada tahap dewasanya sendiri-sendiri karena semua orang memang punya masanya sendiri.

"Lo selalu berdiri disini kalau banyak pikiran, sekarang hal apalagi yang masuk ke kepala kecil lo itu?"

"Gue jahat."

Nathan mengernyit bingung sambil memandang aneh gadis disampingnya, "Lo habis nabrak orang?"

"Gue habis bunuh orang."

"Lah kok bisa? Siapa yang lo bunuh, Re? Orangnya sekarang gimana? Keluarganya nuntut lo?"

"Lo."

"Jangan bawa-bawa gue ya monyet! Gue bukan kriminal, lo kalau mau jadi psikopat jangan seret nama gue!"

"Gue habis bunuh perasaan lo, Na. Gak cuma sekali bahkan puluhan kali tapi lo masih baik ke gue sampai sekarang? Lo waras?"

Mendengar kalimat panjang itu Nathaniel ingin murka seketika, dirinya sudah panik bukan main jika memang benar Renika dalam masalah, bisa saja gadis itu baru saja melakukan aksi tabrak lari bukan?

"Gue panik beneran astaga! Lagian kenapa sih lo tiba-tiba ngomong begini? Habis ketempelan setan mana gue tanya?"

"Gue habis di ruqyah asal lo tau!"

"Lo kristen ya monyet, jangan bikin gue makin stress!"

"Gue serius."

"Beneran habis di ruqyah?"

Nathan bertanya dengan mata membulat sempurna membuat Renika memutar bola matanya jengah, satu pukulan mendarat sempurna pada bahu Nathaniel dan berhasil membuat pria itu mengaduh cukup kencang.

"Sakit!"

"Bisa serius bentar gak?"

Perkataan tajam dari Renika berhasil membuat Nathan menurut, dia mulai tenang dan mengangguk sambil sesekali mengusap bahunya pelan.

"Jelasin!"

"Harus banget ya, Re?"

"Iya, harus banget!"

Setelah mengembuskan napasnya berat Nathan mulai mengalihkan fokus pada padatnya jalanan kota Jakarta, persis seperti apa yang Renika lakukan saat dirinya tiba di ruangan gadis ini.

"Lo gak salah dan gue juga gak salah, kita sama-sama gak salah sama perasaan kita, Re. Terus kenapa gue harus bersikap gak baik sama lo?"

"Gue udah nyakitin lo, Na, puluhan bahkan mungkin ratusan kali."

"Nyatanya gue gak merasa disakitin, gue sadar benar apa yang kita lakukan cuma sekedar saling jujur soal perasaan masing-masing. Menurut gue dengan lo tahu perasaan gue itu udah cukup, gue gak peduli sama balasannya."

"Kenapa?"

"Karena cinta emang gitu cara kerjanya, lagian gue juga percaya kalau cinta bisa datang karena terbiasa. Kayak kita yang selalu bareng-bareng dan akhirnya gue malah jatuh cinta sama lo kedepannya juga gue akan jatuh cinta sama orang lain."

"Lo yakin bisa hapus perasaan itu?"

"Perasaan gak bisa dihapus, Rere. Mereka cuma berubah rasa, mungkin sekarang gue masih cinta sama lo dan siapa tau nanti rasa cinta itu bisa berubah jadi rasa sayang sebagai kakak? Gue masih berusaha ngelihat lo sebagai seorang adik jadi tolong kerja samanya."

"Ternyata bener ya?"

"Apa?"

"Siklus jatuh cinta remaja itu suka, patah hati, cari baru. Dan itu akan terus berputar sampai kita ketemu yang pas, yang cocok, yang benar-benar kita butuhkan."

"Anyways gue udah bukan remaja lagi, tapi gue setuju sama statement itu. Namanya juga cari rumah pasti cari yang nyaman, yang pas, yang cocok dari segi kemampuan juga titik strategis."

"Menurut lo cinta pertama itu sulit di lupain gak?"

"Yaiyalah! Gak cuma cinta pertama sebenarnya tapi apapun yang berhubungan dengan hal pertama pasti membekas. Kadang baik, kadang buruk, tergantung situasi dan kondisi."

"Contohnya?"

"Lo masuk sekolah untuk pertama kali, lo punya teman untuk pertama kali, lo bisa baca untuk pertama kali, lo rangking satu untuk pertama kali. Gue yakin semua itu pasti membekas buat diri lo sendiri, sebuah pencapaian yang sebelumnya gak pernah lo dapetin dan hal-hal itu berharga, iyakan?" Renika mengangguk.

"Cinta pertama gak bisa dilupain tapi bukan berarti lo gak bisa jatuh cinta sama orang lain, hal-hal yang gak bisa di rubah adalah ketika lo jatuh sejatuh jatuhnya sama seseorang dan diri lo gak punya alasan buat bangkit. Mau segelap apapun keadaannya lo pasti akan tetap ada disana, terjebak dan gak bisa ketemu jalan keluar. Orang yang diatas akan terus mencoba bikin lo naik kepermukaan tapi lo lebih milih menetap dan tenggelam disana. Situasi kayak gitu yang akhirnya bikin lo gak bisa jatuh cinta sama orang lain karena bagi lo terjebak disana jauh lebih menyenangkan, dan meskipun nggak menyenangkan sekalipun kehadirannya terlalu membekas sampai-sampai lo gak bisa nerima orang baru. Karena dia adalah orang pertama yang bikin lo jatuh sangat dalam, jadi meskipun akan ada orang baru setelahnya orang tadi akan tetap jadi pemenangnya."

"Gue gak paham, penjelasan lo bikin bingung!"

"Intinya lo gak akan bisa nerima orang baru kalau cinta lo udah habis di orang lama."

"Korelasinya sama penjelasan lo tadi apaan, anjir?"

"Bukan selalu orang pertama Renika, tapi orang yang bikin lo jatuh sangat dalam untuk pertama kalinya."

Gadis disampingnya terdiam, kerutan di dahinya membuat Nathan menghembuskan napasnya kasar.

"Emang ya kalau orang pinter tuh disuruh mikirin soal perasaan malah jadi ngang-ngong, intinya kalau lo udah ketemu sama orang bikin semua cowok jadi blur berarti dia orangnya. Capek gue jelasin panjang lebar tapi otak lo gak connect."

Renika terdiam bukan karena tidak mengerti justru kepalanya sedang berspekulasi tentang bagaimana orang-orang disekitarnya menjalin hubungan. Seperti sang Papa yang kembali jatuh cinta pada Bunda meskipun Mama adalah orang yang sangat beliau cintai, apakah orang baru dengan kontribusi yang besar akan bisa menggantikan kedudukan cinta pertama? Apakah dirinya pernah menggeser barang setitik saja posisi Aruna di hati Mahendra?

To be continue...

Scars || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang