Tidak peduli sesulit apapun langkah untuk berlari, keduanya tetap berusaha meski pelik terasa. Di belakang mereka Nicky kembali mengejar dengan pistol ditangan. Sebelah lengannya cedera setelah tertembak oleh Calum saat lelaki itu hendak melayangkan pisau kepada Nicky. Ia paham betul bagaimana pria blonde ini tak pandai berkelahi, dan ia tak ada pilihan lain selain menembaki Louis--ia tak akan membunuh pria itu meskipun dia ingin.
"Calum, right here!"
Calum sebetulnya ingin protes bagaimana pria itu seenaknya memanggil nama depannya dengan lantang. Tapi tak ada gunanya berdebat saat kondisi genting begini. Keduanya terduduk saat langkah mereka tak lagi pasti akibat tembakan nan terus di layangkan Louis dan pasukan.
"Dimana, Reece?" Tanya Nicky sambil mengatur napasnya nan masih terengah-engah.
"Entahlah, earpiece nya bahkan tidak tersambung. Aku takut dia melakukan hal yang gegabah!"
"Shit! Kita harus mencarinya!"
Dengan segera mereka kembali berlari menyusuri lorong-lorong tak tentu arah ini. Sialnya ia bertemu dengan salah satu wanita bersenjata lainnya. Keduanya terdiam tak dapat berkutik dari tempat. Wanita itu cukup senang dengan mangsa di depan mata. Tak butuh waktu lagi untuk menarik pelatuk tersebut tepat pada kepala keduanya.
Alih-alih demikian, ia malah menyelamatkan keduanya.
Wanita itu tampak masih muda, mungkin sepantaran Reece atau lebih--mereka tidak dapat menebaknya. Rambut birunya nan kontras dan pembawaannya nan tegas baru saja menembaki dua orang anak buah Louis Tomlinson nan berada di belakang mereka.
"Name's Kay. Bantuan di bawah, begitupula Reece! C'mere!" Ajaknya namun tak diindahkan oleh kedua pria di depan mata. Cukup cepat untuk menjadi sebuah kenyataan, tapi cukup lambat kala Louis dan pasukan kembali meluncurkan peluru-peluru mereka.
"Shit! Lead us!" Nicky memberi titah kala tak ada pilihan lain. Di sampingnya, Calum berusaha memberi celah dengan melakukan hal yang sama pada musuh--menembaki mereka agar sedikit mengurangi beban.
Hampir mencapai pintu keluar, di depan sana, juga berdiri beberapa pasukan Louis. Membuat semuanya menjadi tak terkendali dan berusaha memutar otak untuk melakukan apa nan sekiranya bisa dilakukan.
"This way!" Nicky mendorong mereka masuk kedalam sebuah ruangan. Segera mengunci pintu dan menghalanginya dengan salah satu meja nan ada di dalam sana, ketiganya mencoba memutar otak untuk melakukan sesuatu dengan tangan kosong--mengingat peluru nan di pakai Calum tidak akan lagi cukup untuk semua pasukan di luar sana.
Pintu mulai berusaha di dobrak paksa, menciptakan suara bising memekakkan telinga. Dari dalam ketiganya tampak bingung harus bagaimana, terlebih yang mereka miliki hanyalah jalan buntu berdinding kaca.
"Any idea?" Tanya wanita bernama Kay memastikan.
Nicky tampak fokus pada kaca dihadapannya pun mengangguk. "maybe,"
Dengan begitu kaca tersebut di pecahkan dengan mudah menggunakan tabung oksigen yang tergeletak rapi di sudut ruangan. Jarak yang membentang dari lantai itu hingga ketanah tidaklah dapat dikatakan singkat. Butuh waktu untuk tabung itu akhirnya dapat menyentuh permukaan air kolam dibawah sana. Ketiganya memandang kebawah dengan perasaan gundah. Terbesit pada diri mereka ini adalah ide buruk, tapi lebih buruk lagi jika mereka hanya melarikan diri dan bersiap melawan pasukan di luar sana nan pastinya lebih banyak dari jumlah mereka yang sekarang.
"Baik, pasti bisa! Kita hanya perlu jarak lari kebawah." ucap Nicky meyakinkan. Meski demikian, ia sendiri sejujurnya tidak yakin akan hal ini. Ia tak ingin mati konyol setelah semua yang di lalui.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐔𝐏𝐄𝐑 𝐑𝐈𝐎𝐓 「CONTINUED」
Ação✧Book 𝟐 of ❝𝐑𝐈𝐎𝐓 𝐒𝐄𝐑𝐈𝐄𝐒❞ 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐀𝐍𝐀 Calum masih belum memahami masa lalu yang bahkan sudah terungkap. Atau masalah ini hanya jalan buntu yang diperparah dengan dendam dan sakit hati. ©2023 || All Right Reserved