P.s. this idea arose from tfatws
╰➤
December 27th, 2019
"Kalau gila tidak usah mengajak orang lain. Sewa saja siapa pun yang kau bisa sewa untuk kesana, jangan membuat kita terlibat masalah!" Hardikan Calum tak membuat pemuda itu gentar untuk terus tegap.
"But, C! Apa kita benar-benar dapat mengetahui isi hati para detektif itu?! Bagaimana jika ternyata mereka berkhianat, atau bagaimana, atau segala macam, bagaimana kalau detektif itu adalah monster--"
"Don't you dare say that!"
Runtuh pertahan Reece. Ia tertegun jua pada akhirnya saat Calum tak sengaja meninggikan suaranya. Calum nan menyadari itupun menyesal sambil menghempaskan dirinya keatas sofa. Mukanya ia usap kasar mengingat ia tak dapat mengulang waktu hingga tak perlu membentak sekeras itu pada juniornya.
"I'm sorry," Bisik Reece di beberapa saat berikutnya. Ketakutan cukup jelas tersirat di netra abunya.
"No, I'm sorry. But still, kita tidak akan pergi kesana sendirian," Tegas Calum.
"Siapa yang mengatakan sendirian?"
Calum menyerngit tak paham apalagi perubahaan suasana nan dimiliki pemuda dihadapannya. Alih-alih memberikan sebuah amplop yang mungkin berisi data seorang detektif, Reece malah memberikan berkas tahanan. Berkas nan bahkan bukan berasal dari tempat ini, melainkan penjara bawah tanah Amerika.
Kendati pun, Calum menerima dan memeriksa berkas tersebut dengan seksama. Adrenalin-nya kembali terpacu kala nama tahanan itu muncul di berkas itu.
"Namanya adalah Nicky Byrne. Dia punya akses kemana saja semaumu, dan--"
"Apa kau tak sadar, kau berusaha membebaskan seorang tahanan?"
"Oh, ayolah! Hanya ini yang kita miliki. Jika tidak, kita akan ketinggalan kesempatan untuk bepergian, C! Pikirkan, kalau kita menguak tuntas kasus ini, kita akan--"
"Apa? Masuk penjara?" Calum membuang berkas itu kembali ke atas meja. "Tak sadarkah, dengan keluar dari negara ini dinamakan pelanggaran, apalagi sampai membebaskan tahanan nan terkenal kejam semasa hidupnya."
Calum tahu itu tidak benar. Nicky masih memiliki sisi baiknya, pikirnya. Tapi ia hanya tak ingin mengambil resiko sampai sejauh ini. Apalagi sampai mengorbankan pemuda kelewat polos akan dunia, tapi paham sejarahnya.
"Memangnya kejahatan apa yang dia buat, eh? Sampai kau takut untuk membawanya?"
"Ini tidak ada urusannya dengan kejahatan apa yang dia lakukan, R!" Calum menopang kedua siku pada lututnya. "Perhatikan baik-baik! Kau akan melepaskan seorang tahanan yang di klaim berbahaya. Jika ketahuan sedikit saja, bukan hanya aku, tapi kau juga akan di hukum dan menjadi tahanan seperti orang itu. Dan, jika kita berhasil melakukannya. Tak ada kemungkinan buruk selain dia mengkhianati kita."
Keduanya hening, tenggelam bersama hiruk pikuk jalanan di luar sana. Tak ada alasan untuk mereka melanjutkan pembicaraan ini, terlebih mereka tidak lagi berfikir jernih dengan semua nan terjadi. Jika kasus ini tak dapat mereka tangani, mereka akan kedatangan seorang detektif dan Calum tahu, Reece membenci itu. Semangat Reece nan begitu berapi-api cukup membuatnya bangga, tapi semangat nan terlampau berlebihan itu tidak akan baik juga bagi diri pemuda tersebut.
"R," Reece menoleh kepada seniornya. "What did you do?"
Respon nan di dapat Calum adalah diam nan berarti ketakutannya adalah benar. Ia tidak akan menyangka pemuda ini begitu nekad, mungkin hampir sama tekadnya dengan Harry Styles saat dulu.
Calum mendesah lelah. Matanya terpejam rapat sementara punggungnya kembali ia sandarkan pada sofa. Ia tak lagi mengerti dengan jalan pikiran Reece nan sebenarnya masih dalam pelatihan. Dia bahkan tak gentar jika saja ia di cap sebagai buronan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐏𝐄𝐑 𝐑𝐈𝐎𝐓 「CONTINUED」
Acţiune✧Book 𝟐 of ❝𝐑𝐈𝐎𝐓 𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒❞ 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐀𝐍𝐀 Calum masih belum memahami masa lalu yang bahkan sudah terungkap. Atau masalah ini hanya jalan buntu yang diperparah dengan dendam dan sakit hati. ©2023 || All Right Reserved