JIWA KAYARA

367 79 20
                                    

Berhubung Rasyid mulai bosan main di Rumah Sakit, kini ia kembali lagi ke asal semula. Yakni kampung Duku, di mana ia sebagai RT. Ngomong-ngomong jadi RT, kenapa kampungnya sekarang aman saja? Rasyid maunya sih ada keributan, biar Rasyid sibuk.

"Tumben mampir ke kampung, ingat kampung?"

"Minimal salam dulu kali, mpok." Rasyid tetap memberi salam pada mpok Hindun, yang mana langsung duduk saja. "Pada ke mana yang lain?"

"Pada sibuk lah, emang lo doang yang boleh sibuk.?"

"Nyolot mulu ibu satu ini."

"Bukannya dari dulu, ya?" Keduanya tertawa keras. "Setelah adiknya Sidik yang jadi Lurah, warga sini aman semua. Dia selalu mengunjungi setiap RT. Lo tinggal diem aja, semua aman."

"Ada untungnya juga dia gantiin Lurah Sidik."

"Normal lah, intinya adik si Lurah ini."

"Lihat Ambu?"

"Ambu ke Apartemen Shilla, katanya mau bantuin pesenan."

"Sepi banget ya, mpok."

"Syid" Entah mengapa ini suara mpok Hindun terdengar menyeramkan. "Lo udah dewasa, mpok yakin lo pasti bisa. Lo kagak mungkin begini aja, cari hal lain."

"Mpok."

"Cari dunia lain, mpok yakin lo pasti bisa hadapinya. Cari perempuan yang benar-benar tepat di masa depan dan untuk lo."

"Omongan mpok Hindun serem."

"Syid, mpok serius. Masa lo mau sendiri aja? Jangan kebanyakan milih, dapat yang gak sesuai, mampus lo."

"Doanya jelek banget."

"Lagian lo, banyak milih. Sono cari kesibukan. Semua pada sibuk sama keluarganya. Lo cari bini lah."

"Mpok, emang nyari---

Suara ponsel menghentikan pembicaraan Rasyid dan Mpok Hindun. Kenapa Ine pake kirim pesan segala, pasti ada masalah dengan Sasi. Ya Tuhan, adiknya yang satu itu senang sekali membuat Rasyid pusing.

Ine marine.

Bang, Dokter Kayara berantem.

Ya begitu nama kontak yang Rasyid kasih untuk Ine. Isi pesan dari Ine sedikit mengganjal. Kayara berantem, lalu hubungan dengan Rasyid apa? Tidak ada. Namun meski begitu, Rasyid tetap berdiri untuk siap pergi. Mpok Hindun penasaran, isi pesan apa yang membuat seorang Rasyid langsung beranjak dari duduk nyamannya.

"Orang miskin memang nggak bisa sadar diri."

"Kamu selalu saja menambah masalah di hidup tante."

Kayara masih memilih diam, ia tidak bisa berbuat apapun. Ia sadar, ia hanyalah seorang perempuan yang sedang bertahan hidup. Tidak apa menjadi tontonan orang-orang, daripada Kayara mendapatkan masalah besar.

"Lo denger mama ngomong, gak?" Rindi, adik sepupu yang tak jauh beda sifatnya dengan sang ibu. Tatapan Kayara bertubrukan dengan mata Samuel. Ini pria yang kemarin-kemarin mengajak Kayara berjuang bersama? Hah. Rasanya ingin Kayara tonjok saja.

"Kayara, jangan bikin tante malu terus. Kamu ngapain pake nyari masalah sama Nara? Kamu tau, Nara calon istri Samuel, anak tante."

"Mah, udah." Suara Samuel terdengar menjijikkan di telinga Kayara. Mana ada dia mau belain Kayara, jangan harap. Samuel terlalu menyayangi ibu tirinya yang tak lain tante Kayara sendiri.

"Biarin bang, mama harus negur keponakan mama yang nggak tau diri ini."

"Berhenti rendahin gue." Kayara tidak tahan, sejak tadi ia menjadi bahan tontonan dan hinaan dari mereka. Tante katanya, Kayara rasa akan lebih baik ia tidak memiliki tante.

RASYIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang