-08. Gus-nya Hanum?

2.3K 286 41
                                    

(Gus Alif🖤)


[08]

Tadi malam, Hanum mendapat telpon dari seorang Rayna Eliza yang meminta ditemani menghadiri sebuah kajian. Maka dari itu---pagi ini---dengan abaya hitam serta jilbab dan cadar berwarna senada, Hanum sudah memakirkan mobilnya di depan sebuah masjid tempat kajian berlangsung.

Ah, perihal cadar, Hanum sengaja mengenakannya sebab Eliza yang meminta. Katanya, Ethan menyuruh istrinya tersebut untuk belajar menutup wajah seluruhnya---terkecuali mata, jadilah Eliza meminta Hanum melakukan hal yang sama. Beruntung Hanum memiliki dua set jilbab lengkap dengan cadarnya, pemberian dari Ning Alisha beberapa waktu lalu.

Selesai merapihkan penampilan, Hanum keluar dari mobil yang mana ia sudah menemukan keberadaan sahabatnya di dekat pintu masuk. Terlihat Eliza langsung berseru heboh sesaat setelah menangkap kedatangannya.

"Bisa santai gak? Kasian ponakan gue tersiksa di dalem perut lo." Hanum meringis, berusaha mengingatkan Eliza bahwa perempuan itu tengah hamil muda saat ini.

Ethan yang berdiri di samping istrinya tersebut menghela napas panjang, seolah menunjukan bahwa dia juga cukup kewalahan dengan tingkah Eliza. "Hanum, saya titip Eliza. Minta tolong anterin dia pulang juga, saya ada urusan pekerjaan, jadi gak bisa jemput."

Hanum mengangguk seraya mengacungkan kedua jempolnya. "Dua bayi Mas Ethan saya jagain kok," katanya dengan cengiran lebar.

Setelah dirasa Eliza akan aman sepeninggalannya, Ethan pun berpamitan. Hanum hanya bisa gigit jari melihat bagaimana Ethan memperlakukan Eliza sebegitu lembutnya.

Terlepas dari masa remaja Eliza yang gak jauh beda bandelnya kayak gue, tapi Eliza orang baik. Dia pantes ..., pantes banget malah dapetin suami kayak Mas Ethan.

Tapi, gue?

Hanum tersenyum miris. Bahkan, memikirkan kata maaf yang dengan mudah diterima oleh orang-orang yang sudah ia sakiti saja, Hanum merasa dirinya tidak pantas.

Ingat, Hanum! Sekarang cukup fokus memperbaiki diri, memperbaiki hubungan lo sama Allah Ta'alaa.

Sebuah pengalihan yang selalu berusaha Hanum lakukan. Ketika dia merasa minder dan tidak berhak mendapatkan pasangan yang baik seperti apa yang dirasakan Eliza, Hanum selalu menenangkan dirinya dengan berkata, bahwa dia cukup fokus kepada tujuannya mengejar cinta Allah Ta'alaa. Hanum tidak ingin terjebak kepada harapan, yang dia sendiri tahu bahwa ia tidak pantas untuk itu.

"Heh!" senggolan Eliza di lengannya menarik Hanum dari lamunan. "Ngelamunin apa, sih? Suami gue pamit dari tadi gak lo sahutin."

Hanum tersadar, kemudian matanya terlihat menyipit, menandakan bahwa di balik cadar, gadis itu tengah tersenyum. "Hati-hati di jalan, Mas Ethan."

Ethan mengangguk, mengucap salam, lalu berlalu menuju mobilnya.

"Ya udah, ayo masuk!" ajak Hanum tat kala mobil Ethan sudah melaju meninggalkan area masjid.

"Bentar, ih! Gue masih nungguin temen dulu."

"Temen? Siapa?"

Belum sempat Eliza menjawab, sebuah panggilan membuat perempuan ber-setelah serba hitam juga itu membalikan tubuhnya.

"Geisha!" sapa Eliza riang, kemudian memeluk sosok asing yang tidak Hanum kenali. Ah, tapi sepertinya tidak seasing itu. Hanum seperti ..., pernah melihatnya, tapi entah kapan dan dimana.

"Hanum, lo masih inget dia 'kan?" tanya Eliza setelah ia lepas dari pelukan. "Dia Geisha, dulu waktu kelas sepuluh dia sempet join sama kita," jelasnya sebab Hanum mengerutkan dahi pertanda ia bingung.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang