Lagi dan lagi keinginan Ratih adalah, Kayara di keluarkan dari rumah sakit tersebut. Sungguh, ini membuat kepala Sasi rasanya pusing bukan main. Oh Tuhan, kenapa harus ada drama seperti ini. Andai saja Sasi bukan Dokter, ia mungkin tidak akan tau menau perihal yang terjadi. Kayara selalu saja menjadi alasan untuk keluarga Samuel mendapatkan masalah. Sebenarnya apa yang Kayara lakukan sehingga keluarga Samuel sering sekali melibatkan Kayara?. Padahal, yang Sasi tau Kayara jarang sekali punya masalah di lingkungan pekerjaan. Kenapa sekarang sering mendapatkan masalah?. Sungguh sangat aneh.
"Kenapa nggak anak tante aja, apalagi suami tante banyak duit. Ya, bisalah cari rumah sakit lain." Sasi mengangkat kepalanya, ia tercengang. Tentu saja Sasi kaget, biasanya Kayara selalu menahan diri untuk tidak melawan. Ada apa ini? Kenapa dengan Kayara?. Dan baru saja Kayara sedang menyindir keluarga Samuel. Sasi rasa ini akan seru pasti.
"Saya maunya kamu, yang keluar."
"Tapi saya nggak mau, gimana dong?" Kayara masih duduk dengan tenang, ia masih menatap ke arah semua orang dengan tatapan datar. Jujur saja ia juga merasa takut, apalagi ia hanya mengandalkan diri sendiri. Tapi kalau Kayara diam saja, maka akan terus ada masalah."Jadi tante sekali lagi saya ingatkan, saya tidak akan keluar dari sini."
"Saya tidak perlu mendapatkan persetujuan kamu." Ratih menghadap ke arah Irsyad yang masih diam menatap Rasyid. Ia merasa ini ada sesuatu antara Rasyid dan Kayara. Kalau istrinya tau, bisa habis Rasyid. "Pak, tolong usahakan Dokter Kayara di keluarkan."
"Apa alasan ibu Ratih ingin mengeluarkan Dokter Kayara?" Bukan Irsyad yang bersuara, melainkan Rasyid yang sejak tadi berdiri dengan tangan melipat di dada. "Kasih alasan yang masuk akal, yang benar-benar bisa di pertimbangkan kalau Dokter Kayara harus di keluarkan."
"Maaf Pak Rasyid, ini bukan urusan anda. Anda di sini hanya orang luar. Tolong jangan menyulitkan semuanya."
"Kalau saya menyulitkan, lalu kenapa Dokter Kayara susah di keluarkan?" Rasyid menatap Ratih penuh intens. Sedangkan Sasi sangat terkejut, pun dengan Irsyad. Baru pertama kali Irsyad melihat tatapan serius Rasyid. Kayara menatap ke arah Rasyid dengan wajah senang. Bahkan Kayara memberikan dua jempol pada Rasyid tanda setuju. "Anda terlalu sibuk mengurus pekerjaan orang, dan melupakan diri untuk mendidik anak anda. Minimal didik anak laki-laki anda agar tidak mengganggu Kayara. "
Sudut bibir Sasi melengkung, ia harus segera laporan pada mamanya yang pasti senang kalau tau Rasyid membela seorang perempuan. Bisa saja ini pertanda.
"Pak Rasyid mohon maaf, ini urusan keluarga kami." Tegur Samuel dengan tatapan yang berbeda. Jujur saja Samuel makin lama, rasanya ingin marah setiap melihat Rasyid ada di dekat Kayara. Apa laki-laki itu tidak memiliki kerjaan, sehinga selalu ada di dekat Kayara.
"Sejak kapan gue jadi keluarga kalian?" Sela Kayara dengan suara dengsuan lalu terkekeh geli. Sedangkan Rasyid menatap Kayara dan Samuel bergantian. Nah, kalau begini Rasyid suka. Ada cek cok dan adu omongan. Orang-orang yang berada di sana masih tidak menyangka dengan jawaban Kayara yang notabene selalu diam dan kalah. Sekarang, terlihat jelas bahwa Kayara tidak akan mengalah lagi.
"Nah loh, kagak di akui keluarga." Ejek Rasyid yang mendapat tatapan melotot dari Sasi. Lalu Rasyid memalingkan wajah, ia enggan melihat Sasi. Pasti nanti akan banyak pertanyaan.
"Orang tua gue udah meninggal, terus keluarga gue yang mana kalian?" Rasyid menggeleng dengan suara tawa kecilnya. Ya Tuhan sindiran maut Kayara keluar juga setelah sekian lama. "Mohon maaf bukan mau durhaka, tapi saat genting gini jangan ngaku keluarga deh. Ngeri."
"Makin kelihatan sifat asli kamu. Untung saya tidak merestui hubungan kamu dan Samuel."
"Saya juga beruntung kagak jodoh sama Samuel"
KAMU SEDANG MEMBACA
RASYID
HumorDi tengah gempuran orang-orang yang banyak memilih menikah muda, Rasyid masih asik jadi RT. Masih senang main sama kucing yang di beri nama Jesica. Kenapa belum menikah? Baginya, belum waktunya untuk bertemu dengan orang yang tepat. Entah bagaima...