RASYID SEBENARNYA

289 39 24
                                    

Suara pecahan pintu kaca yang menyebabkan beberapa pengunjung berteriak heboh. Dan itu semua ulah Rasyid yang tanpa merasa bersalah. Dengan santainya Rasyid membungkuk sembari tersenyum ramah.

"Aduh, maaf ya. Sebenarnya saya ini dua orang, jadinya pecah tuh pintu." Kata Rasyid pada orang-orang yang kini menatapnya takjub. Tentu saja Rasyid menjadi objek rasa penasaran semua orang. Apalagi Sasi dan Shila ikut menyaksikan kehebohan tersebut.

"Sas, itu abang lo?" Sasi menggeleng mendengar pertanyaan Shilla. Bukan karena tidak mengakui, Sasi merasa tidak percaya. Pintu kaca pecah di tendang oleh Rasyid, benarkan? Bukan saatnya Sasi takjub, dia harus segera mengabadikan moment tersebut untuk di kirim ke grup keluarga.

Pasti Mama langsung heboh.

"Ay, ya ampun sorry banget gue buru-buru." Kayara justru masih melongo melihat apa yang terjadi di depan. Di depan ramai gara-gara pintu kaca resto tersebut pecah ulah pria-yang katanya tidak di ijinkan masuk oleh dua bodyguard. "Salah kaca ya, bukan salah gue. Lagian itu kaca pake rapuh segala."

"Harus banget pecahin kaca?"

"Lagian gue mau masuk di hadang, kan lawak ya. Udah gitu katanya kalau mau pesan di meja luar aja, siapa mereka ngatur gue!? Di kata Dunia milik mereka main larang gue?"

"Terus tuh kaca gimana?"

"Aman."

"Aman gimana maksudnya?"

"Bentar lagi Syarif datang" Jawabnya dengen cengiran yang bodoh. Andai saja hanya mereka berdua, sudah di pastikan Rasyid dapat toyoran dari Kayara. "Ini lagi kumpul keluarga atau kumpulan tetangga?"

"Syid." Panggil Kayara geregetan. Plis, bukan saatnya Rasyid bersikap aneh. Kayara sendiri merasa bodoh, kenapa juga harus minta tolong pada Rasyid yang notabene orangnya suka aneh-aneh.

"Sorry, muka Samuel sama ibunya beda. Kan takutnya mereka tetanggan terus ketemu di sini, misalnya."

"Anak tiri sama ibu tiri, makanya beda."

"Owalah, pantesan beda. Tapi gue sama mas Wahyu agak mirip tuh. Padahal kita beda ibu."

"Tapi kalian satu ayah, bego."

"Lah iya." Kayara benar-benar tidak tahan untuk tidak menggeplak bahu Rasyid. "Kikan mirip gue tuh, dikit."

"Jangan nambah topik pembicaraan Rasyid." Inilah Rasyid, tidak akan ada habisnya kalau ribut dengan Kayara. Dan di saat genting seperti ini, Rasyid masih santai mengajak Kayara bahas anak tiri dan anak kandung.

Sudah tidak tertolong.

"Iya elah sabar, emosi mulu. Belum gajian, ya? Makanya terima lamaran gue, pasti enak. Lo diem aja, di gaji. Buktinya gue, banyak duit. Sampe pusing mau di habisin dengan cara apa."

"Lamaran?" Ucap Samuel kaget. Dia tidak tau hubungan Rasyid dan Kayara ternyata sudah sejauh ini. Apa dia melewatkan sesuatu selama tidak mencari Kayara? Benarkah Kayara sudah melupakan kenangan mereka selama ini? Tidak, Samuel tidak akan mau merelakan Kayara dengan siapapun.

"Eh, ada mantan Dokter Aya." Dan Rasyid justru sengaja mengajak Samuel salaman dengan gaya tengil. Kata mama salaman itu penting, makanya Rasyid menerapkan hal tersebut ketika bertemu orang. "Iya lamaran. Jadi, Aya ini udah gue lamar. Tapi di tolak, padahal dia jomblo."

"Aya." Panggil Samuel guna untuk menegur, bukan untuk meminta penjelasan. Penjelasan Kayara bisa saja bohong.

"Dia benar."

"Atas dasar apa kamu melamar Kayara?" Tanya Samuel dengan suara tegas. Sebentar, Rasyid meneliti tubuh Samuel. Seperti ada yang berbeda. Tapi apa? Ah sudahlah, bukan saatnya untuk menilai Samuel.

RASYIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang