34. Make A Wish

234 27 32
                                    

"Cher, kamu kenapa?"

Cherry membaringkan kepalanya di atas meja seraya memegangi perutnya. "Perutku rasanya gak nyaman."

"Gara-gara sarapan buru-buru tadi?" Cherry mengangguk. "Aku beliin lemon tea ya biar perutnya agak enakan?"


Cherry hanya mengangguk dan membiarkan Aska melakukan keinginannya. Aska ingat bahwa dulu neneknya sering memberikan teh lemon hangat padanya ketika perutnya sakit. Ketika melewati lorong yang akan menghantarkannya ke kantin, Aska berpapasan dengan Archer yang sedang bersama dengan Ray dan juga Hugo.


"Ngapain lu masih keliaran di luar kelas?" tanya Hugo.

"Kamu nanyeak?"

"Anjing! Kesel bat gua dengernya!"


Hugo memiting kepala Aska dan berpura-pura ingin memukulnya. Aska tertawa menanggapinya. Candaan seperti ini sudah menjadi hal biasa bagi mereka. Sama seperti Deri yang sudah berteman baik dengan Archer, sekarang Aska juga turut menjadi sobat bagi Ray dan Hugo. Bahkan sekarang ia sudah tidak memanggil ketiga lelaki itu dengan panggilan 'Kak', seperti yang selama ini ia sebutkan.


"Becanda, becanda..."

Hugo melepaskan pitingannya kemudian merapikan rambutnya yang sedikit panjang. "Makanya jawab yang bener."

"Gue mau ke kantin. Mau beliin lemon tea buat Cherry.

"Cherry?" Archer yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan akhirnya mulai bersuara ketika mendengar nama kekasihnya.

"Tadi pagi Cherry telat bangun dan gak sempet sarapan di rumah. Jadi tadi dia sarapan di kelas sebelum bel masuk. Tapi karena waktunya mepet, dia makannya buru-buru dan akhirnya perutnya rada sakit. Begah sih kalau kata gue."

"Kelas lo lagi jamkos?"

"Iya. Bu Gita lagi ada rapat sama Pak Kepsek."

Archer mengangguk paham. "Gue pengen ketemu sama Cherry."

"Lah, Ar? Gak jadi nyebat nih?" tanya Hugo.

Ray yang kesal dengan pertanyaan Hugo langsung memukul pelan kepalanya. "Nyebat kan bisa nanti-nanti ege!"


Ray menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan sikap Hugo. Setelahnya ia menyusul Archer yang sudah lebih dulu berjalan. Hugo menoleh ke belakang, ke arah Aska yang juga sudah kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke kantin.


"Sialan. Ditinggal mulu gue."








Sesampainya diambang pintu, Archer bisa melihat kekasihnya sedang membaringkan kepala di atas meja. Segera ia menghampiri gadis itu, diikuti oleh Hugo dan Ray –yang berhasil menyusul mereka—. Archer mendudukkan dirinya di bangku Mino yang saat itu tengah kosong, sedang Ray dan Hugo duduk di bangku yang berada di depan Cherry. Sang pemilik sudah lebih dulu pergi karena tak ingin berurusan dengan kakak kelas yang terkenal badung itu.


"Hey?"

Cherry merubah posisi kepalanya. Sedikit terkejut saat mendapati Archer yang tahu-tahu saja sudah duduk di sebelahnya. "Kak Archer?"

"Perutnya kenapa?"

"Gak apa-apa kok, Kak. Agak gak nyaman aja karena tadi sarapannya buru-buru hehe."


Tepat saat itu Aska kembali ke kelas dengan teh lemon hangat untuk Cherry. Setelah memberikannya, Aska memilih untuk bergabung dengan Ray dan Hugo yang sedang bermain game online di ponsel masing-masing.


ARCHERRY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang