RASYID COSPLAY

384 66 6
                                    

Kayara duduk di Caffe milik Ashila, ia masih sibuk dengan makannya. Oh, jangan lupakan peristiwa di acara waktu itu, Rasyid kena pukulan dari Sasi. Sedangkan Kayara tidak ikut-ikutan, ia justru memilih makan. Bukan berarti Kayara menyukai makanan, hanya alibi saja untuk menghindari pertanyaan dari Sasi.

Waktu itu.

"Belum kerja, Ay?"

"Sejam lagi masuk, dari mana lo?"

"Rapat RT."

"Pantes pake batik segala."

"Ganteng ya?"

"Lumayan buat selingkuhan" Dan kepala Kayara kena jitakan tangan Rasyid. Mulut Kayara memang suka menyeramkan. "Itu sepatu jelek amat. Oh iya, lo kan pengangguran."

"Mulut lo, Ay. Mau gue kawinin?"

"Kawin?" Rasyid mengambil botol minum, untuk mencegah rasa panas dalam tenggorokan. "Lo aja masih jadi erte, gaya pake mau ngawinin gue. Minimal nikahin dulu."

"Ya udah hayuk."

"Ke mana?"

"Daftar lah ke pesantren." Kayara dan Shilla tertawa keras. Lucu juga emang kalau sudah hina Rasyid. "Ke kepala Desa dulu, kayaknya."

"Makan deh, Syid. Biar kagak eror otak lo." Kayara menyodorkan piring berisi makanan yang tadi ia pesan. "Betewe rapat apaan tadi?"

"Menjaga lingkungan rumah. Ya, supaya lingkungan selalu bersih dan terhindar dari banjir."

"Lah, gue baru tau kampung si Shilla sering kena banjir."

"Bukan kena banjir Kayara Ayumi, mencegah. Ini anak lama-lama bikin gue emosi mulu."

"Jangan marah mulu, inget umur."

"Apa hubungannya?"

"Cepat tua."

"Dasar cewek julit." Kayara hanya diam tidak ada niatan untuk merespon balik. Ia sibuk dengan makannya. Sedangkan Shilla hanya bisa memantau dari kasir. Lama-lama Shilla mulai curiga dengan kedekatan mereka berdua. Tadinya sih duduk dekat mereka sedikit membuat Shilla aman, namun ketika Kayara dan Rasyid saling lempar omongan, Shilla memilih pergi ke meja kasir.

"Syid."

"Perasaan gue kagak enak, kalau dengar panggilan lo."

"Agak horor apa merinding, Syid?"

"Lumayan bosen sebenarnya." Dan tangan Kayara memukul kepala Rasyid hingga membuat Rasyid mengaduh. "Tangan kuli beda emang, sakit banget bego."

"Maafin, sengaja."

"Ngomong-ngomong ini makanan yang lo pesen, apaan?" Kayara menoleh ke arah piring Rasyid. Ya Tuhan, masa iya Rasyid tidak tau apa yang di makan. "Kenyang kagak."

"Cake itu, Rasyid."

"Minimal kalau mau kasih makanan buat gue, nasi. Bikin kenyang"

"Elah Syid, itu banyak loh porsinya. Masa kagak kenyang?"

"Kalau belum makan nasi, kagak kenyang lah."

"Gue curiga, lo makan siomay juga campur nasi kali."

"Kadang makan bakso harus ada nasi, Ay." Dan Kayara menatap tak percaya. Pria satu ini beda dari yang beda. Rasyid memang tidak jauh beda karakternya dengan Sasi. Mengingat Sasi, Kayara jadi teringat janjinya untuk ikut operasi pasien Sasi. Ia segera berdiri meninggalkan Rasyid yang tengah menikmati cake pesanan Kayara. Udah jomblo, di tinggal begitu saja. Nasib kurang baik.

Jam tengah malam_tepatnya setelah Kayara selesai melakukan operasi pada pasien Sasi, ia benar-benar shok berat kala melewati ruangan salin. Bahkan tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Kayara masih berdiri dengan wajah menahan emosi. Sedangkan suster di sampingnya, menatap ke arah depan lalu menatap Kayara dengan wajah takut.

RASYIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang