Chapter 19: Solusi (?)

103 8 7
                                    

--------------------------------------------------------------------------
Writer Notes: Di mulai dari Chapter ini dan seterusnya, Melody Rating nya jadi Dewasa ya :'D
Author tidak bertanggung jawab untuk bacaan belum pantas bagi kamu yang masih di bawah umur :'D
---------------------------------------------------------------------------




Senin.

Hari yang sering tidak disukai.

Yah. Nggak dapat dipungkiri hari ini membawa aura yang membuat siapapun jadi nggak bersemangat.

Meskipun sebenarnya nggak ada femonema khusus yang terjadi pada hari senin.

Dia sial saja ditaruh setelah hari minggu oleh pembuat kalender.

Jadi jangan benci hari senin. Benci lah pembuat kalender.

Memakai seragam putih abu-abu dengan atribut lengkap, aku melangkah menuju ruang tempat belajar sambil menikmati hirupan udara pagi yang segar. Cuaca yang sedang mendung membuat suhu udara terasa lebih dingin dari biasanya.

Tiba di kelas, kakiku berhenti selama tiga detik karena melihat kursi di sudut kanan ruangan yang kosong beberapa hari lalu kini ada siswi yang menempati.

Dan tentunya dia masih orang yang sama. Siswi rambut pendek dengan syal hitam di lehernya.

Sedikit rasa lega hinggap di dadaku. Aku pun melanjutkan langkah.

"Pagi, Alan!"

"Pagi, Fenny. Gimana kabar kamu?"

"Baik. Kamu perhatian banget hari ini. Apa ada hal bagus yang kamu alami saat aku nggak ada?"

"Hal bagus ya?"

Yang kuingat cuma kesalahpahaman Aldi terhadapku yang membuat kami bertengkar hebat.

"Kayaknya nggak ada. Nggak apa-apa kali sesekali aku nanya kabar kamu."

Aku berjalan melewati Fenny lalu hinggap di tempat dudukku yang ada tepat di belakang bangku Fenny.

"Alan. Apa matematika kemarin ada PR?"

Fenny sedikit menggeser kursinya ke samping.

"Hmm... ada nggak ya? Aku lupa."

Aku membuka resleting tas yang baru aku taruh di meja hendak melihat buku matematika.

"Ada materi penting yang aku lewatin nggak?"

"Materi? Kemarin belajar apa ya? Aku lupa."

"Huft. Kamu itu ya. Ini lupa. Itu lupa. Sama PR lupa. Sama materi lupa. Sama aku juga lupa."

"Yang terakhir itu beda cerita ya!"

"Aku jadi kasihan sama materi-materi itu. Mudah sekali terlupakan. Oh materi yang malang."

"Harusnya kamu kasihan sama aku yang susah ingat materi! Nilaiku jelek gara-gara itu...!!"

"Benar juga ya. Gimana kalo kita bikin kantong peduli Alan. Nanti orang biar sumbang materi ke kantong itu."

"Nggak usah. Aku punya nama baik buat dijaga."

"K---kamu punya nama baik...??!"

"...."

Yaampun. Nggak ada yang berubah dari cewek ini. Masih tetap menyebalkan

***

Memakan roti sendiri di kantin sudah jadi keseharianku saat jam istirahat sekolah dari beberapa hari kemarin. Lama-lama aku mulai terbiasa meskipun dalam hati belum dapat menerima kenyataan yang terjadi.

My Love Story Isn't Romance Tragedy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang