13 || feud

11 4 19
                                    

January 14th, 2020

Angin darat semakin gencar menghapus awan nan bergandengan, membuat hari semakin cerah lebih cepat dari biasanya. Pergantian musim terus mengiring serentak dengan angin nan menghalau awan untuk pergi.

Di tengah-tengah hari nan semakin siang semakin terik, Calum tengah mengobrak-abrik mesin mobil Nicky berusaha untuk membuat rencana pas agar semakin nyaman di gunakan. Di sebelahnya Reece nan tak paham akan mesin-mesin ini pun hanya menggaruk tengkuknya nan tak gatal sembari terus menatap jari-jari pria itu nan bermain ria diatas besi-besi tersebut.

"Hei, sebaiknya aku harus kembali, aku harus memberi kabar kepada mereka bahwa aku lolos." Suara itu membuyarkan mereka sehingga keduanya segera menoleh pada Liam nan masih di penuhi beberapa luka lebam di wajah dan juga di beberapa bagian lainnya. Pakaian Calum nan cukup di tubuhnya ia balut dengan sweater hangat kepunyaan Mark nan sejak awal ia pakai sebelum penculikan dirinya.

"Are you sure? Kau masih terlihat kurang sehat, letnan. Apa tidak sebaiknya kau beristirahat sehari lagi? Aku akan menelepon Mark jika kau mau," Ucap Calum. Liam nan mendengarnya memang sudah cukup ragu sejak awal untuk menyangkal kondisi tubuhnya, hanya saja ia tidak bisa berbuat apapun jika berada di safe house ini jika pemiliknya akan bermalam dengan misi. Rasanya sedikit aneh berada di tempat orang sementara tuan rumah enggan menempatinya.

"Tidak, aku baik-baik saja. Terima kasih untuk semuanya, Calum." Tolaknya ramah sebelum membawa diri menuju mobil semalam nan ia bawa berkendara lepas.

"Apa perlu ku antar, sir? Aku bisa melakukannya!" Kali ini Reece bersuara, menyarankan diri untuk mengantarkan Liam pulang.

"I'm sorry, what's your name again?"

"Reece, sir."

"Ah, Reece! Kau junior Calum, kau cukup mengingatkanku pada seseorang." Liam tersenyum mengingat pertemuan kali pertama mereka di sana. Suasananya cukup sama, pun saran pria di depan mata. Bagaimana pun, sejahat apapun kawannya di cap, ia tahu Niall pasti memiliki niat tersendiri melakukan ini.

Liam adalah orang yang pertama terpukul mendengar berita Niall nan ternyata tak bisa di percaya, Niall nan ternyata adalah satu dari buronan tak terlihat. Julukannya pun bukan main-main, dan itu berhasil membuat Liam merasa kalau keadilan salah menuntutnya. Tapi semakin ia menyangkal, semakin jelas semua bukti nan ada. Membuatnya berusaha menerima kenyataan meski sakit masih terasa di dada.

"So, sir. Bagaimana?"

"Ah, terima kasih atas niat baikmu, opsir Reece. Tapi serius, aku bisa melakukannya sendiri. Dan bukankah kau ada misi sekarang? Kalian harus menyelesaikannya segera, karena lebih cepat akan lebih baik." Dengan begitu Liam segera berpamitan pulang, sementara kedua pria itu masih terdiam di tempatnya. Keduanya saling lempar pandang, seolah tengah berbicara melalui mata mereka.

"R, sebaiknya kita harus cepat!"

━━━🍂━━━

11.78 p.m

Derap langkah berusaha di jaga, sementara netra bergerak leluasa. Keduanya tak memikirkan rencana baik untuk menyelinap sehingga keduanya hanya memikirkan konsep untuk bergerak menuju medan area. Setiap kali mendengar derap langkah dari suatu arah, mereka berusaha sebisa mungkin untuk menyembunyikan diri di lain arah.

"Kau sudah tahu peranmu, bukan?" Bisiknya sembari terus mengawasi sekitar barang takut tertimpa masalah.

"Yes, C."

"Good, off you go!"

Segera saja lelaki British itu berlari menuju ruang kendali dimana terdapat dua penjaga di depan pintu area. Memakai sebuah masker nan tahan akan bau-bauan, segera ia melempar lambatkan sebuah gas itu kepada para penjaga. Tak butuh hitungan menit, kedua penjaga itu terkapar di tempatnya untuk waktu yang lama. Membuat Reece dengan segera mengambil kesempatan ini untuk dapat memasuki ruangan yang penuh akan kabel-kabel, dan teknologi lainnya.

𝐒𝐔𝐏𝐄𝐑 𝐑𝐈𝐎𝐓 「CONTINUED」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang