Kayara duduk dengan tenang, sebisa mungkin dia menahan diri untuk tidak mencari Rasyid agar bisa menolongnya. Bukan, bukan ini ekspetasi Kayara.
Yang ada dalam khayalan nya, dia cukup berbasa-basi lalu memperkenalkan diri sebagai mana yang Rasyi katakan, bahwa diri sudah menjadi calon istri.
"Kayara sehat?" Suara Mama Rasyid mampu membuat Kayara tegang, dia merasa ini terlalu berlebihan. Kayara hanya berharap bahwa keluarga Rasyid cukup basa-basi saja mengenalnya. Namun keinginannya salah.
Keluarga Rasyid hadir semua.
Iya semua.
Termasuk Sasi yang sejak tadi asik menggodanya dengan tatapan menyebalkan.
Mereka baik
Menyambut dengan baik.
Dan hal itulah yang membuat Kayara sedikit emosional. Dia tidak terbiasa di perlakuan baik, maka ketika mendapatkan perlakuan baik--merasa tidak pantas.
"Sehat."
"Gimana tadi pas ke sini, Rasyid engga maksa kamu kan?" Kepala Kayara menggeleng, karena memang kenyatannya tidak ada paksaan sama sekali. "Takutnya kamu di paksa doang, soalnya ada aja kelakuan aneh Rasyid."
Untuk ucapan Mama Rasyid barusan, Kayara menyetujuinya. Benar, Rasyid kadang suka tiba-tiba aneh. Ya seperti sekarang, tiba-tiba menghilang entah kemana. Padahal, Kayara berharap Rasyid di sini menemani nya. Sekedar menolongnya agar tidak canggung.
"Aya, jangan tegang napa? Biasa aja. Tenang, Mama kagak makan orang." Ingin rasanya Kayara menyumpal mulut Sasi yang berbisa itu. "Tapi kagak tahu sih kalau sama lo."
See?
Sasi dan Rasyid tidak ada bedanya, dan mungkin dirinya juga akan sama kalau di lingkungan sendiri.
"Sas," Suara rendah Irsyad mampu menghentikan tingkah Sasi. Beda kalau sudah punya pawang, di panggil pelan langsung kicep. Apa kabar nanti Rasyid? Ah, qmembayangkan saja membuat Kayara menggelikan.
"Kita tungguin Rasyid dulu ya, barangkali Aya engga nyaman di keroyok gini." Ujar Mama Rasyid dengan wajah yang sangat terlihat awet muda. Dan, itu yang Kayara maksud sebenarnya. Memang dia tidak nyaman, hanya saja dia mencoba untuk tetap tenang. "Dia beneran jemput Mas Wahyu apa nyari si Jessica sih?"
"Di telpon dong, Mama." Saran Sasi yang peka. Sasi tahu kok, kalau Kayara tidak nyaman. Tidak mau menjudge juga, sebab mungkin Sasi juga akan merasakan hal yang sama. Untuk tidak ada papi Kenzo, sedikit aman bagi Sasi. Coba kalau ada Paling, bisa-bisa Kayara nambah gugup dan tegang.
"Engga usah, ini gue udah datang." Rasyid berjalan dari arah pintu luar, tangannya penuh dengan segala keperluan anak Mas Wahyu. Begini kalau nikahnya terakhir, pasti jadi budak dadakan kakak sendiri. "Kenapa pada lihatin? Iya tahu emang Rasyid adalah cowok tertampan."
Rasyid duduk di sebelah Mama, dia menghargai Kayara kalau misal duduk di sebelah Kayara. Takutnya membuat Kayara makin tidak nayaman. Sebab tadi Rasyid mendapatkan pesan via WhatsApp dari Kayara bahwa dirinya merasa tidak nyaman dengan perlakuan Mama yang langsung menerimanya dengan baik.
Orang-orang ingin di terima baik oleh keluarga calonnya.
Ini Kayara, inginnya tidak di anggap.
Kurang mainstream apalagi?
Sudahlah, Rasyid tidak bisa memaksa juga.
"Gimana Mah?" Wahyu datang sembari mencium tangan Mama, lalu duduk di dekat Sasi. "Aku bawa anak-anak, mau nginep Mah."
"Alhamdulillah, suruh ke kamar dulu anak sama istri kamu. Biarkan mereka istirahat." Wahyu mengangguk lalu beranjak pergi. Rasyid, menatap Kayara lewat ekor matanya, dia bisa melihat jelas Kayara yang begitu tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
RASYID
HumorDi tengah gempuran orang-orang yang banyak memilih menikah muda, Rasyid masih asik jadi RT. Masih senang main sama kucing yang di beri nama Jesica. Kenapa belum menikah? Baginya, belum waktunya untuk bertemu dengan orang yang tepat. Entah bagaima...