JADI PIHAK KETIGA

506 93 6
                                    

"Serius ada ini, di luka Johan?"

"Lo udah tanya lebih dari lima kali."

"Ya, gimana Yaya. Gue masih ngelag. Otak gue ketinggalan kayaknya."

"Cepet periksa." Rasyid segera memasukkan memori ponsel yang Kayara temukan dari luka Johan. Entah apa isinya, jelas saja Rasyid penasaran. Kenapa ada memori ponsel di luka Johan. Benar-benar mencurigakan. "Apa isinya?"

"Data nama penduduk warga kampung Duku." Kayara menarik kursi, lalu ia duduk di sebelah Rasyid. Mereka berdua sedang di ruangan Kayara. Tadinya saat Rasyid keluar dari ruangan pasien, niatnya mau cari sarapan. Tau-tau Kayara ternyata ikut keluar. Jadilah mereka di ruangan Kayara. "Data penduduk warga, buat apaan?"

"Lo udah cek kejadian Johan?"

"Gue belum sempat buka CCTV, nanti gue cek." Kayara mengangguk, lalu tak lama suara ponsel Rasyid berdering.

Ogi polisi calling.

Sebelum mengangkat telepon Ogi, Rasyid melakukan tarik nafas, keluar nafas. Tau sendiri Ogi kalau sudah marahain Rasyid, lebih kejam dari kehidupan. Perasaan Rasyid sudah mulai tidak enak.

"Hallo, Gi? Ada apa lo telepon gue, lagi sibuk gue."

"Pelaku yang menyayat atas nama Johan, udah di kantor polisi."

"Cepet amat anjir!!"

"Ada yang perlu lo amankan di rumah?" Rasyid menatap Kayara, ia nampak berpikir tentang ucapan Ogi barusan. "Ada tim yang bakal geledah rumah lo."

"Kenapa--

Sesaat Rasyid sadar akan ucapan Ogi, ia ingat perihal isi memori yang baru saja di cek. Ini ada kaitannya pasti. Ia harus lebih cepat bergerak dari orang-orang itu. Sialan. Kenapa di saat seperti ini, Rasyid malah pikun.

"Gi, maaf gue matiin." Rasyid segera mencari nomor ponsel Syarief. Sial, ini namanya akan menghancurkan nama baik dirinya. Siapa yang main curang begini. "Halo Syarief. Lo di mana?"

"Di rumah bang."

"Ke rumah gue cepetan, salin isi CCTV nomor enam. Lo salin, habis itu nanti gue kirim pesan."

"Iya bang."

Rasyid menghela nafas berat. Ya Tuhan, kenapa masalah langsung datang barengan? Apa tidak mau satu-satu dulu? Ah tau gitu Rasyid tadi cepat cek CCTV. Mendengar suara pintu, Rasyid menoleh melihat siapa gerangan. Taunya Kayara keluar. Mungkin Kayara paham akan situasi Rasyid yang sedang mengalami problem dadakan. Rasyid segera menghubungi mpok Nina yang menjadi ART di rumahnya.

"Hallo mpok Nina."

"Kenapa bang?"

"Mpok masih beberes di rumah, Rasyid?"

"Masih"

"Mpok, bentar lagi Syarief datang. Mpok kayak biasa aja sambut Syarief. Nah, tolong suruh mpok Hindun sama mpok Alpa ke tempat biasa, temenin Ambu."

"Siap bang."

Rasyid berdiri harap-harap cemas. Ia tidak mungkin langsung ke kantor polisi, ia harus segera mendapatkan kabar dulu dari Syarief. Rasyid mengetik pesan untuk di kirim ke mpok Nina yang masih di rumahnya. Ia harus memikirkan cara agar tidak di dahului orang-orang yang ingin menggeledah rumah miliknya.

Mpok Alpa.

Lurah Sidik sama beberapa polisi datang ke rumah bang erte.

Rasyid anak ganteng.

RASYIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang