Bab 11 : Malu

166 37 6
                                    

Kai terbangun dengan kepala pening dan berputar. Donghee yang melihat Kai terbangun dan ingin duduk langsung berlari kearah Kai dan membantunya. Donghee merebahkan kembali tubuh Kai. Demamnya sudah turun. Donghee bersyukur akan hal itu. Jika tidak dia pasti sudah membawa Kai ke rumah sakit.

"Jangan duduk dulu. Tetaplah berbaring"

Kai menurutinya. Salah satu tangannya memijat pelipisnya. Rasanya sakit sekali merasakan pening di kepalanya. 

"Coba buka matamu perlahan"

Kai melakukan perintah Donghee. Sedari dia sadar tadi, dia kembali menutup matanya karena setiap kali matanya terbuka, kepalanya akan terasa pening sekali.

"Apa masih pusing?"

Donghee melihat Kai membuka matanya dan mengerjab pelan. Tapi raut wajahnya tak baik. Banyak kerutan diwajah Kai menandakan pemuda itu tengah kesakitan.

Kai mengangguk tipis.

Donghee menutup tirai kamar Kai dan membuat kamar sangat redup agar cahaya tak banyak masuk. Kai yang merasa kamarnya tak terlalu banyak cahaya seperti tadi menjadi lebih nyaman saat membuka mata. Pening di kepalanya memang masih ada tapi sudah lebih mendingan saat cahaya yang masuk ke matanya tak terlalu banyak.

Kai melirik ke arah Donghee yang duduk disamping kasurnya dengan tatapan khawatir. Wajah Donghee terlihat kusut tak terawat. Apa semalam dia pingsan? Kai tak ingat lagi saat dia memasuki lift. Saat itu hanya pandangan gelap yang menjadi penglihatan terakhir Kai.

"Apa yang terjadi?" tanya Kai pelan.

"Kamu pingsan semalam"

Kai tau jika manajernya itu menahan amarahnya disetiap kalimatnya. Donghee juga tak banyak bicara karena biasanya manajernya itu akan terus mengomel karena dia melakukan sesuatu yang salah.

"Lalu?"

"Untung saja ada orang yang melihatmu saat itu"

"Siapa?"

Donghee bungkam. Lelaki gembul itu tampak enggan menjawab. Matanya sebisa mungkin menghindari tatapan mata Kai yang penuh selidik dan ingin tau. Merasa Donghee tak menjawab pertanyaannya, Kai dengan berusaha keras duduk dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Dia mengambil ponselnya yang ada di atas nakas mejanya.

Kai mengotak-atik ponselnya hingga kemudian dia melihat jejak rekam CCTV di dalam apartemennya. Kai sengaja memasangnya dan Donghee pun tau. Hanya ponsel Kai yang dapat mengakses CCTV itu. Karena Kai memang tak memberitahukan ke pihak agensinya jika dia sengaja memasang CCTV di dalam unit apartemen.

Kenapa Kai melakukannya? Idenya simpel. Karena Kai hanya ingin memastikan apartemennya tak ada yang memasuki selain dirinya dan manajernya. Kai tak suka wilayah pribadinya diusik orang. Kai hanya memasang CCTV yang mengarah ke pintu apartemen. Tentu saja arah ke dapur dan Kai juga ikut tersorot karena Kai sengaja meletakkan disana agar beberapa tempat bisa ikut terjamah.

Kai mengamati rekaman CCTVnya dari semalam sejak dia datang. Betapa terkejutnya dia saat melihat siluet wanita yang dia kenal. Itu adalah Kyungsoo. Sunbaenya. Bagaimana bisa sunbaenya itu masuk ke dalam apartemennya bersama dengan manajernya dan salah satu petugas sekuriti?

Kai terus mengamati hingga melihat bagaimana lincahnya Kyungsoo bergerak kesana kemari mencari sesuatu yang Kai sendiri tak paham apa itu. Kai juga tak bisa melihat apa yang terjadi di kamarnya karena Kai memang tak memasang CCTV di dalam kamarnya. Hanya bisa melihat keadaan diluar saja hingga Donghee datang dengan heboh.

Kai menyimpan ponselnya dan melihat Donghee meminta penjelasan. Dia ingin mengkonfirmasi lagi apa yang dia lihat barusan. Tentu saja Donghee pasti lebih tau apa yang terjadi dibandingkan CCTVnya.

White Lies (HIASTUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang