"Roger itu kamu, Alan."
Sebuah cerita yang tidak hadir dalam ingatanku.
Perasaan aneh tiba-tiba muncul.
Perasaan tidak nyaman. Seperti ada lubang di dalam dada.
Entah kenapa perasaan ini selalu muncul setiap aku mendengar kepingan cerita yang hilang dari ingatanku.
Aku berusaha menggali, menggali sedalam mungkin memori di kepala. Tapi tidak ada yang kutemukan.
Tidak ada kenangan mirip seperti yang Fenny ceritakan.
Lubang di dada ini terasa melebar sampai membuat tanganku memeganginya, mencoba untuk menutup.
Ingatlah saat itu.
Ingatlah saat ini.
Ingat lah saat kamu melakukan ini dan melakukan itu.
Sama seperti waktu dulu adik dan ibuku membantu aku mengembalikan ingatan yang hilang.
Mereka menceritakan banyak hal. Menatapku dengan wajah penuh harap. Tapi harapan mereka nggak bisa kujawab.
Rasa bersalah mulai menyerangku.
Aku nggak suka perasaan ini. Aku ingin mengusirnya.
Pergi.
Pergilah jauh.
Aku menatap Fenny. Melihat mata karamel yang menatap lembut seakan berharap sesuatu dariku.
Jangan melihatku dengan pandangan seperti itu, Fenny. Mungkin di matamu aku ini Roger yang hebat seperti dalam ingatanmu. Tapi dalam ingatanku, aku hanya seorang Alan Naufal yang banyak remidi di tiap ujian.
"Maaf, Fenny. Aku nggak bisa ingat apapun."
"Yah. Mau bagaimana lagi... Kamu amnesia."
"Tapi..."
Mendadak aku memeluk Fenny.
"Makasih karena kamu selalu ingat aku, Fenny."
Fenny menjawab pelukanku dengan dekapan erat.
Maaf, Aldi. Ini semata-mata kulakukan demi mengusir perasaan nggak enak di dalam diriku.
Sensasi hangat dari tubuhnya memberi aku sedikit rasa tenang.
"Jahatt... hiks.. kamu benar-benar jahat... hiks... Alan. Huaaaaaa...... kenapa kamu ngelupain aku... hiks..."
"..."
Aku nggak bisa berkata apapun disini.
"Apa kamu tau... selama ini aku berjuang... hiks... berjuang sangat keras. Hiks... buat bisa bertahan hidup... buat bisa ketemu kamu lagi... Aku selalu ingat kamu!"
"..."
"Tapi ketika kita ketemu lagi... setelah sekian lama aku berjuang. Hiks... kamu nggak ingat sama aku... hiks... kamu bahkan berkata jahat sama aku... apa kamu tau betapa sakitnya perasaan aku saat itu... hiks..."
"Ketika kita ketemu lagi...??"
Kucoba menggali ingatan yang ada.
Saat aku pertama ketemu dengan Fenny.
Ah. Di masa MOS SMP.
Waktu itu aku mengenakan topi dari besek merah yang diikat tali rafia, kaos kaki hitam di kaki kanan, putih di kaki kiri. Juga kalung dengan gantungan yang bisa dimakan. Aku lagi duduk sendiri di teras mushola.
Lalu ada seorang siswi yang mengenakan atribut aneh serupa, berdiri menatapku dengan senyum lebar.
"Hai, Penjahat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Story Isn't Romance Tragedy!
Teen FictionKisah seorang pemuda bernama Alan Naufal yang tidak pernah mendapat keberuntungan dalam hal percintaan. Sebenarnya Alan tidak ingin terlibat dalam percintaan. Karena ia tau, tidak pernah ada kebahagiaan yang bisa didapatkan dari situ. Dan ia percaya...