9# Breaking Up

25 4 0
                                    

Aku hanya mengubah status kita bukan mengakhiri hubungan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya mengubah status kita bukan mengakhiri hubungan ini.
-Nathaniel Oretha-

~••~

A years ago.
New York City, United States.

Kota New York dalam lima tahun terakhir punya rekam jejak yang menyenangkan untuk Nathaniel dan Renika. Meskipun pusing dan rasanya ingin menyerah saat tekanan demi tekanan mereka rasakan tapi mereka berdua berhasil melaluinya dengan saling menguatkan. Seperti kata kebanyakan orang masalahmu akan selesai saat tiba waktunya dan memang benar begitu adanya.

Meskipun sempat dihantam kuat dengan kabar paling tidak terduga sampai membuat Renika seolah kehilangan arah tapi bersama dengan Nathan semuanya lebih mudah dilalui. Karena sebenarnya yang terlihat paling menjengkelkan juga seseorang yang paling perhatian padamu.

"Gak berasa nanti sore kita udah balik ke Indonesia, kenapa waktu jalannya cepet banget sih?"

"Karena lo nikmatin."

"Kalau itu jelas! Hidup cuma sekali jadi harus di nikmatin."

Renika memandang Nathan yang duduk didepannya. Pria itu nampak senang bukan main padahal minggu lalu Renika kembali mematahkan hatinya. Harusnya dia kecewa dan menjauinya bukan?

"Apa New York lima tahun lagi akan tetap sama ya, Re?"

"Pasti beda, pasti ada yang berubah."

Nathan mengangguk sambil terus menatap pemandangan kota New York di siang yang mendung ini. Ingatannya memutar kembali bagaimana lima tahun terakhir mereka habiskan dengan menjadi bagian bagi kota ini. Tempat dimana seolah mereka diasingkan dan dibuang hanya demi sebuah gelar yang Nathan yakin tidak begitu dirinya perlukan.

Kota New York memang indah tapi bagi Nathaniel New York adalah nama lain dari Renika Catra, meskipun lima atau sepuluh tahun kedepan kota ini tidak lagi seperti terakhir kali Nathan meninggalkannya tapi New York akan begitu lekat dengan kehadiran Renika, sahabat yang sangat dirinya cintai.

Satu minggu lalu, dalam suasana ramai di Brooklyn Bridge Park setelah puas menikmati seharian berkeliling kota, Nathan memutuskan mengakhiri hubungan mereka berdua, tepat saat ulang tahunnya. Di bulan Agustus yang panas.

"Ternyata hubungan kita udah jalan dua tahun aja, ya?"

Dua tahun lalu setelah sebuah percakapan konyol di kafe langganan mereka, mereka berdua akhirnya memutuskan mencoba menjalin hubungan baru. Memperbarui status dari sahabat masa kecil menjadi sepasang kekasih. Dan yang paling penting mencoba membuat Renika melupakan Mahendra.

Waktu mendengar kalimat dari Nathan Renika hanya bisa menoleh singkat sambil mengangguk juga tersenyum manis, sore yang terasa begitu cantik juga menyakitkan di satu waktu. Nathan lupa jika mawar cantik juga penuh duri.

"Dan dalam dua tahun nyatanya gue gagal ya, Re?"

Setidaknya begitulah kalimat yang terlontar dari mulut Nathan pada sore itu. Waktu dimana harusnya Renika memberikan hadiah ulang tahun untuk Nathan.

"Gagal apa? Omongan lo kemana-mana deh, Na."

Mendengarnya Nathan menggeleng pelan sambil terus menikmati sore yang ramai di Brooklyn Bridge Park. Mereka masih dan akan terus berkunjung ke taman ini setiap sore, ketika masih ada di New York atau mungkin nanti saat mereka kembali kesini.

"Re, lo bisa bohongin seluruh dunia tapi lo tetep gak bisa bohongin gue. Berhenti aja disini, jangan semakin nyakitin diri lo. Gue akan kembali di garis yang udah kita buat dari awal, gue gak akan lewatin garis itu lagi setelah ini."

"Garis apa, Na? Jangan bilang lo mau jauhin gue?!"

"Sampai hari ini masih dia kan, Re? Masih Mahendra Vega yang lo simpan rapat-rapat. Nggak, gue gak marah. Sebenarnya gue bisa terus pura-pura gak tau dan lanjutin hubungan kita tapi ini akan semakin nyakitin lo. Lo udah banyak pura-pura di depan Papa jadi di depan gue jangan, lo harus jujur dan apa adanya kalau sama gue, Re."

"Na, kita udah sepakat jalanin dulu ini kan? Lo bilang mau bantuin gue, kok lo nyerah?"

"Gue bukan nyerah bantuin lo, gue nyerah ngelihat lo terus menerus berlaga bahagia padahal lo masih gak baik-baik aja. Gue ngerasa hubungan kita jauh lebih apa adanya waktu kita masih sahabatan, jangan berubah cuma karena lo gak enak sama gue, Re."

Saat itu mereka saling pandang cukup lama, tatapan bingung dan rasa bersalah milik Renika mendominasi di kedua irisnya.

"Jadi, kita putus aja ya? Kita bisa balik jadi dua orang sahabat kayak dulu, kita bisa saling jujur satu sama lain. Gue gak akan kemana-mana begitupun lo, kita masih akan terus bareng-bareng meskipun bukan lagi jadi sepasang."

"Na, kata orang kalau lo pacaran sama sahabat lo sendiri pas putus lo gak akan kehilangan pacar tapi juga sahabat. Gue gak mau kehilangan lo, serius."

"Tapi lo gak akan kehilangan Abang kan? Gue akan tetap kayak sebelumnya, jadi Nathaniel Oretha lo, Abang lo, sahabat lo, musuh lo, dan apapun selain pacar lo. Karena gue udah gak sanggup nyakitin lo, hubungan ini nyakitin kita, Re. Lo yang gak bisa jujur sama perasaan lo dan gue yang udah gak sanggup lihat kebohongan diantara kita."

Dua tahun terakhir hubungan mereka memang cukup indah, bahkan Nathan sempat mengira mereka tidak akan berakhir sia-sia. Tapi semakin lama Renika justru semakin asing, bukan lagi gadis pemarah yang menggemaskan atau seseorang yang mengandalkan Nathan seperti sebelumnya. Hubungan mereka semakin dingin, tanpa kehangatan ataupun candaan receh yang biasa mereka lontarkan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Nathan mencoba mengabaikan semuanya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, dia mencoba tidak melihat perubahan itu dalam hubungan mereka. Nathan masih bersikap seperti hari-hari lalu sampai saat dia mengetahui tatapan kosong Renika, keadaannya yang justru semakin kacau.

Nathan terus mencoba egois selama ini, mencoba terus mendekap Renika lebih erat agar gadis itu bisa melihat kehadirannya. Tapi lagi-lagi kehampaan yang dirinya dapatkan.

Dinding-dinding kamarnya adalah saksi bagaimana Nathan terus mencoba segala hal agar Renika melihat ke arahnya. Hanya dirinya. Dan pada akhirnya Nathan sadar meskipun dirinya mencintai Renika jauh lebih dulu tapi akan ada orang yang bisa mencintainya dengan lebih baik. Tanpa keegoisan, tanpa kecurangan, tanpa paksaan. Hanya mengalir dengan tenang penuh kenyamanan.

Hari itu adalah kali terakhir Nathan memeluk Renika sebagai seorang kekasih, hanya karena Renika membutuhkan pelukan untuk menekan rasa bersalahnya. Apa yang bisa dirinya lakukan jika memang tidak ada cinta diantara keduanya? Keadaan ini memang menyakitkan tapi tidak ada yang bisa Nathan lakukan selain melepaskan miliknya, agar bisa terbang, agar bebas memilih apa yang dia mau.

"Ayo, kita harus ambil koper dan cepet-cepet ke bandara."

Hari ini adalah hari terakhir mereka di New York, hari dimana kota ini pada akhirnya akan menjadi kenangan. Mereka harus pulang dan menjemput apa yang memang sudah menunggu mereka di rumah. Di tempat dimana mereka seharusnya berada.

To be continue...

Scars || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang