20. Congratulations!

308 57 21
                                    

"Aska?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aska?"


Suara Cherry yang memanggil Aska dari ujung tangga membuat keempat lelaki yang sedang berbincang itu panik bukan kepalang. Aska langsung memadamkan rokok yang masih tersisa setengah dan membuangnya ke tempat sampah. Deri langsung menyambar sebungkus permen dan memberikannya kepada Aska, sedang si kembar buru-buru menyemprotkan pengharum ruangan sambil mengibas-ngibaskan tangan ke udara agar asap rokok yang masih terlihat itu bisa segera menghilang.


"Aska?" Tepat pada saat itu Cherry muncul dihadapan keempatnya. "Aska udah balik dari toilet?"

"Udwh, Cher," jawab Aska dengan setenang mungkin. Padahal jantungnya berdebar tak karuan karena aroma asap rokok masih tertangkap oleh indra penciumnya.

Sepasang mata dari gadis itu mulai menyipit, mencoba memperhatikan sesuatu yang ada di dalam mulut Aska. "Aska lagi makan permen ya? Katanya gak suka yang manis-manis, tapi kok itu makan permen, sih? Padahal kan permen jauh lebih manis dari pada susu cokelat yang waktu itu aku tawarin ke Aska."


Jika saja seseorang bisa melihat cara kerja otak Aska saat ini, maka mereka bisa melihat betapa kerasnya otaknya bekerja untuk mencari jawaban atas pertanyaan Cherry itu. Aska menyeka keringat pada pelipisnya yang tahu-tahu sudah jatuh menuruni pipinya. Lewat tatapan matanya, Aska meminta bantuan kepada Deri untuk menjawab pertanyaan Cherry.


"Tadi abang baru balik dari mini market depan. Beli permen, snack sama barang-barang keperluan abang. Terus pas ke dapur ketemu sama si Aska jadi ya abang tawarin aja. Mungkin permennya tetep dimakan karena Aska gak enak kalau harus nolak pemberian abang." Deri menghela napas dengan singkat lalu menatap Aska. "Sorry ya. Gue gak tahu kalau lo gak suka manis."

"Gak apa-apa kok, Bang." Untung saja Aska mengerti alur 'kebohongan' yang Deri ciptakan.


Cherry mengangguk perlahan, paham akan situasi yang telah terjadi di tempat itu. Beberapa detik kemudian Cherry menggerak-gerakan hidungnya. Ada bau yang aneh, yang sebelumnya tak pernah ia temui di seisi rumahnya.


"Hm... ini bau apa ya? Kok kayak bau asep rokok sih? Eh tapi kan di rumah kita gak ada yang ngerokok. Apa jangan-jangan Papa udah mulai ngerokok ya?!" Cherry mengakhiri tanyanya dengan kedua mata yang ia besarkan dengan gerakan dramatis.

"Papa gak pernah ngerokok lho, Dek. Ini tuh... ini tuh bau asep rokok dari tetangga sebelah. Tadi Om yang dari sebelah itu dateng ke sini pengen pinjem palu. Ya kan, twins?"

"Iya, Bang," jawab Riel dan Niel bersamaan.













"Aska yakin mau pulang sekarang? Gak mau nanti-nanti aja?'


Aska tak bisa menahan senyum ketika melihat ekspresi memelas pada wajah Cherry. Gadis itu sebenarnya tak sedang bertanya, melainkan memintanya untuk tetap tinggal lebih lama lagi. Aska menurunkan pandangannya, menatap tangan kanan Cherry yang memegang ujung baju kaos berwarna hitam yang sedang ia kenakan.

ARCHERRY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang