35

11K 904 11
                                    

WARNING ⚠️

Cerita ini hanya karangan penulis!

•••••

20:56 -

"Ini rutannya?" tanya Haechan sambil mengitari pandangannya untuk menelisik bangunan itu.

Mark hanya berdeham sebagai jawaban. Mark berjalan lebih dulu untuk masuk ke dalam bangunan itu, lalu disusul oleh Haechan dari belakang.

"Saya ingin menjenguk tahanan atas nama Koeun," pinta Mark.

"Baik! Waktu jenguk hanya sepuluh menit!" jawab sang polisi yang bertugas.

Mark menarik Haechan dengan lembut agar mengikutinya ke sebuah meja yang ada di samping pintu masuk.

"Mau ngapain, Mark?" bisik Haechan.

"Tunggu Koeun lah," jawab Mark

Haechan mengangguk paham sebagai jawaban, lalu kembali menelisik seluruh isi ruangan itu.

"Pertama kali lo nginjak tempat kayak gini, kan?" tanya Mark.

Haechan berdeham.

"Kalau gue sih, udah sering kayaknya," ucap Mark sambil tersenyum kecil.

Seketika Haechan melirik ke arah Mark, lalu dia terdiam seribu bahasa. Haechan paham maksud Mark.

Sedikit kisah tentang kehidupan keluarga Mark, Jaehyun ayah Mark merupakan sosok pemimpin keluarga yang bad! Sangat bad! Kenapa? Karena Jaehyun terkadang tak merasa puas dengan seluruh pencapaiannya.

Dulu, Jaehyun pernah dipenjara selama tiga tahun karena kasus korupsi. Wow! Ringan sekali bukan? Padahal, dia korupsi sekitar tujuh triliun besarnya. Entah apa yang Jaehyun sogokkan pada polisi itu sampai dia dibebaskan dengan mudah. Mark sering mengunjungi rutan yang ditempati oleh sang ayah, jadi jangan heran kalau Mark berkata bahwa dia sudah sering melihat tempat seperti ini.

Awal mulanya, Mark bukan anak bebal dan pembangkang seperti sekarang, tetapi sifat pembangkang dan juga sikap keras kepala anak itu muncul karena pengaruh kedua orang tuanya, lebih tepatnya dari sang ayah. Mark mengkonsumsi minuman keras karena sang ayah.

"Hai..."

Mark dan Haechan seketika mengalihkan perhatian mereka berdua ke suara, lalu di sana Koeun tersenyum tipis ke arah mereka berdua.

"Idih ... Udah dipenjara, masih senyum aja lo?" ledek Haechan.

Koeun tersenyum tipis, lalu duduk di sebuah kursi yang ada di depan Haechan dan Mark.

"Langsung to the point aja, lo mau bahas apa sama dia. Ogah gue deketan lama sama cewek model dia. Ogah," sinis Haechan.

Mark terkekeh, lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Ko, gimana kabar anak lo?"

Seketika Haechan terhenyak saat mendengarkan pertanyaan yang diberangkatkan oleh Mark untuk Koeun. Kenapa bisa dia lupa kalau Koeun punya anak?

"Ah ... Gue kira mau ketemu sama gue sambil nanya kabar gue. Lo ternyata nanya kabar anak gue ya?" balas Koeun bercanda.

Diam-diam Haechan menahan amarahnya saat mendengarkan jawaban Koeun. Sial! Ini cewek ngelunjak, Anjing! Begitu pikir Haechan.

"Gak usah khawatir sama anak gue, sebelum dilapas, polisi ngasih gue kesempatan buat ketemu sama anak gue. Syukur-syukur karena ada panti asuhan yang mau rawat anak gue. Iya, gue nitip anak gue di panti asuhan. Miris banget ya?" jelas Koeun sambil tersenyum kecil.

Haechan merasa sedih dan sesak saat mendengarkan jawaban Koeun. Tapi, mau bagaimana lagi, semuanya terjadi karena kesalahannya sendiri. Mungkin, ini adalah pelajaran yang terbaik untuk Koeun agar kapok dan tak mengulangi kesalahan yang sama.

"Ah ... Syukurlah kalau anak lo baik-baik aja," jawab Mark.

Koeun mengangguk.

"Anyway, gue tahu kalau lo kesini bukan cuma mau nanya kabar anak gue aja. Lo mau apa?" tanya Koeun.

"Gak ada. Emang, gue kesini real cuma mau nanya itu dan mau nolongin anak lo," jawab Mark.

"Awalnya, gue mau nolong lo dengan nyewa baby sitter buat jaga anak lo. Tapi, lo ternyata udah gerak. So, udah lo pilih jalannya. Jadi, gue angkat tangan," jawab Mark.

Koeun mengangguk paham.

"Makasih karena udah perduli walau gue udah pernah jahatin lo sama Haechan," ucap Koeun sambil melirik ke arah Mark dan Haechan secara bergantian.

"Maaf karena gue dulunya pernah jadi orang jahat di dalam hubungan kalian karena cuma obsesi gila gue. Gue nyesel banget dan gue nggak mau buat ngelakuin itu lagi. Maaf banget. Terima kasih karena udah ngajar gue arti cinta yang sesungguhnya. Gue sadar kalau selama ini, gue cuma suka sama orang karena obsesi harta dan mau ayah buat anak gue. Sekali lagi, maaf..." jelas Koeun panjang.

"Udah gue maafin," jawab Haechan sambil menatap ke arah Koeun.

Koeun tersenyum tipis.

"Lo emang sepatutnya dapat ini, Ko. Maaf kalau gue bilang ini sama lo. Tapi, ini emang pantes buat lo. Lo gak akan kapok kalau gak diginiin," jelas Haechan.

Koeun tersenyum sambil mengangguk.

"Paham, kok," jawab Koeun.

"Silakan kembali ke sel," perintah polisi yang sedari tadi berdiri di samping Koeun untuk menjaga sang tahanan.

"Waktu gue udah habis. Gue pergi," final Koeun.

Mark mengangguk, sedangkan Haechan hanya diam sambil menatap kepergian Koeun yang sudah perlahan menghilang dari pandangan kedua bola matanya.

Haechan menghela napas panjang. Diam-diam Mark melirik ke arah Haechan, lalu keningnya mengerut saat melihat wajah kusam sang sahabat.

"Mukanya ditekuk, kenapa?" tanya Mark.

"Gue kasihan sama anaknya Koeun, gegara dia, anaknya harus ngerasain sakit kayak gini terlalu dini," jawab Haechan sedih.

"Hah ... Mau bagaimana lagi, nasi udah jadi bubur, kan? Ini juga terjadi karena ulah dan tingkah nya sendiri," jawab Mark sambil menghela napas panjang.

Haechan mengangguk pelan.

"Ya udah, ayo balik. Udah gak ada urusan lagi sama Koeun. Gue kesini pun emang cuma mau nawarin diri buat rawat anaknya. Kasihan. Tapi, dia tadi bilang udah dapat jalan baiknya. Jadi, gak ada lagi yang mau diurus," jelas Mark.

Haechan tersenyum kecil saat mendengarkan jawaban Mark, lalu dengan senang dia menggenggam tangan Mark saat mereka keluar dari bangunan itu.

Haechan tak menyangka kalau Mark akan berpikir demikian untuk menolong anak Koeun, padahal kalau dipikir-pikir, Mark tak ada hak untuk melakukan itu. Tapi, siapa sangka kalau pria itu malah menaruh hati nurani dan rasa simpati untuk anak mantan kekasihnya itu.

"Mau kemana? Apa masih mau ke pasar malam? Tapi, kayaknya nggak lama di sana. Udah jam sembilan malem," jelas Mark.

"Balik aja. Capek. Mau cuddle," jawab Haechan lemas.

Mark mengangguk paham, lalu dengan lembut dia menuntun Haechan masuk mobil setelah membuka pintu mobil untuk pria itu.

"Semuanya udah selesai. Sisa satu tahap lagi, orang tua gue. Selesai itu, gue tinggal nunggu lo lagi buat lulus dan langsung gue nikahi," jelas Mark.

"Elah pak! Sat set sat set bener. Gak sabar ngewe ya?" ledek Haechan menggoda.

"Ngewe mulu yang lo bahas dari tadi. Emang, lubang lo masih kedutan?" tanya Mark santai.

Haechan merona.

"Anjing ... Gue yang mulai, kenapa malah gue yang kalah," gumam Haechan malu sambil menutup wajahnya yang merona.

- ✨✨✨ -

Bad Romance | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang