33. An Apology

248 25 12
                                    

Di salah satu lorong SMA Bimasena, terlihat Aska berjalan seorang diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di salah satu lorong SMA Bimasena, terlihat Aska berjalan seorang diri. Langkahnya berlawanan dengan murid-murid lain yang seolah berlomba-lomba untuk tiba lebih dulu di gerbang sekolah. Tujuannya saat ini adalah markas anggota basis, yang tak lain merupakan gudang lama.


"Nyari siapa lu?" tanya seorang anggota basis yang saat itu sedang merokok di depan pintu.

"Kak Archer."

Lelaki itu memandangi tubuh Aska. Dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Ar! Ada yang nyariin lu nih," teriaknya kemudian.


Beberapa saat kemudian Archer muncul dari balik pintu. Wajahnya sungguh tak bersahabat. Siapapun yang melihatnya pasti akan lebih memilih untuk menjauh karena tidak ingin berurusan dengannya. Archer langsung menghela napas dengan kasar sesaat setelah melihat keberadaan Aska.

Aska tak mengatakan apapun. Hanya dengan gerakan kepalanya, ia memberi kode kepada Archer untuk pergi dari tempat itu dan mengikutinya. Archer tak punya pilihan lain selain mengikuti Aska yang ternyata membawanya ke taman belakang sekolah.


"Lo kenapa?" tanya Aska.

"Gue?"

Aska mengangguk. "Kenapa lo bisa ribut sama Cherry? Bukannya gue mau ikut campur sama urusan lo berdua. Tapi karena sekarang gue ada di posisi antara lo, Cherry sama kakak-kakaknya Cherry, jadi gue rasa gue perlu tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi."

Archer kembali menghela napas kemudian duduk di sebuah kursi taman. "Gue cemburu dan kebawa emosi."

"Cemburu? Soal apa?" tanyanya sambil ikut mendudukkan diri di samping Archer.

"Bara, salah satu anggota gue yang ternyata suka sama Cherry. Dia bahkan terang-terangan ngedeketin Cherry."

"Jadi Bara, orang yang udah lo hajar sampai masuk rumah sakit?" Archer mengangguk sebagai jawaban. "Terus kenapa lo ngebentak Cherry?"

"Cherry pengen jengukin Bara dan gue gak setuju. Tapi dia tetep maksa sampai akhirnya gue kebawa emosi dan ngebentak dia."


Diluar dugaan Archer, Aska justru tertawa kecil sesaat setelah mendengar penjelasannya. Ia pikir lelaki itu akan marah atau mungkin menghajarnya. Tetapi yang ia dapati justru Aska tertawa. Seolah ada sesuatu yang lucu dari situasinya saat ini.


"Kok lo ketawa?"

"Kocak aja." Archer mengerutkan alisnya, kesal mendengar jawaban itu. "Sekarang gue tanya. Lo tuh sebenernya yakin gak sih sama perasaannya Cherry ke lo?"

"Yakin."

"Terus buat apa lo cemburu ke Bara? Pikiran lo gak make sense, Ar. Kalau lo beneran percaya sama perasaannya Cherry, buat apa lo peduli sama yang lain? Cewek lo tuh cantik, man. Wajar kalau banyak yang naksir. Tapi mau sebanyak apapun cowok yang naksir sama dia, tetep lo yang jadi pemenangnya."


ARCHERRY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang