21. The Cure For The Pain

328 57 16
                                    

Di depan sebuah makam, terlihat sebuah punggung dari seorang gadis dengan kedua bahu yang bergetar pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan sebuah makam, terlihat sebuah punggung dari seorang gadis dengan kedua bahu yang bergetar pelan. Dia adalah Cherry, yang kini menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Seolah tak ingin jika sang ibu melihatnya menangis dari atas sana.


"Riri ngerasa sakit, Ma... Sakit sampai dada Riri rasanya sesak."


Cherry terus menangis. Berusaha menumpahkan semua perasaan tak karuan yang ia rasakan saat ini. Perlahan tangisnya mulai mereda. Dengan mata yang sedikit membengkak, Cherry menengadahkan wajahnya. Memandang awan hitam yang memenuhi langit di siang itu. 


"Ma... apa Riri sebodoh itu sampai semua orang bohongin Riri? Kak Archer, Kak Riel, Kak Niel dan bahkan Abang, orang yang paling Riri percayai juga ngebohongin Riri."


Cherry masih ingin menangis. Namun rasanya sudah tak ada lagi air mata yang tersisa, pun dengan kekuatan dalam tubuhnya yang seolah terkuras habis. Dipeluknya makam sang ibu dengan penuh rasa rindu. Seandainya saja wanita itu masih ada bersama dengannya, pasti saat ia akan memberikan pelukan ternyaman untuk gadis kecilnya.

Awan gelap yang tadi menaungi langit, perlahan berubah menjadi butiran-butiran air yang jatuh mengenai permukaan bumi. Hujan yang awalnya hanya gerimis lambat laun berubah menjadi begitu deras. Tetapi Cherry tak berniat untuk berteduh. Justru ia membiarkan tubuhnya basah terkena air hujan. Ia masih ingin untuk bersandar pada wanita yang telah melahirkannya.

Tiba-tiba, tubuhnya tak lagi merasakan terpaan air hujan. Padahal hujan masih turun dengan sangat derasnya. Ketika membuka mata, ia mendapati sepasang sepatu berwarna hitam yang sedikit lusuh akibat terkena tanah yang basah. Pandangannya terus naik guna melihat si pemilik sepasang itu. Beberapa kali ia harus mengedipkan mata karena pandangan matanya yang buram akibat terkena air hujan.


"Cherry?"

"Aska?"


Aska ikut berjongkok guna mensejajarkan posisi tubuhnya dengan Cherry. Tangan kirinya yang terbebas dari payung kemudian terulur untuk menyentuh wajah Cherry. Menyeka air mata yang sudah berbaur dengan air hujan. Aska dapat merasakan dinginnya kulit wajah Cherry. Bibir yang biasanya berwarna merah muda pun kini berubah menjadi sedikit pucat.


"Lagi kangen sama Mama, ya?" tanya Aska dengan suara yang lembut. Cherry membalasnya dengan sebuah anggukan.

"Kok Aska bisa tahu kalau aku ada di sini?"

"Karena tujuan terakhir setiap orang adalah rumah, Cher." Cherry mengernyit bingung. Ia tak mengerti akan maksud dari ucapan Aska. "Pulang yuk. Lo bisa sakit karena terus kehujanan kayak gini."

"Tapi... aku gak mau pulang ke rumah, Aska."

"Kenapa?"

"Aku belum siap buat ketemu sama Abang."

"Ya udah. Gue gak bakal nganterin lo pulang, tapi lo tetep harus ikut sama gue."


Cherry mengangguk pelan. Aska berdiri dan memberi uluran tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Setelahnya ia menuntun Cherry menuju mobilnya. Di sana ia mengambil sebuah sepasang baju dan celana dari beberapa potong pakaian yang memang selalu ia sediakan di mobilnya. Berjaga-jaga jika suasana hatinya sedang buruk dan ingin bermalam di markas rahasianya dengan Deri.


ARCHERRY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang