18# Pulang

41 5 0
                                        

Rumah bukan hanya sekedar bangunan tapi juga orang-orangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah bukan hanya sekedar bangunan tapi juga orang-orangnya.
-Mahendra Vega-

~••~

Jakarta, Indonesia.

Ruas jalan Budi Utomo tidak banyak berubah, ramainya masih sama dan yang paling penting masih bisa Mahendra ingat dengan jelas bagaimana sepanjang jalan ini merupakan saksi bisu dirinya menghabiskan banyak waktu bersama Renika saat pulang sekolah. Masa sekolah adalah masa yang sangat membekas untuknya.

Setelah mendapatkan banyak sekali pencerahan dengan kedatangan kedua Selena di Chicago membuat Mahendra membulatkan tekat untuk kembali. Jakarta akan selalu menjadi tempatnya pulang, Jakarta adalah rumah dengan segala bentuknya. Entah saat masih utuh atau bahkan saat kacau balau. Karena disini tempatnya menghabiskan hampir separuh kehidupannya. Jakarta yang ramai, Jakarta yang begitu sesak, Jakarta yang kadang memuakkan, dan Jakarta yang selalu menjadi kota dimana kadang kamu tidak bisa percaya pada siapapun.

Saat kembali menginjakkan kaki di kota ini setelah dua tahun menetap di Chicago Mahendra tidak lantas pulang untuk mengistirahatkan badannya yang lelah, pria itu lebih memilih menikmati keramaian di Jalan Budi Utomo terlebih dahulu dan kembali memasukkan Renika dalam kepalanya.

"Kak Selena benar, kalau aku gak kembali aku gak akan tau perasaan apa yang sebenarnya masih ada di sini, Ca. Dan sekarang aku yakin kalau itu cinta, masih akan selalu sama. Tapi meskipun pertunangan itu cuma rumor gak jelas aku tau kamu dan Nathan punya hubungan lebih dari teman."

Mahendra tidak bisa menampik fakta yang pernah di katakan Erlang jika Renika dan Nathan adalah sepasang kekasih. Pada akhirnya meskipun sudah kembali dan memastikan jika mereka memang belum sampai ke tahap lebih jauh dari itu Mahendra tidak bisa melangkah mendekat, Renika berhak mendapatkan hal terbaik di dunia begitupun Nathan.

Setelah puas mencabik-cabik harapannya Mahendra memutuskan untuk kembali ke rumah, tempat dimana Adinata bersaudara harusnya berada. Meskipun satu personilnya sudah lebih dulu meninggalkan dunia tapi bukan berarti Adinata bersaudara tidak pernah ada. Pilarnya memang hilang satu tapi bukan berarti bangunannya ikut runtuh, masih ada dua pilar lain yang harus saling membantu menjaga agar tetap kokoh.

Sampai didepan bangunan besar dengan sosok kakaknya yang sangat kental membuat Mahendra tersenyum tipis, rindu akan selalu ada dan menyesakkan tapi mencoba untuk tetap baik-baik saja adalah pilihan yang paling bijak. Kakaknya mungkin lelah dan ingin istirahat panjang yang tenang, tanpa mendengar rengekan Bintang atau pertanyaan tentang bagaimana keluar dari pikiran rancu Mahendra. Pria itu hanya ingin damai.

Ketukan sepatu di lantai dingin dalam ruangan yang sunyi membuat perasaan Mahendra teriris. Harusnya rumah ini masih sehangat dulu tapi bagaimana bisa sehangat sebelumnya jika pemiliknya bahkan sedingin kutub utara?

Di depan pintu utama Mahendra dapat melihat dengan jelas sepasang anak adam yang menuruni tangga dengan membawa sebuah koper berukuran sedang, Bintang dan Rosetta. Entah akan pergi kemana mereka berdua bersama dengan koper itu tapi yang pasti Mahendra yakin ada sebuah perjalanan bisnis yang harus Bintang lakukan.

Scars || Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang