KG.22

699 57 6
                                    

Taruna menenteng kresek putih di tangannya. Sudah lima menit ia berdiri di depan pintu kamar Gala. Hatinya merasa bimbang, mengetuk atau berbalik pergi. Mobil Gala ada di garasi, itu artinya Gala ada di kamar kosnya. Taruna membuang nafas kasar, sepertinya rasa takut jika Gala akan mengusirnya menang, ia memilih berbalik untuk pergi. Tapi, yang tak disangka terjadi, Taruna menggosok pelan kening yang kesakitan karena menabrak benda keras.

"Siapa sih yang bera-" Taruna menghentikan kalimat marahnya saat melihat sosok yang ia tabrak.

"Ngapain di depan kamar gue?"

Taruna memperhatikan sudut bibir Gala yang lebam. "Loh, lo ngerawat pasien atau jadi gangster?!" Niat hati ingin bercanda tapi malah di jawab ketus oleh Gala.

"Bukan urusan lo. Minggir gue gak nerima tunawisma model kayak lo."

'Si anjir mulut cabe.' Taruna memaki kesal dalam hatinya. Gala benar-benar bermulut pedas tidak bisa diajak bicara baik-baik.

"Gue mau minta maaf." Taruna mengangkat kresek putih berisi yakult dua bungkus yang ia beli di super market bersama Bayu. Ia tidak tahu apa yang bagus untuk diberikan pada Gala. Minuman berkasiat baik untuk perut itu dipilihnya karena berpikir Gala adalah seorang dokter pastinya nenyukai kesehatan. Apalagi Gala suka berolahraga pagi.

Tanpa mengatakan sepatah-katapun Gala mengambil kresek itu lalu menutup pintunya.

"Woe Gal, lo udah maafin gue belom?" Taruna mendekatkan telinganya ke pintu. Tubuhnya bahkan sangat rapat di pintu.

"Woe GALA." Teriakkan Taruna membuat Suci dan mbak Susan yang juga baru pulang bersama cekikan.

"Makin akur aja mbak Runa." Ledek Suci sambil mengedipkan matanya ke arah Taruna. Sedangkan Mbak Susan hanya ikut cengengesan sambil menaiki anak tangga menuju lantai tiga.

"Pemilik kamar ini kok bisa jadi dokter. Gak rama banget orangnya." Adu Taruna pada Suci dan mbak Susan, yang hanya ditanggapi dengan kekehan saja, lalu keduanya pamit pergi. Taruna masih diam menatap pintu kamar Gala, merasa tidak akan dibuka oleh pria itu, Taruna pada akhirnya kembali ke kamarnya dan memilih bermain handhonenya. Minggu depan group band kesukaanya akan konser di kota ini. 'LOL.'

Masih ia ingat Karen berjanji akan membelinya tiket konser geratis karena mau menemaninya liburan ke Vila. Pada akhirnya semuanya berlalu begitu saja, ia dan Karen menjadi orang asing yang tidak saling bicara walaupun satu tim di perusahaan.

Ia, Bayu dan Prisna telah berjanji akan pergi bersama.

**

"Letakkan saja di atas meja. Terima kasih ya." Perintah bu Tari tidak terbantahkan.
Taruna benar-benar kesal, satu minggu berlalu, harusnya ia bersama Bayu dan Priana menonton konser LOL bukannya malah menemani bu Tari ke luar kota untuk melihat langsung pabrik pembuatan jus jeruk yang sedang bermasalah pembuatannya.

Awalnya Taruna protes, kenapa juga harus dirinya diantara rekan timnya yang lain? Dan jawaban bu Tari benar-benar menyebalkan.

"Biar kamu bisa belajar dengan baik. Diantara rekan tim, kamu yang paling lemah."

'Suka-suka bu Tari ajalah.' Kalimat itu hanya ada di dalam hatinya. Ia merasa dongkol setengah mati. Padahal ia sudah membeli tiket masuk yang begitu mahal. Baru kali ini ia rela menghabiskan uang tiket konser seharga jutaan, dan harus hangus karena masalah pekerjaan.

"Kalau begitu saya pamit ke kamar saya bu." Tanpa menunggu jawaban bu Tari, Taruna langsung pergi ke kamar paling pojok. Hatinya makin panas saat melihat Bayu mengirimkan suasana konser yang begitu ramai. Saking kesalnya ia ingin melempar barang-barangnya keluar dari jendela.

Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang