Chapter 13: Kesialan

176 23 34
                                    


Pagi hari yang cerah. Meski pagi terang begini nggak menjamin sorenya akan terang juga. Cuaca lagi nggak jelas. Jadi untuk berjaga-jaga, aku membawa jas hujan plastik di dalam tas.

Fenny absen dari kelas hari ini. Katanya izin sakit. Tapi tebakanku bukan dia yang sakit. Fenny pasti mau menjaga adiknya yang sakit di rumah.

Hari ini begitu damai sampai aku hampir tertidur di pelajaran Biologi.

Jam istirahat tiba, di jam ini seperti biasa aku duduk di kantin untuk menikmati sepotong roti nikmat untuk menenangkan cacing-cacing yang sering melakukan aksi demonstrasi di perut.

"Kamu nggak ada bosen-bosennya ya makan roti itu," ucap seorang siswa yang langsung duduk di depanku sambil menaruh makanannya di meja. Tentu saja siswa itu adalah sahabatku, Aldi.

"Yah. Ini pilihan terbaik karena murah dan berserat."

"Fenny nggak ke kantin lagi?" tanya Aldi.

"Bukan nggak ke kantin tapi emang nggak masuk. Di absen katanya sih sakit."

"Kemarin adiknya, sekarang Fenny-nya juga ikut sakit?!"

"Hmm... nggak kayaknya. Kemarin kan Fenny bilang kepikiran adiknya terus, belajar juga banyak bengong dia. Daripada sekolah nggak fokus mending di rumah aja kan."

"Kok tebakan kamu masuk akal sih, Alan?"

"Sialan. Maksud kamu tebakanku biasanya nggak masuk akal?"

"Hahaha. Aku nggak nyangka aja kamu bisa bikin tebakan cerdas."

"Aku kadang-kadang juga pinter tau! Meskipun cuma kadang-kadang tapi kan lumayan ada pinternya sekali-kali."

"Hahaha. Iya iya mantap deh."

Hari ini cuaca terang benderang sampai aku pulang sekolah. Langit berwarna putih cerah, tak terlihat tanda-tanda awan gelap akan datang.

"Sialan ya. Giliran aku bawa jas hujan, cuaca malah terang."

Aku berdumal seraya jalan bersama Aldi menuju parkiran sekolah.

"Hahaha. Kamu bawa jas hujan setiap hari aja, Alan. Biar kita pulangnya aman."

"Masa cuaca tergantung aku. Ada dendam apa langit ama aku."

Sampai di parkiran. Aldi berdiam diri memegangi helm yg harusnya diberikan padaku.

"Eh, Alan," kata Aldi.

"Apa?"

"Kita jenguk Fenny yuk."

"Hah? Kamu sebegitu khawatirnya ama Fenny sampe dia izin sakit sehari aja langsung kamu jenguk?"

"Bukan gitu. Aku merasa perlu jenguk dia aja. Adiknya kan sakitnya udah lama. Kalo adiknya kenapa-napa gimana?"

"Yaa. Bener juga sih. Tapi yaa--- kamu sendiri aja kayaknya nggak apa-apa deh, Ald."

"Sama kamu lah, temenin aku."

"Aku... err... ada urusan di rumah."

"Mau mandiin kucing?" Aldi menebak.

"Anjir. Kok alasan aku ketauan sih."

"Kamu kalo ngarang alasan nggak pernah jauh-jauh dari mandiin kucing, Alan."

"Yaudah deh iya, aku ikut. Tapi ntar pulangnya anterin aku sampe rumah ya," aku membuat kesepakatan.

"Iyaa. Spesial ntar aku anter sampe rumah."

"Oke deh kalo begitu."

Jujur aku grogi kalo ke rumah Fenny. Karena disana aku pernah berbuat dosa sama dia yang mana nggak diketahui oleh Aldi. Tapi yah mau gimana lagi. Aku nggak punya alasan buat menolak juga.

My Love Story Isn't Romance Tragedy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang