KG. 7

741 56 7
                                    


"Run, kalau lo gak mau, biar gue sama Tula lo sama Devan."

Taruna yang sejak tadi uring-uring sambil mengemas beberapa baju gantinya di tas belakang berwarna cokelat muda, menoleh ke arah Karen yang masih menatapnya tak enak. Harusnya ia jawab iya gue mau. Tapi mana mungkin seperti itu?

Membuang nafas kasar Taruna menarik sudut bibirnya tersenyum lebar.

"Enggak apa-apa Ren. Gue baik-baik aja. Lo sama kak Devan aja. Pak Tula gak bakal gigit gue kok." Taruna mencoba bercanda mencairkan suasana.

'Kalau makan gak tahu.' Lanjut Taruna berbicara dalam hati. Ia masih mempertahankan ekspresi senang. Bagaimana mungkin ia bersama Devan. Semalam ia mendengar pembicaraan Cintia dan Dali di dapur saat ia ingin minum.
Karen dan Devan dijodohkan sejak dua tahun yang lalu. Selama ini ia pikir Karen masih single, ternyata sudah punya tunangan. Walau tak dipublish keduanya tampak enjoy saja.

Taruna memakai hodie hitam dan celana panjang hitam. Rambut panjangnya ia urai begitu saja. Tak lupa robus hitamnya ia masukkan ke dalam tas. Outfitnya sangat sederhana yang ia kenakan harganya murah-meriah, tak semahal jaket Karen yang diimpor langsung dari Korea.

"Ya udah deh kalau gitu." Karen menarik senyum. Lalu mengajak Taruna segera keluar, karena mereka sudah harus berangkat.

Taruna menatap Tula yang begitu tampan kerena memakai jaket long cuat berwarna hitam, dipadui kaos turlenack tebal berwarna putih dan celana hitam panjang. Bibir Taruna cemberut sebal, kenapa Tula sama sekali tak jelek, tapi semakin tampan. Taruna benar-benar sebal saat Tula menaikkan motor KLX hitamnya, berlipat-lipat lebih tampan.

"Ayo ke sana. Jangan bengong, nanti kesurupan."

Karen menarik Taruna makin mendekat ke arah Queen, Dalia dan Cintia yang sudah menunggu kehadiran keduanya.  Kelimanya melangkah bersama, Taruna merasa asing saat keempatnya bercanda dan tertawa bersama.

Semuanya sudah naik motor masing-masing. Taruna rasa-rasa ingin kabur sekarang juga. Ingatannya kembali saat Tula mengatainya jelek. Sial, kalimat itu sedang menari-nari di atas kepalanya.

'Buat biasa aja Taruna. Gak apa-apa, intinya jangan meluk dia.' Monolog Taruna tak lupa ia berdoa agar Tula tak memaki atau melemparnya ke laut.
Saat ia naik, rasanya ia benar-benar tak cocok satu motor dengan Tula.

"Ula, lo kayak lagi bawa anak tuyul."

Taruna benar-benar sangat malu mendengar candaan Kara yang ada benarnya.

🛵🛵🛵

Motor KLX hitam melaju meninggalkan Vila menuju dataran tinggi. Menurut Queen untuk sampai ke gunung Gragas mungkin tiga jam dari vila. Taruna bisa melihat perempuan-perempuan itu memeluk kekasihnya masing-masing.

Sepanjang perjalanan, Taruna bisa melihat ombak yang menerpa batu karang, burung-burung laut yang bertebrangan.

Hari ini sama sekali tak hujan. Langit tampaknya bersahabat. Semakin jauh perjalanan, lautan perlahan menghilang, menyisakan pepohonan, dan perumahan warga. Taruna dengan cepat memeluk pinggang Tula saat Tula merem motornya secara mendadak.

"Shit." Pekik Tula pelan yang masih bisa di dengar Taruna.
Setelah motor berhenti Taruna sontak melepas tangannya yang tadi refleks memeluk pinggang Tula. Bukan hanya di maki, mungkin Tula akan meninggalkannya di padang bersama sapi-sapi itu.

Taruna mencondongkan kepalanya ke depan. Bisa ia lihat anak sapi yang berlarian menyebrangi jalan menuju saudara dan emaknya yang lagi makan rumput.

"Unggu lo gak apa-apa?" Teriak Devan  yang ikutan menghentikan motornya di depan sana.

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang