RASYID PENGEN NIKAH

434 90 12
                                    

Kabarnya sekarang Rasyid sedang galau. Tau kenapa? Gara-gara si Bahru nikah. Kayaknya baru dua bulan yang lalu ketemu masih jomblo, bisa-bisanya sekarang nikah. Pokonya, Rasyid tidak akan datang ke acara pernikahan Bahru. Lagipula, kalau ketemu Lurah Sidik gimana? Paling malas kalau Raysid ketemu Lurah Sidik. Memang paling benar itu, santai di rumah.

"ABANG!!" Sebentar, perasan Rasyid mulai tidak karuan. Ginjalnya sudah gemeteran, belum lagi jantungnya mau loncat. Apalagi hatinya, sudah merasakan sesak. Rasyid tau suara siapa yang teriak-teriak.

"BANG RASYID!! BUKA ANJIR!!"

Sasi memang beda. Orang kalau mau bertamu ngucap salam, Sasi malah teriak mirip orang mau gerebek maling. Baiklah, daripada kedengeran tetangga sebelah, Rasyid buka saja.

"Astagfirullah, bang Rasyid."

"Apaan?"

"Gue udah ngucap salam, teriak-teriak, baru di buka. Lo budek apa bolot?"

"Budek sama bolot apa bedanya?"

"Sama aja, kayak lo."

"Kenapa ibu Sasi yang tidak terhormat?"

"Bang, udah pernah nelen sapi hidup?"

"Belum, dan kagak mau nyoba gue."

"Yaudah diem."

Rasyid berjalan ke dapur, tentu saja mengambil air mineral. Siapa tau Sasi haus. Tidak ada salahnya kreatif sendiri.

"Minum dulu."

"Tumben peka?"

"Cuek salah, peka juga salah."

"Makasih bang." Sasi meletakan gelas di meja, lalu ia malah berbaring di sofa. Rasyid sejak tadi mengamati gerak gerik Sasi. Ada apa dengan adik sepupunya ini.

"Lo lagi berantem sama Irsyad?"

"Kagak."

"Belum di transfer gaji?"

"Kagak juga."

"Marahan sama om Kenzo?"

"Kagak, elah."

"Anak lo sakit?"

"Elano aman, sehat sentosa."

"Terus kenapa?"

"Kagak kenapa-napa."

"Lah tadi, lo teriak-teriak kayak kesetanan, kenapa?"

"Gabut" Tubuh Rasyid meluruh ke lantai. Gabut katanya? Yang benar saja ya, Tuhan. Rasyid rasa, Sasi punya kepribadian ganda. Mana ada orang gabut malah senang teriak-teriak.

"Gue lagi malas terima tamu, pulang sana."

"Sabar, suami gue belum jemput."

"Lah, lo bisa pulang sendiri. Ngapain pake di jemput segala?"

"Bang, sebagai suami itu harus memanjakan istri. Toh jemput doang, bukan gue suruh ciumin lantai."

"Ya, tapi kagak selebay itu, kali."

"Namanya juga suami istri. Makanya lo nikah, biar tau kegiatan suami istri selain kirim kabar doang."

Rasyid termenung, ada benarnya juga. Apa Rasyid ikut acara talkshow cari jodoh? Tapi, bakal ada yang mau dengan setatus pengangguran? Ah sialan. Sasi pake cerita perkara suami istri segala lagi. Tak lama suara bel bunyi, menandakan ada tamu yang datang.

"Itu suami gue." Rasyid yang sudah berjalan menoleh ke arah Sasi. Dengan sabar Rasyid berjalan lemas karena mengingat ucapan Sasi. Mana hari ini acara nikahan Bahru, di tambah Sasi datang.

RASYIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang