BAB 30

2.9K 252 69
                                    

Note: °Baca bab ini dengan lagu Tujuh Belas -Tulus. Bacanya pelan-pelan dan nikmati ceritanya.
°Mungkin di part ini ada unsur dewasa, harap bijak dalam membaca !

 °Mungkin di part ini ada unsur dewasa, harap bijak dalam membaca !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rin! Jangan lari!"

"Kejar kalau bisa!"

Rin berlari-lari menjauh dari (Name), (Name) di belakang mengejar Rin. Matahari yang hampir terbenam menemani mereka. Yeah, mereka bernostalgia berlarian ke arah sungai. Membalik suasana mengejar satu sama lain, tetapi tetap pada masanya kejaran itu adalah salah satu keindahan percintaan mereka.

"Rin! Tunggu!"

"Kejar aku!"

Rin tertawa kecil dan (Name) berlarian mengejar Rin sambil tersenyum. Tawa mereka sungguh menggemaskan di sawah. Seperti pasutri baru nikah.

Berlarian di sawah dan menuju ke sungai. Rin berlarian dan kadang-kadang hampir terpeleset.

Rok (Name) tersibak oleh angin sore. Wajahnya tampak seperti Dejavu. Ia pernah mengejar Rin seperti ini saat janjian bertemu di sungai.

Tapi ini keadaannya beda.

"Ayolah! Segitu saja-"

Bugh!

"Aku dapat ! Giliranmu Tuan Muda"

Rin terjatuh dan terkena rumput-rumput liar. Mereka sudah melewati sawah yang panjang. Sekarang, (Name) berlarian dan menuju ke daerah ladang.

"Sialan, aku mengejarmu!"

Kaki Rin dan kaki (Name) sama-sama terkena lumpur. (Name) berlarian dan rambutnya tersibak angin kencang. Rok nya juga , membuat Rin dibelakang sedikit terpesona.

Memang (Name) punya kecantikan sendiri, tetapi ditutupi oleh kemiskinan dan musibah yang di dapatkan. (Name) sesekali melirik kebelakang dan terus berlari.

Itu mustahil, Rin mantan anggota klub sepakbola dan berhasil menangkap (Name) dari belakang.

Aduhai semesta, beginikah jalan kisah mereka? Dimana senyuman manis mereka saat pertama kali bertemu?

"Tangkap! Penjahatnya sudah kena!" ucap Rin

"Ih! Curang kamunya cepat lari"

Matahari hampir terbenam dan membuat cahaya senja yang memang seindah itu. Bulan dan bintang yang sedang mengantri untuk menghiasi langit menunggu kisah Rin dan (Name) di ladang.

"Jangan di ladang, ayo ke sungai! Disana pasti sepi jam segini!" ajak (Name)

(Name) berlari sambil menggandeng tangan Rin. Nafasnya tersengal-sengal karena berlarian. Rin yang melihat itu langsung menyepak kaki (Name) dan tangannya menggendong tubuh (Name).

"Eh?! Turunin!"

"Jangan, aku kasihan. Biar aku aja"

Rin berlarian sambil menggendong tubuh (Name). (Name) melingkari tangannya di leher Rin. Kepalanya bersender di bahu Rin.

𝐏𝐄𝐑𝐓𝐄𝐌𝐔𝐀𝐍 𝐊𝐈𝐓𝐀 : Rin Itoshi✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang