46. Final Chapter

360 14 9
                                    

Lantunan melodi indah dari piano memenuhi satu ruangan di kediaman Dirgantara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantunan melodi indah dari piano memenuhi satu ruangan di kediaman Dirgantara. Waktu menunjukkan pukul 06.55. Gadis pemilik ruangan masih betah berada di tempat tidur. Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tebal.

Pintu terbuka.

Seorang lelaki berpakaian seragam SMA masuk dengan seulas senyum. Dimatikannya instrumen musik yang menemani tidur si bungsu. Langkah kaki membawanya ke depan gorden dan menyingkapnya. Mempersilakan sinar mentari untuk masuk dan menghangatkan ruangan.


"Dek? Bangun yuk. Udah mau jam 7 nih." Dengan lembut Deri membangunkan adik gadisnya.

Perlahan sepasang mata itu terbuka. Mengerjap beberapa kali sebelum menyadari kehadiran Deri. "Abang?"

"Morning." Cherry tersenyum meresponinya. "Hari ini udah enakan?"


Cherry melepaskan diri dari selimut tebalnya. Diangkatnya tubuhnya lalu disandarkan pada sandaran tempat tidur.


"Udah mendingan kok, Bang."

"Ketemu Archernya besok-besok aja ya, Dek? Riri masih harus banyak istirahat di rumah."


Penuturan itu sukses melunturkan senyumnya. Cherry sudah sangat rindu pada Archer. Ia yakin kondisinya sudah membaik dan akan terus membaik. Jadi tak ada alasan baginya untuk membatalkan rencana yang sudah ia nanti-nantikan.


"Tapi kan Riri udah mendingan, Bang? Jangan dibatalin, ya? Riri udah kangen banget sama Kak Archer."

Si sulung terlihat berpikir selama beberapa saat. Hingga akhirnya helaan napas pelan terdengar darinya. "Ya udah abang izinin. Tapi semuanya tetep tergantung sama Papa, ya? Abang cuma bisa bantu ngeyakinin Papa nanti."


Tepat hari ini, genap satu bulan Archer keluar dari rumah sakit. Tetapi Cherry justru tak bisa menemuinya sesering dulu. Penilaian Akhir Semester yang minggu kemarin telah selesai dilaksanakan memaksanya untuk fokus belajar. Hingga mengabaikan kesehatannya dan berujung sakit.

Bersyukur dokter menyatakan bahwa ia hanya kelelahan.

Cherry bersyukur Pak Dirga memperbolehkannya. Walau masih tetap diawasi oleh salah satu kakaknya. Tak apa. Yang penting Cherry bisa bertemu dengan Archer.

Kali ini ia diantar oleh Niel. Deri tak bisa ikut karena harus mengikuti kegiatan khusus kelas 12 di sekolah. Sedang Riel terpaksa berangkat ke sekolah karena harus mengikuti remedial Matematika.


"Kak Niel kok gak ikut turun?" Cherry bingung ketika Niel tetap berada di atas motor. Mesin kendaraan pun tak ia matikan.

Niel membuka kaca helmnya lalu mematikan mesin motor. "Kak Niel tungguin di sini aja, ya? Kakak gak mau ganggu waktu berduaan Riri sama Archer."

Cherry tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum. "Makasih, ya Kak!"

"Iya. Nanti kalau udah selesai atau kalau ada apa-apa, langsung telepon kakak aja, ya?"

ARCHERRY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang