Chapter 01: Impian Bodoh

2.8K 103 175
                                    


"Alan Naufal!"

Samar-samar terdengar suara seorang wanita yang memanggil namaku. Namun aku merasa itu cuma perasaan saja.

"Alan Naufal...!!!"

Suara itu semakin jelas. Ternyata aku dipanggil oleh guru yang ada di depan.

Sontak aku berdiri.

"I-iya. Ada apa, Bu?"

"Apa impian kamu, Alan?"

"Hah? Impian??? Kok tiba-tiba bahas itu?"

"Alan...! Dari tadi Ibu jelasin panjang lebar, kamu nggak dengerin!? Beberapa temen kamu udah jawab pertanyaaan saya. Kamu kemana aja!?"

Semua murid tiba-tiba tertawa keras, semuanya, kecuali aku.

Gawat.

Dari tadi aku malah fokus ngeliatin pengajarnya, bukan ngedengerin apa yang diajar.

Habis pengajarnya lebih menarik untuk diperhatikan.

Aku sedang ada di pelajaran BK (Bimbingan Konseling). Pengajarnya biasa dipanggil Bu Siska. Cantik, masih muda, tapi auranya dewasa. Berambut hitam panjang lalu memakai kacamata.

Benar-benar tipe wanita idamanku.

Wajahnya nampak kesal. Namun apapun ekspresinya, tetap terlihat menawan.

Ia melangkah menciptakan suara tak tuk tak tuk dari sepatunyayang berhak.

Semakin ia dekat, suara ketukan itu semakin jelas terdengar.

Jantungku juga semakin cepat berdetak.

Bu Siska berdiri tepat di samping mejaku.

Ini bikin aku grogi berat.

Kata keren apa yang harus kukatakan?

Belum sempat berpikir, kepalaku sudah ditiban gulungan buku.

"Alan. Jangan ngelamun terus! Perhatikan Ibu ya!"

"I-iya. Maaf, Bu."

Ramai murid tertawa lagi.

Di akhir pelajaran, Bu Siska memberi tugas.

Dia bilang ini adalah tugas penting untuk nilai Ulangan Tengah Semester nanti karena pelajaran BK tidak diujikan.

Tugas ini berisi dua pertanyaan.

1. Apa impian kamu?

2. Rencana apa yang sudah kamu buat untuk meraihnya?

Soal yang sederhana.

Nggak ada simbol dan angka yang bikin pusing kepala.

Tapi jawaban dari soal nomor satu saja nggak sedikit pun terbayang di kepalaku.

Jangankan punya, aku baru sadar setengah jam lalu kalau kata 'Impian' ada di dalam kamus Bahasa Indonesia.

Untungnya tugas ini jadi PR untuk minggu depan.

"Mau sampe kapan kamu masang muka cabul begitu, Alan? Bikin malu aja."

Siswi yang duduk di depanku bertanya sinis. Nampaknya ia membicarakan mukaku ketika memperhatikan Bu Siska tadi.

"Hah? M-mukaku biasa aja kok."

"Ya, aku ngerti kalo biasanya muka kamu emang cabul. Tapi yang tadi itu 10x lebih cabul dari biasanya."

"Ah. Stop bahas tentang mukaku! Kamu mau isi apa di soal ini, Fenny?"

Aku menunjuk soal nomor satu di buku punyaku.

My Love Story Isn't Romance Tragedy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang