⚔️Chap 21⚔️

113 8 0
                                    

Yuk vote dulu biar gak lupa🥰

"AAAAAAAAAAKKKK, cape~"

Keluh Khalif dengan berteriak. Rambutnya sudah acak-acakan tak tentu arah, kemeja yang tadinya membungkus badanya dengan rapih kini sudah kusut dengan dasi yang telah terlepas, tak lupa dua kancing teratas kemeja pun terlepas.

"Tuan muda, dari pada mengeluh, sebaiknya anda cepat menyelesaikan saja. Ini hari terakhir anda loh~ ayo yang semangat!" Jef, tangan Kiri Alexa, mencoba memberikan semangat pada Khalif yang sudah seperti mayat hidup.

"Gak bisa Jef, aku cape, aku perlu cas energi~" Bantah Khalif. Jef hanya menghela napasnya sabar. Sudah lima belas hari ini Khalif menjalani simulasi menjadi CEO di kantor Alexa. Semua itu tak luput dari ide konyol kakak keduanya itu, Khalif pikir ini hanya simulasi biasa tapi nyatanya? Tidak semudah itu bestie~

Alexa pergi meninggalkannya begitu saja menuju negara Hangul, katanya dia harus mengawasi proyek yang sedang berjalan, paling tidak setengah bulan. Mia jelas harus ikut dengan Alexa dan di kantor pusat pastinya Jef telah siap meng-handle semua pekerjaan.

Namun tiba-tiba Alexa memerintahkan Khalif untuk simulasi jadi CEO dan Khalif yang termakan oleh bujuk rayu Alexa pun kepincut dengan mudahnya.

Bahkan dia harus membagi waktunya antara sekolah dan menjalani simulasi ini, dia saja sampai tidak bisa menghubungi Aya karena kesibukannya ini. Padahal dia sudah rindu, dia ingin cas energi sekarang!

Menatap berkas-berkas yang menumpuk sampai menggunung, Khalif jadi memikirkan rasa lelah orang tuanya beserta kakak-kakaknya. Daddy juga punya tanggung jawab besar di usahanya, begitupun mommy. Lalu kakaknya yang selalu sibuk kesana kemari untuk menghasilkan cuan. Dan dia? Hanya bisa mengharapkan sesuatu dari mereka ber-empat, apa yang harus dia lakukan? Apa yang harus dia kejar agar keluarganya bangga terhadap nya. Apakah dia bisa dan mampu untuk melampaui kakak-kakaknya? Bahkan mereka berdua sangat ingin dirinya lebih hebat. Apa yang harus dia lakukan?

Mungkin dengan tidak membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna adalah langkah awal? Baiklah dia akan berusaha semaksimal mungkin!

Khalif kembali pada fokusnya, hingga tak terasa waktu menjelang sore pun tiba. Dengan badan yang kaku karena duduk dalam waktu yang lama, membuat Khalif merasa pegal seluruh badan.

"Jef, aku sudah selesai." Ujarnya, dan langsung membereskan barang-barangnya. Dia ingin segera rebahan di ranjang empuknya itu.

"Baik tuan muda, terimakasih atas kerjasamanya~" Jef berkata dengan senyum tulusnya, dia bisa melihat bagaimana Khalif sangat berusaha selama lima belas hari ini. Secepatnya dia akan melaporkan pada Alexa.

*****

"Nona, kenapa jadi nonton konser?" Tanya Mia terheran-heran. Dia sih oke oke saja selagi gak mengeluarkan duit.

"Gabut, aku perlu lihat yang tampan-tampan~" Jawab Alexa dengan wajah datar, wajah yang tidak menggambarkan keseriusan dalam ucapannya.

Mia hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Teriakan para fans untuk menyemangati para suami halu mereka pun terdengar keras. Masing-masing menyebutkan nama-nama idola mereka. Akhirnya Mia pun terbawa suasana dan berteriak heboh mengikuti arus kebisingan itu.

Hanya Alexa yang masih setia menutup rapat mulutnya, namun matanya menatap serius pada salah satu idol di sana.

"I got you" Batinnya dengan smirk.

Setelah sekian lama akhirnya penampilan dari tujuh pria tampan itu pun selesai, Alexa dengan langkah lebarnya meninggalkan kursi VVIP nya. Mia harus berlari untuk menyamakan langkah mereka.

"Nona, sekarang kita akan ke mana?" Tanya Mia dengan langkah cepatnya.

"Pulang." Jawab Alexa tegas. Mia hanya mengangguk dan melangkah patuh mengikuti Alexa.

*****


Di sisi lain, ada Novita yang sedang menyelinap masuk ke dalam markas musuhnya. Hari ini adalah penentuan antara dia yang mati atau musuhnya?

Smirk pun terukir jelas di bibir Novita kala melihat lelaki yang sedang memunggunginya. Melihat postur tubuh itu membuat Novita ingin tertawa saja, pria yang di duga adalah musuh Novita itu sedang memasang wajah was-was dengan badan yang siap namun juga tak siap?

Brak!

Novita dengan sengaja melempar pot yang ada di samping kakinya. Pria itu dengan segera menoleh ke asal suara dengan posisi siap menyerang. Hampir saja Novita terbahak saat melihat wajah jelek musuh nya itu.

"Keluar kau pengecut!" Teriak pria itu dengan wajah mengeras. Dia merasa seperti di permainkan, ya walaupun sebenarnya memang iya.

Tak segan ia menarik pelatuknya sehingga timah panas itu melesat tak tentu arah.

"Cih! Amatir!" Dumal Novita tak puas saat melihat pria itu menembak asal-asalan. Wajar sebenarnya, karena pria ini baru saja bergabung di dunia gelap, namun sayangnya dia dengan wajah angkuh menantang Novita yang di gadang-gadang queen mafianya Abjad.

Dor!

Novita melesatkan timah panasnya tepat ke arah lutut pria itu, setelahnya dia keluar dari persembunyian dengan meniup pistolnya. Pesonanya yang satu ini tak bisa di tahan, bahkan pria itu dengan tak tau diri memuji Novita di dalam hatinya.

"Sudah?" Tanya Novita dengan nada seperti mengajak anak kecil berbicara.

Dengan wajah bodoh pria itu mengangguk, lantas setelah tersadar dia menggeleng dan kembali memasang wajah sok sangar.

"Cih! Sebutan queen Mafia untuk mu itu sangat tidak cocok, kau cocoknya di sebut nenek lampir!" Maki pria itu. Gak sadar dia tadi memuji Novita di dalam hatinya, dasar pria munafik!

"Baiklah terimakasih untuk pujiannya, sekarang aku akan mengirim mu ke alam baka." Novita berujar dengan wajah datarnya dan aura dingin. Pria itu sebenarnya sudah ketar ketir, tapi dia gak mau mengakui kalo dia takut.

Dengan langkah pelan Novita mendekat dan secepat kilat dia menendang kepala pria itu. Dia terus menendang entah itu kepala, badan, kaki hingga darah segar terlihat di beberapa tempat terutama kelapa.

Masih dengan tatapan datar, Novita dengan tak berperasaan menarik kulit kepala pria itu yang terkelupas akibat tendangannya yang tak main-main.

Teriakan kesakitan bagaikan alunan melodi yang indah di telinga Novita. Perlawanan pria itu bagaikan pelengkap dalam melodinya, Novita merasa sedang di panggung jadinya.

"Sesuai ucapanku, aku akan mengirim mu ke alam baka. Ucapkan selamat tinggal honey~"

Setelahnya, pria itu menutup mata karena tembakan yang langsung bersarang cantik di kepalanya. Namun sebelum itu dia bisa melihat jelas senyum cantik Novita padanya, entah harus bersyukur atau tidak setelah melihat senyum itu.

Novita kembali meniup pistolnya, dengan elegan dia kembali menendang kepala pria itu.

"Bedebah sialan, buang-buang waktu saja." Maki Novita dan pergi meninggalkan markas yang sudah di penuhi mayat itu.

Anak buahnya langsung mengawal Novita saat melihat nya keluar, dengan ketat mereka menjaga Novita, sang queen Mafia mereka.

*****

Tinjuan brutal terus menghantam pria berbadan besar itu. Bahkan pria itu sama sekali tidak bisa membalas karena telah kehabisan banyak tenaga, sedangkan gadis yang ada di depannya ini seperti monster kecil yang sangat berbahaya.

"Hah~" Helaan nafas itu keluar dari bibir ranum yang terlihat manis. Tak lama, smirk terukir jelas di bibir nya.

"Sekarang aku ingin membunuh seseorang~" Ujarnya sembari mengeluarkan pisau lipatnya.

Selanjutnya pria itu hanya pasrah jika harus secepatnya bertemu Tuhan.

*****

Jangan lupa vomen tshayyy😗

3 BROTHERS (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang