Taruna pikir ia sekarang seperti rumput yang nyasar di kebun bunga. Saat kedatangan mereka, Karen dan Devan begitu disambut dengan baik. Seakan kehadiran keduanya sudah sangat dinantikan. Taruna merasa ia seperti upik abuk yang membawa koper majikannya.
"Karen, gue kangen banget." Dipeluk begitu erat, Karen sontak membalas pelukkan Queen Linora Wijaya. Ia pernah lihat di majala, perempuan ini dulunya model baju. Latar belakangnya tak bisa dianggap sepele, Papanya pemilik perusahaan batu bara.
Bukan hanya Queen, dua perempuan lainnya Dalia Wiliams dan Cintia Sastru juga datang memeluk Karen. Pada akhirnya keempatnya berpelukan. Taruna tebak jika keempatnya pasti bersahabat dengan baik. Mata Taruna menatap ruang tamu Vila ini, sangat mewah perabot-perabot yang tertata juga begitu mengkilat pasti sangat mahal.
Taruna kembali mengedarkan tatapannya ke arah Sofa.
Taruna merasa sangat norak karena ketahuan memandang sekeliling oleh tiga pria yang sedang duduk di sofa. Tentu saja wajahnya sedang mengagumi kemewahan vila ini. Satunya duduk sendirian di sofa yang muat dua orang Taruna pernah melihat Queen berfoto bersama pria itu di majalah. Taruna ingat nama pria itu adalah Bari Wiliams tunangan Queen, dua lainnya duduk di sofa panjang. Kara Adios Brams pemilik perusahaan pakaian dalam terkenal, bahkan celana dalam milik Gala dibuat oleh perusahaan Kara, dan sosok pria di sebelahnya Bala Atmaja dia presiden direktur di perusahaan tempat ia bekerja juga sepupu Tula. Astaga, Taruna sempat berhayal menjadi istri Bala karena ketampanan dan keramahan Bala, tunggu bagaimana mungkin salah satu teman Karen adalah Bala? Matanya menangkap sosok keempat yang sedang fokus duduk menyilangkan kakinya sambil membaca buku.
Kedua mata Taruna membelak sempurna. Takdir benar-benar sedang bercanda dengannya. Ia begitu kesal dengan Karen, bisa-bisanya tak bilang jika Si Tula juga ada di sini. Pria kejam dan dingin itu sedang santai duduk memangku kakinya sambil membaca sebuah buku di single sofa. Jika tahu akan ada Tula, ia akan menolak mentah-mentah ajakan Karen, walaupun Karen ngesot-ngesot kayak suster ngesot saat mengajaknya.
Saat Tula mengangkat wajah melihat ke arah mereka, Taruna pura-pura menatap sepatunya. Lebih baik tak bersitatap dengan Tula, pria itu sangat misterius dan menyebalkan. Hanya menatap wajah Tula, bulu kuduknya sampai meremang.
"Itu hantu atau manusia sih." Komat-kamit Taruna dengan suara pelan.
"Dia siapa Kar?" Queen menatap Taruna dari ujung kaki sampai kepala. Di tatap seperti meneliti, Taruna mendongak menatap tubuh tinggi Queen, astaga bahkan jika Taruna bandingkan dengan Karen, Queen lebih cantik.
"Oh iya guys. Kenalin ini Taruna teman gue. Nggak apa-apakan gue ajak dia?!"
Queen masih menatap Taruna dengan terang-terangan, sampai Taruna merasa sangat amat minder.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelebihan Garam (LENGKAP SUDAH TERBIT)
RomansaTaruna merasa dongkol karena Bos di kantornya begitu semena-mena mengatainya jelek karena satu insiden. Bukan hanya di kantor, tetangga sebelah kamarnya juga bikin ia naik darah karena insiden salah angkat pakaian dalam. "Menjauh, dasar jelek." It...